Sukses

HPE Produk Pertambangan Kena Bea Keluar Masih Fluktuatif, Ini Rinciannya

Pada periode November 2023, harga komoditas pertambangan yang dikenakan bea keluar (BK) kembali mengalami fluktuasi seperti periode Oktober 2023.

Liputan6.com, Jakarta Pada periode November 2023, harga komoditas pertambangan yang dikenakan bea keluar (BK) kembali mengalami fluktuasi seperti periode Oktober 2023.

Fluktuasi harga ini dipengaruhi tingkat permintaan pasar dunia terhadap komoditas produk pertambangan yang akhirnya berpengaruh pada penetapan Harga Patokan Ekspor (HPE).

Ketentuan HPE periode November 2023 ini ditetapkan dalam Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1833 Tahun 2023 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor Atas Produk Pertambangan Yang Dikenakan Bea Keluar pada 30 Oktober 2023.

“Komoditas produk pertambangan yang dikenakan BK periode November 2023 kembali mengalami fluktuasi harga seperti pada periode sebelumnya. Pada periode ini, komoditas yang mengalami kenaikan harga yakni konsentrat besi laterit dan konsentrat seng, sedangkan untuk konsentrat tembaga dan konsentrat timbal mengalami penurunan," ungkap Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Budi Santoso dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (1/11/2023).

Produk pertambangan yang mengalami kenaikan harga rata-rata pada periode November 2023 yaitu konsentrat besi laterit (gutit, hematit, magnetit) (Fe ≥ 50 persen dan Al2O3 + SiO2 ≥ 10 persen) dengan harga rata-rata sebesar USD 53,06/WE atau naik 2,75 persen dan konsentrat seng (Zn ≥ 51 persen) dengan harga rata-rata sebesar USD 646,96/WE atau naik 2,24 persen.

Sedangkan produk pertambangan yang mengalami penurunan harga yakni konsentrat tembaga (Cu 15 persen) dengan harga rata-rata sebesar USD 3.132,40/WE atau turun 3,29 persen dan konsentrat timbal (Pb ≥ 56 persen) dengan harga rata-rata sebesar USD 889,62/WE atau turun 3,74 persen.

Sebelum melakukan penetapan HPE produk pertambangan periode November 2023, Kementerian Perdagangan meminta masukan dan usulan tertulis dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) selaku instansi teknis terkait. Selanjutnya, Kementerian ESDM memberikan usulan melalui perhitungan data yang berdasarkan perkembangan harga dari Asian Metal, London Bullion Market Association (LBMA), dan London Metal Exchange (LME).

Kemudian HPE ditetapkan pada rapat koordinasi yang melibatkan instansi terkait yakni Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Perdagangan, Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, serta Kementerian Perindustrian.

 

2 dari 3 halaman

Amman Mineral Kantongi Laba Bersih USD 62,67 Juta, Susut 91% hingga Kuartal III 2023

PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) membukukan penjualan bersih sebesar USD 1,15 miliar hingga kuartal III 2023. Hasil ini turun 41,62 persen dibandingkan penjualan bersih perusahaan per kuartal III 2022 senilai USD 1,97 miliar.

Mengutip laporan keuangan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (1/11/2023), penjualan bersih Amman Mineral Internasional per kuartal III 2023 terdiri dari penjualan tembaga senilai USD 697,07 juta dan penjualan emas senilai USD 453,68 juta.

Bersamaan dengan itu, beban pokok penjualan Amman Mineral Internasional berkurang 24,18 persen menjadi USD 649,23 juta per kuartal III 2023, dibandingkan beban pokok penjualan perusahaan pada periode yang sama tahun sebelumnya senilai USD 856,35 juta.

Beban operasional AMMN meningkat 20,45 persen dari USD 75,05 juta per kuartal III 2022 menjadi USD 90,40 juta per kuartal III 2023. 

Hingga kuartal III 2023, AMMN meraih laba operasional senilai USD 411,12 juta. Angka ini menyusut 60,67 persen dibandingkan laba operasional AMMN per kuartal III 2022 senilai USD 1,04 miliar.

Amman Mineral Internasional mengantongi laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 62,67 juta per kuartal III 2023, atau turun 91,57 persen dibandingkan realisasi per kuartal III 2023 sebesar USD 744,09 juta.

Hingga kuartal III 2023, total aset AMMN tercatat sebanyak USD 8,21 miliar atau meningkat 26,50 persen dibandingkan total aset perusahaan pada akhir 2022 senilai USD 6,49 miliar.

Liabilitas Amman Mineral Internasional per kuartal III 2023 tercatat sebesar USD 3,82 miliar atau naik 32,63 persen dibandingkan liabilitas perusahaan pada akhir tahun lalu senilai USD 2,88 miliar.

Ekuitas AMMN juga tumbuh 21,66 persen dari USD 3,60 miliar pada akhir 2022 menjadi USD 4,38 miliar per kuartal III 2023.

 

 

3 dari 3 halaman

Smelter Amman Mineral Internasional Bakal Rampung Akhir 2023

Sebelumnya diberitakan, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menargetkan penyelesaian pembangunan smelter sekitar 70 persen bakal rampung pada Desember 2023. 

Direktur Utama Amman Mineral Internasional Alexander Ramlie menuturkan, pembangunan smelter diperkirakan terus berjalan sesuai jadwal, dengan target penyelesaian sebesar lebih dari k70 persen pada Desember tahun ini. 

Pada Mei 2023, proyek smelter dan PMR milik AMMN masing-masing telah mencapai 58,5 persen dan 59,8 persen dari target penyelesaian, dengan penyelesaian mekanis ditargetkan pada Mei 2024. 

"Setelah penyelesaian mekanis smelter pada Mei 2024 (jika tidak ada force majeure), kami akan fokus pada komisioning smelter dan memulai produksi katoda tembaga pertama sekitar 4-5 bulan kemudian," ujar dia dalam keterbukaan informasi, dikutip Minggu (1/10/2023). 

Adapun fasilitas smelter tembaga dan PMR dengan total kapasitas input sebesar 900.000 metrik ton per tahun (tpa) konsentrat dari tambang Batu Hijau dan tambang Elang. Produksi smelter adalah katoda tembaga yang akan mencapai 222 kilo ton per tahun dan asam sulfat mencapai 830 kilo ton per tahun (Ktpa).

Sementara itu, PMR akan mendapatkan input slime anoda dari proses pemurnian di fasilitas smelter tembaga, sebanyak 970 tpa. Produk dari PMR setiap tahun antara lain mencapai 18 tpa emas batangan, 55 tpa perak batangan, dan 70 tpa selenium. 

Menurut ia, proyek pertambangan dan infrastruktur AMMAN terus berjalan sesuai jadwal. Hingga saat ini, Perseroan telah mengeluarkan dana sebesar USD 339 juta untuk proyek smelter tembaga dan pemurnian logam mulia (PMR).

"Ketika proyek smelter selesai, kami berharap dapat memperoleh manfaat dari penghematan pajak, bea keluar yang lebih rendah, dan royalti yang lebih rendah. Pembangunan proyek smelter ini sejalan dengan agenda strategis Pemerintah Indonesia untuk hilirisasi industri," tandasnya.