Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat (USD) kembali melemah menjelang akhir pekan pada Jumat, 3 November 2023.
Baca Juga
Pelemahan dolar AS menyusul langkah The Fed mempertahankan suku bunga tetap stabil, dan menawarkan sinyal yang agak dovish mengenai kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Advertisement
“Hal ini memicu meningkatnya spekulasi bahwa bank sentral telah selesai menaikkan suku bunganya untuk tahun ini, dan akan mulai menurunkan suku bunga mulai pertengahan tahun 2024,” kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam paparan tertulis pada Jumat (3/11/2023).
Saat ini, pasar sedang menunggu data utama nonfarm payrolls untuk bulan Oktober, yang akan dirilis pada hari Jumat.
The Fed Pertahankan Suku Bunga
Angka tersebut muncul hanya beberapa hari setelah The Fed mempertahankan suku bunga tetap stabil dan menawarkan sinyal moderat mengenai rencana kenaikan suku bunga lebih lanjut.
“Hal ini mendorong serbuan aset-aset yang didorong oleh risiko, karena pasar memperkirakan bahwa The Fed telah selesai dengan siklus kenaikan suku bunganya, dan akan mulai memangkas suku bunga pada pertengahan tahun 2024,” papar Ibrahim.
Namun data payrolls akan diawasi dengan ketat. Hal ini mengingat bahwa The Fed masih membuka peluang untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut tahun ini.
“Meskipun para analis memperkirakan data pada hari Jumat akan menunjukkan penurunan tajam dalam jumlah gaji, angka tersebut telah melampaui ekspektasi selama enam dari sembilan bulan sejauh ini pada tahun 2023, yang mencerminkan pasar tenaga kerja AS yang kuat,” jelasnya.
Rupiah Menguat Menjelang Akhir Pekan pada 3 November 2023
Rupiah kembali ditutup menguat tajam 127 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat menguat 140 point dilevel Rp. 15.727 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.855.
“Sedangkan untuk perdagangan senen depan , mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp. 15.680- Rp. 15.750,” beber Ibrahim dalam perkiraannya.
Konflik Israel-Hamas Diprediksi Berdampak pada Pergerakan Harga Minyak Dunia
Kenaikan harga minyak dunia kini bergantung pada situasi global, salah satunya kondisi geopolitik antara Israel dan Hamas.
“Tentunya, hal ini akan berdampak terhadap inflasi di negara berkembang termasuk Indonesia,” ungkap Ibrahim.
Namun, Pemerintah juga telah melakukan persiapan untuk mengantisipasi gejolak politik dengan melakukan kebijakan bauran ekonomi dan intervensi Bank Indonesia.
“Di bulan-bulan ke depan kemungkinan inflasi akibat situasi global akan dapat terlihat. Namun hal ini sangat tergantung pemerintah ambil langkah pencegahannya,” jelasnya.
Advertisement
Perkiraan Inflasi Global
Berdasarkan World Economic Outlook pada Juli 2023, inflasi dunia diperkirakan mencapai 6,8 persen pada tahun 2023 dan 5,2 persen di 2024.
Prediksi tersebut kemudian direvisi ke atas pada Oktober 2023 yang masing-masing sebesar 6,9 persen dan 5,8 persen.
Begitupun, dengan inflasi di emerging market dan developing economies yang sebelumnya diprediksi mengalami tekanan inflasi yang lebih tinggi yakni, 8,5 persen di 2023 dan 7,8 persen di 2024.
“Secara global, inflasi diperkirakan melemah pada tahun 2023 dan 2024. Begitupun dengan inflasi di negara emerging market dan developing economies. Akan tetapi prediksi tersebut dikoreksi meningkat sejalan dengan tren kenaikan harga komoditas di pasar global,” kata Ibrahim.