Liputan6.com, Jakarta - Salah satu perusahaan logistik peti kemas terbesar di dunia, Maersk mengatakan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 3.500 karyawannya.
PHK massal ini terjadi karena rendahnya tarif angkutan dan permintaan di sektor logistik.
Baca Juga
Sebelumnya, pada awal 2023, AP Moller-Maersk telah memangkas 6.500 karyawan sebagai bagian dari langkah-langkah pengendalian biaya yang ketat namun mengatakan bahwa diperlukan lebih banyak PHK.
Advertisement
Melansir BBC, Senin (6/11/2023) Maersk mengungkapkan bahwa labanya anjlok sebesar 92 persen dalam hasil kuartal terbarunya.
Dikatakan bahwa memburuknya harga pengiriman melalui laut mendorong PHK lebih lanjut.
Selain itu, perusahaan logistik asal Denmark tersebut juga mengatakan dalam pembaruan perdagangannya bahwa ada "tekanan signifikan terhadap suku bunga" dalam beberapa bulan terakhir.
“Industri kami menghadapi kondisi normal baru dengan melemahnya permintaan, harga kembali sejajar dengan tingkat historis dan tekanan inflasi pada basis biaya kami,” kata CEO Maersk, Vincent Clerc.
"Sejak musim panas, kami telah melihat kelebihan kapasitas di sebagian besar wilayah yang memicu penurunan harga dan tidak ada peningkatan nyata dalam daur ulang atau penghentian penggunaan kapal,” bebernya.
Hilangnya lapangan kerja akan mengurangi jumlah tenaga kerja global Maersk hingga di bawah 100.000 orang.
Sekitar 2.500 dari 3.500 jabatan terbaru di Maersk juga akan diberhentikan dalam beberapa bulan mendatang, dan sisanya pada tahun 2024.
Diperkirakan bahwa PHK akan menghemat biaya hingga 600 juta poundsterling bagi bisnis Maersk tahun depan, namun belum mengungkapkan lokasi karyawan atau posisi yang terdampak.
Maersk Kini Hanya Pekerjakan 103,500 Karyawan
Perusahaan, yang mengendalikan sekitar seperenam perdagangan peti kemas global, telah mengurangi stafnya menjadi sekitar 103,500 dari 110,000 pada awal tahun ini.
Dilaporkan, biaya pengiriman barang telah melonjak pada tahun pertama pandemi Covid ketika lockdown dicabut dan bisnis mulai melanjutkan perdagangan, sehingga meningkatkan pesanan stok mereka.
Permintaan yang tinggi menyebabkan kemacetan dan masalah logistik di pelabuhan Inggris. Ada juga kekurangan peti kemas di Asia, yang turut meningkatkan inflasi.
Namun baru-baru ini, inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga telah membatasi pengeluaran dan mengurangi permintaan.
Maersk sebelumnya memperingatkan pada bulan Agustus 2023 mengenai penurunan tajam permintaan global untuk pengiriman kontainer melalui laut pada tahun ini.
Advertisement
Delta Airlines PHK Karyawan Imbas Biaya Penerbangan Meroket
Maskapai Penerbangan asal Amerika Serikat, Delta Airline melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada beberapa karyawannya dalam upaya memangkas biaya.
Pemangkasan itu terjadi ketika bisnis maskapai Amerika bergulat dengan pengeluaran yang lebih tinggi seperti bahan bakar dan tenaga kerja.
"Meskipun kami belum kembali ke kapasitas penuh, sekaranglah waktunya untuk melakukan penyesuaian terhadap program, anggaran, dan struktur organisasi di seluruh Delta untuk mencapai tujuan yang kami tetapkan. Saah satu bagian dari upaya ini mencakup penyesuaian pada staf perusahaan untuk mendukung perubahan ini," kata Delta dalam keterangannya, dikutip dari CNBC International, Kamis (2/11/2023).
"Keputusan ini tidak pernah diambil dengan mudah, namun selalu dengan hati-hati dan menghormati anggota tim kami yang terkena dampak di keluarga Delta," demikian keterangan maskapai.
Tak Merinci Jumlah Karyawan yang Kena PHK
Delta Airlines tidak merinci berapa jumlah karyawan yang terkena PHK, namun juru bicaranya mengatakan bahwa keputusan tersebut merupakan penyesuaian kecil terhadap posisi perusahaan dan manajemen.
Pekerja garis depan seperti pilot, pramugari, dan mekanik tidak terpengaruh oleh PHK tersebut, kata juru bicara itu.
Para eksekutif baru-baru ini melaporkan permintaan perjalanan yang kuat membantu mereka lebih dari sekadar menutupi biaya.
Delta membukukan laba kuartal ketiga sebesar USD 1,1 miliar, naik hampir 60 persen dari tahun sebelumnya, namun memperingatkan biaya yang lebih tinggi telah mengurangi keuntungannya.
"Pertumbuhan menjadi normal tahun depan, dan kami memperkirakan keandalan operasional akan terus meningkat," kata CFO Delta Airlines Dan Janki saat memberikan laporan pendapatan bulan lalu.
"Hal ini akan memungkinkan kami untuk mengoptimalkan cara kami menjalankan maskapai penerbangan, mengurangi hambatan operasional dan menghilangkan inefisiensi yang diakibatkan oleh intensitas pembangunan kembali," ungkapnya.
Advertisement