Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Rabu ini. Investor wait and see menanti pidato pejabat Bank Sentral AS atau The Fed.
Pada Rabu (8/11/2023), nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta menguat sebesar 0,07 persen atau 11 poin menjadi 15.625 per dolar AS dari sebelumnya 15.636 per dolar AS.
Baca Juga
Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong mengatakan rupiah berpotensi menguat terbatas selagi investor wait and see menantikan pidato Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell.
Advertisement
“Rupiah diperkirakan akan dibuka datar dan berkonsolidasi dengan kecenderungan menguat terbatas. Investor wait and see menantikan pidato Powell malam ini,” ujar dia dikutip dari Antara.
Powell diperkirakan akan memberikan pernyataan dovish mengingat serangkaian data ekonomi AS yang lebih lemah pekan lalu. Namun, hal tersebut hanya sebatas harapan, sehingga investor cenderung wait and see.
“Dari domestik, data indeks kepercayaan konsumen diperkirakan akan sedikit menurun dari 121,7 ke 121,1,” ucap Lukman.
Seperti diketahui, data tenaga kerja AS versi pemerintah AS yang dirilis Jumat (3/11) malam lebih buruk dari ekspektasi pasar. Lalu, data Non Farm Payrolls (NFP) edisi Oktober 20230 sebesar 150 ribu atau lebih rendah dari ekspektasi 180 ribu, dan data tingkat pengangguran 3,9 persen atau lebih tinggi dari ekspektasi 3,8 persen.
Akibat rentetan data ekonomi AS yang lemah, mata uang rupiah menguat pada Senin (6/11) sebesar 189 poin atau 1,21 persen menjadi 15.539 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar 15.728 per dolar AS.
Namun, pada penutupan perdagangan Selasa (7/11), mata uang rupiah melemah sebesar 97 poin atau 1,11 persen menjadi Rp15.636 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.539 per dolar AS disebabkan reaksi short-covering pasar dan data ekonomi China yang melambat.
Untuk nilai tukar rupiah hari ini, dia menduga rupiah akan berkisar 15.600 per dolar AS-Rp15.700 per dolar AS.
Jaga Rupiah, Cadangan Devisa Indonesia Turun Jadi USD 133,1 Miliar
Bank Indonesia (BI) mengumumkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2023 tetap tinggi sebesar USD 133,1 miliar. Meskipun tetap tinggi, angka cadangan devisa tersebut turun dibandingkan dengan posisi pada akhir September 2023 sebesar USD 134,9 miliar.
Direktur Bank Indonesia Nita A. Muelgini menjelaskan, penurunan posisi cadangan devisatersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai langkah antisipasi dampak rambatan sehubungan dengan semakin meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," kata dia dalam keterangan tertulis, Selasa (7/11/2023).
"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," tambah dia.
Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan respons bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Advertisement