Liputan6.com, Jakarta Perang antara Israel vs Hamas terus memanas. Sejumlah bantuan ke Gaza, Palestina disetop oleh pihak Israel, padahal Gaza membutuhkan untuk menopang kegiatannya. Gaza menjadi salah satu bagiand ari ekonomi Palestina.
Ternyata, perbandingan ekonomi kedua negara cukup berbeda. Ekonomi Palestina terus terdampak karena salah satu penopangnya adalah donor dari luar. Mengutip data Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Palestina akan melambat imbas dari perang yang terus berlanjut.
Baca Juga
"Pembatasan pergerakan dan akses yang diberlakukan oleh Israel terus membatasi pembangunan Palestina di Tepi Barat sekaligus menciptakan kondisi yang mirip dengan perekonomian yang hampir tertutup di Gaza," ujar Bank Dunia.
Advertisement
Pada akhir 2022, pengangguran di wilayah tersebut mencapai 24,4 persen, dua poin persentase lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, perbedaan tingkat pengangguran antara Tepi Barat dan Gaza terus mencerminkan perbedaan tingkat keparahan pembatasan akses dan pergerakan yang diberlakukan terhadap mereka. Dimana Tepi Barat mencatat angka pengangguran sebesar 13,1 persen dan Tepi Barat mencatat angka pengangguran sebesar 45,3 persen.
Pertumbuhan Ekonomi Palestina
Pertumbuhan ekonomi Palestina tercatat sebesar 3,9 persen di 2022 lalu. Turun hampir setengahnya dari periode 2021 dengan pertumbuhan ekonomi 7 persen. Pertumbuhan uni ditopang oleh peningkatan konsumsi dan jumlah warga Palestins yang bekerja di Israel dengan pendapatan 2 kali lipat lebih tinggi.
Dari sisi fiskal, Palestina berhasil memperluas basis pajak yang membuat defisit menurun sebesar 60 persen sejak tahun sebelumnya.
"Terlepas dari perkembangan fiskal yang positif ini, kondisi diperkirakan akan tetap ketat pada tahun 2023 karena bantuan donor diperkirakan akan tetap berada pada tingkat yang rendah dalam sejarah, di bawah 2 persen PDB wilayah Palestina," urai Direktur Bank Dunia untuk Tepi Barat dan Gaza, Stefan Emblad.
Pertumbuhan Masih Lemah
Kendati demikian, prospek perekonomian Palestina disebut akan melemah dengan risiko penurunan yang makin tinffi. Pertumbuhan diproyeksikan akan melemah pada tahun 2023 dan seterusnya dengan pertumbuhan PDB nominal diperkirakan sekitar 3 persen dan pertumbuhan PDB riil stagnan karena tren pertumbuhan populasi.
Ekspansi kecil ini akan didorong oleh pemulihan konsumsi yang berkelanjutan dan peningkatan jumlah warga Palestina yang bekerja di Israel. Namun, keterkaitan kedua negara juga memaparkan pihak Palestina pada risiko penurunan tambahan.
"Itu diperkirakan semakin diperburuk jika eskalasi bentrokan antara pasukan Palestina dan Israel berlanjut selama beberapa bulan dan mengakibatkan pengetatan pembatasan, termasuk pada lintas negara," pungkas Stefan Emblad.
Ekonomi Israel
Sementara itu, ekonomi Israel tercatat mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan Palestina. Ini merujuk pada data yang dirilis oleh OECD.
Israel membukukan pertumbuhan yang kuat sebesar 6,4 persem pada tahun 2022. Survei Ekonomi OECD Israel terbaru memproyeksikan pertumbuhan PDB pada kecepatan yang lebih moderat namun tetap kuat sebesar 3,0 persen pada 2023 dan 3,4 persen pada 2024.
Pada saat yang sama, Inflasi Israel diperkirakan akan tetap tinggi pada rata-rata 3,8 persen pada tahun 2023. Namun diperkirakan secara bertahap akan mencapai kisaran target, rata-rata sebesar 2,2 persem pada tahun 2024.
Ribuan Massa Aksi Bela Palestina Padati Monas: Ada Puan, Yaqut hingga Anies dan Muhadjir
Ribuan massa memenuhi kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, untuk mengikuti Aksi Akbar Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina pada Minggu.
Menurut informasi yang dihimpun ANTARA massa yang sebagian besar mengenakan baju putih mulai memadati Monas dari pukul 06.00 WIB.
Sebagian besar mereka membawa bendera, syal, dan juga baju berlambangkan Palestina hingga poster kecaman atas keganasan serangan Israel yang berdampak pada rakyat sipil Palestina.
Tidak hanya masyarakat sipil biasa tetapi sejumlah perwakilan lembaga negara terlihat hadir seperti ketua DPR Puan Maharani, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Sejumlah elemen masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Indonesia akan menggelar Aksi Damai Bela Palestina yang berlangsung di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, pada Minggu pekan ini.
Aksi tersebut rencananya bakal berlangsung sejak pagi pukul 06.00 WIB hingga 10.00 WIB. Akan ada sejumlah orasi dari para tokoh-tokoh lintas agama. Menlu RI Retno Marsudi disebut-sebut akan hadir dalam aksi tersebut.
"Aliansi Rakyat Indonesia yang terdiri dari lintas agama, lintas ormas, lintas golongan, diundang mengikuti aksi bela Palestina," ujar Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Sudarnoto Abdul Hakim dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (2/11).
Sudarnoto mengatakan aksi tersebut adalah aksi bersama masyarakat Indonesia yang telah geram dan mengutuk agresi serta pendudukan Israel terhadap Bangsa Palestina.
Advertisement
Kata Muhadjir
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendi yang hadir dalam Aksi Bela Palestina di Monas, Jakarta Pusat, menyatakan, masyarakat tidak perlu ragu dengan sikap Pemerintah Indonesia atas kemerdekaan Palestina.
Hal itu disampaikan Muhadjir saat bersama Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi hadir di aksi tersebut. "Saya hadir mewakili Pemerintah Republik Indonesia, bertiga, tidak main-main, Menko PMK, Menteri Luar Negeri dan Menteri Agama," katanya pada Aksi Bela Palestina di Monas, Ahad.
Dia menjelaskan, kehadirannya ditugaskan oleh Presiden Joko Widodo. "Ditugaskan oleh bapak presiden. Apa artinya? Artinya kita semua jangan ragu dengan sikap Pemerintah Indonesia, kita akan dukung Palestina dengan seluruh kekuatan kita sampai Palestina merdeka," katanya.
Muhadjir juga mengajak semuanya bersalawat agar manfaat salawat bisa memperkuat doa dan agar doa-doa seluruh rakyat Indonesia terutama yang hadir di Monas ini segera dikabulkan oleh Allah.
"Agar rakyat Palestina terlepas dari penderitaan yang berkepanjangan " kata dia.