Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik lebih dari USD 2 per barel dan diperkirakan menghentikan penurunan yang sebelumnya terjadi berturut-turut selama tiga hari.
Pemicu kenaikan harga minyak dunia karena selera risiko kembali ke pasar keuangan setelah Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga acuannya.
Baca Juga
Melansir laman CNBC, Jumat (3/11/2023), harga minyak mentah berjangka Brent naik USD 2,29, atau 2,7%, menjadi USD 86,92 per barel.
Advertisement
Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik USD 2,23, atau 2,8%, menjadi USD 82,67 per barel.
Dalam pertemuan yang berlangsung 2 hari, para pengambil kebijakan di AS kesulitan untuk menentukan apakah kondisi keuangan sudah cukup ketat untuk mengendalikan inflasi, atau apakah perekonomian yang terus melampaui ekspektasi mungkin memerlukan lebih banyak pengendalian diri.
Pada akhirnya, The Fed mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah pada 5,25%-5,50% pada pertemuan terakhirnya pada hari Rabu.
Investor minyak terus mencermati keputusan kebijakan Federal Reserve, karena khawatir bahwa kenaikan suku bunga yang agresif dapat memperlambat perekonomian dan mengurangi permintaan energi.
“Jika The Fed membatalkan kebijakan tersebut, harga minyak akan hampir tercapai,” kata Phil Flynn, Analis di Price Futures Group.
Bank of England mempertahankan suku bunga pada level tertinggi dalam 15 tahun sebesar 5,25% pada pertemuan terakhirnya pada hari Kamis, yang merupakan bulan kedua berturut-turut dengan suku bunga stabil setelah 14 kali kenaikan berturut-turut.
Ia juga menekankan bahwa pihaknya memperkirakan tidak akan melakukan penurunan suku bunga dalam waktu dekat.
“Namun, terlihat jelas pada titik ini bahwa BoE, seperti banyak negara lain, sudah selesai dengan siklus pengetatan dan sekarang tinggal menentukan berapa lama Bank of England akan bertahan di puncaknya,” kata Craig Erlam, Analis di OANDA.
Pengurangan Produksi
Menurut para analis, dari sisi pasokan, eksportir minyak utama Arab Saudi diperkirakan akan mengkonfirmasi kembali perpanjangan pengurangan produksi minyak secara sukarela sebesar 1 juta barel per hari hingga Desember.
Investor juga akan mencermati perkembangan di Timur Tengah, yang membuat pasar minyak tetap gelisah karena konflik yang lebih luas dapat mengganggu pasokan di wilayah tersebut.
Pertempuran berkobar di sekitar Kota Gaza pada hari Kamis ketika tank dan pasukan Israel menghadapi perlawanan sengit dari militan Hamas.
Advertisement