Sukses

Alasan Jokowi Mau Teken Inpres Air Minum dan Sanitasi: Pemda Lambat

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan segera menerbitkan Instruksi Presiden soal air minum dan sanitasi.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan segera menerbitkan Instruksi Presiden soal air minum dan sanitasi. Mengingat, ada target 10 juta sambungan rumah tangga yang perlu dikejar hingga 2024, tahun depan.

Basuki pun mengungkap salah satu alasan adanya intervensi melalui inpres ini karena lambatnya pemerintah daerah. Dia mengatakan, langkah ini menjadi upaya serupa seperti Inpres Jalan Daerah untuk menggenjot

"Karena Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) melihat Inpres jalan daerah sangat berhasil. Sehingga kita mau diimplementasikan di Inpres air minum dan sanitasi," ujarnya saat ditemui di Jakarta, ditulis Minggu (5/11/2023).

Jaringan Air Bersih dan Sanitasi

Basuki menyinggung ada 4 jaringan air bersih dan sanitasi yang baru diresmikan. Yakni, Palembang, Jambi, Pekanbaru, dan Makassar. Dia mengatakan, seyogianya jaringan air bersih dan sanitasi menjadi tanggung jawab Pemda. Namun, mengingat target semakin dekat, pemerintah pusat memilih ikut intervensi.

"Ada 4 itu biasanya sambungan rumahnya oleh pemda, nah ini karena lambat mau kita intervensi dengan Inpres," tegasnya.

Menteri PUPR mencatat, usulan anggaran awalnya sebesar Rp 16,6 triliun. Untuk prioritas utamanya, diidentifikasi memerlukan dana Rp 2,3 triliun. Ini juga menyasar sekitar 6,2 juta sambungan guna melengkapi 3,8 juta sambungan rumah tangga yang sudah selesai.

 

2 dari 3 halaman

Inpres Air Bersih dan Sanitasi

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) untuk sambungan air minum dan sanitasi. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengusulkan anggaran Rp 16,6 triliun.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan Inpres air bersih dan sanitasi ini ditarget bisa dijalankan pada tahun depan. Aturan ini telah mendapat restu Jokowi dan tengah dalam proses penyusunan.

"Tahun depan akan berlaku, kita waktu mengusulkan itu Rp 16,6 triliun tapi yang prioritas yang bisa untuk ditangani itu Rp 2,3 triliun," ujarnya di Jakarta, ditulis Minggu (5/11/2023).

Basuki menerangkan, langkah ini sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang menargetkan ada 10 juta sambungan rumah tangga. Namun, hingga 2023 ini baru tersambung 3,8 juta. Artinya, masih ada sekitar 6,2 juta sambungan lagi yang menjadi PR.

Sasar 6,2 Juta Sambungan

Untuk pelaksanaan nantinya akan menyasar daerah yang sudah siap dengan Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA). Diharapkan, sambungan rumah tangga menjadi lebih efisien.

"Kita sudah punya IPA yang proyek strategis nasional dan proyek regional, itu totalnya yang sudah terpasang dari IPA-IPA semua termasuk IPA kabupaten/kota itu 3,8 juta sehingga kita punya idle kapasitas 6,2 juta sambungan. Itu yang mau didanai oleh Inpres," ungkap Basuki.

"Kalau Inpres air minum dan sanitasi ini kebutuhan totalnya Rp 16,6 triliun untuk yang sudah IPA-nya, jadi tidak bangun IPA, tapi untuk nyambung ke rumah sehingga totalnya menjadi 10 juta," bebernya.

Basuki mengatakan, adanya Inpres Air Minum dan Sanitasi ini merujuk pada suksesnya Inpres Jalan Daerah yang berhasil memberikan dampak. Maka, dia dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sepakat untuk melanjutkan ke sektor lain.

 

3 dari 3 halaman

Bank Dunia Minat Kasih Hibah

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengungkap minat Bank Dunia membantu program di Indonesia. Salah satunya adalah sambungan air minum dan sanitasi ke rumah tangga.

Ini sejalan dengan rencana penerbitan Instruksi Presiden (Inpres) soal air bersih dan sanitasi. Tujuan Inpres ini untuk mengejsr target 10 juta sambungan rumah tangga.

"Jadi tadi bicara kami rapat dia datang, nah itu nanti reimburse, jadi kayak hibah P for R, program for result," jelas Basuki saat ditemui di Jakarta, ditulis Minggu (5/11/2023).

Dia mengatakan, mekanismenya nanti Bank Dunia akan melihat proses dari pelaksanaan program di lapangan. Jika sudah sesuai dengan kriteria yang diatur, maka Bank Dunia akan menyetorkan biayanya melalui Kementerian Keuangan.

Basuki mengatakan, program sambungan rumah tangga terkait air bersih dan sanitasi ini menyasar ratusan kota/kabupaten. Nantinya memanfaatkan juga akses dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), ada 389 kabupaten/kota.

"Jadi kalau kita sudah instal, biayanya berapa di cek sesuai dengan biayanya, nanti di reimburse ke Kemenkeu. (Sambungan) ke seluruh Indonesia, ada datanya, ada datanya kab mana berapa sambungaj rumahnya, semua kebutuhan ada di 389 di kabupaten/kota," beber Basuki.

Video Terkini