Liputan6.com, Jakarta - Separuh dari 2.000 perusahaan terbesar di dunia telah menetapkan target untuk mencapai emisi nol bersih pada pertengahan abad ini.
Namun, hanya sebagian kecil dari ribuan perusahaan tersebut yang memenuhi pedoman ketat PBB mengenai apa yang menjadi komitmen berkualitas.
Hal itu diungkapkan dalam laporan Net Zero Tracker, sebuah konsorsium data independen yang melibatkan Universitas Oxford.
Advertisement
Selain Oxford Net Zero, konsorsium tersebut juga mencakup The Energy & Climate Intelligence Unit (ECIU); EnviroLab Berbasis Data (UNC) dan NewClimate Institute.
Mengutip US News, Senin (6/11/2023) laporan Net Zero Tracker mengatakan bahwa penetapan target iklim dari perusahaan dalam daftar indeks Forbes2000 telah melonjak 40 persen menjadi 1.003 pada bulan Oktober 2023.
Angka itu menandai kenaikan 702 perusahaan yang tercatat pada Juni 2022, mencakup dua pertiga dari pendapatan, sekitar USD 27 triliun.
Namun, hanya 4 persen dari target tersebut yang memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh kampanye Race to Zero PBB, misalnya dengan mencakup seluruh emisi, segera mulai menguranginya, dan mencakup pembaruan kemajuan tahunan mengenai target sementara dan jangka panjang.
Dari seluruh perusahaan yang menetapkan target, hanya 37 persen yang memiliki target yang mencakup emisi Cakupan 3, atau emisi yang terkait dengan rantai nilai perusahaan.
Ditemukan juga hanya 13 persen yang memiliki ambang batas kualitas untuk penggunaan penggantian kerugian karbon.
Laju perubahan di kalangan pemerintah dan perusahaan akan menjadi bagian penting dari perundingan iklim COP28 di Dubai yang dimulai pada akhir November mendatang.
Â
Berada di jalur yang Tepat
"Garis jelas mengenai emisi bersih telah terlihat. Target net zero yang tak terhitung jumlahnya tidak memiliki kredibilitas, namun sekarang kita dapat mengatakan dengan pasti bahwa sebagian besar perusahaan terdaftar terbesar di dunia berada di jalur yang tepat dalam emisi bersih," kata John Lang, Pimpinan Proyek, Net Zero Tracker.
"Dengan penetapan target net zero yang kredibel sebagai proksi bagi perusahaan-perusahaan yang berpikiran maju dan siap menghadapi masa depan, hal ini menimbulkan pertanyaan sederhana: apakah perusahaan tempat kita berinvestasi, bekerja, dan membeli berada di pihak yang benar atau salah?," ujarnya.
Selain perusahaan, Net Zero Tracker juga melacak komitmen yang dibuat oleh negara, negara bagian dan wilayah, serta sebuah kota dengan menggunakan analisis data mesin dan manusia.
Advertisement
Mau Target Iklim Tercapai, Dunia Harus Tambah 49,7 Juta Mil Jaringan Listrik
Dunia harus menambah atau mengganti 49,7 juta mil jalur transmisi pada tahun 2040 agar negara-negara dapat mencapai target iklim dan mencapai prioritas keamanan energi mereka.
Hal itu diungkapkan dalam laporan baru yang diterbitkan oleh Badan Energi Internasional (IEA). Jumlah tersebut kira-kira setara dengan jumlah mil jaringan listrik yang ada di dunia saat ini, menurut IEA.
 Melansir CNBC International, Rabu (18/10/2023) IEA mengatakan bahwa peningkatan besar dalam pembangunan jalur transmisi di seluruh dunia akan memerlukan investasi tahunan pada jaringan listrik sebesar lebih dari USD 600 miliar per tahun pada tahun 2030, yang merupakan dua kali lipat tingkat investasi global saat ini seputar transmisi.
Hal ini juga memerlukan perubahan dalam cara pengoperasian dan pengaturan jaringan listrik di setiap negara.
IEA melihat, fokus global pada beberapa teknologi energi ramah lingkungan – termasuk tenaga angin, tenaga surya, kendaraan listrik, dan pompa panas – sangatlah mengesankan, namun investasi pada jalur transmisi masih belum mencukupi dan pada akhirnya akan menjadi hambatan yang semakin besar.
"Kemajuan energi bersih baru-baru ini yang kita lihat di banyak negara belum pernah terjadi sebelumnya dan menimbulkan optimisme, namun hal ini bisa menjadi bahaya jika pemerintah dan dunia usaha tidak bersatu untuk memastikan jaringan listrik dunia siap menghadapi ekonomi energi global baru yang muncul dengan cepat," kata Fatih Birol, direktur eksekutif IEA, dalam pernyataan tertulis yang diterbitkan bersamaan dengan laporan baru tersebut.
"Laporan ini menunjukkan apa yang dipertaruhkan dan perlu dilakukan. Kita harus berinvestasi pada jaringan listrik hari ini atau besok kita akan menghadapi kemacetan," tegasnya.
proyek Energi Bersih
Saat ini terdapat 1.500 gigawatt proyek energi bersih terbarukan yang disebut IEA sebagai tahap pengembangan lanjutan yang menunggu untuk terhubung ke jaringan listrik di seluruh dunia.
Proyek energi bersih terbarukan berkapasitas 1.500 gigawatt yang menunggu untuk dihubungkan ke jaringan listrik adalah lima kali lipat total tenaga angin dan surya yang ditambahkan di seluruh dunia pada tahun 2022.
Permintaan listrik akan terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya sektor ekonomi global yang beralih ke tenaga listrik.
Ketika dunia berupaya melakukan transisi menuju ekonomi energi yang ramah lingkungan, jaringan listrik akan semakin perlu disalurkan dari tempat pembangkit listrik tenaga angin dan surya dibangun ke tempat penggunaan listrik.
Advertisement