Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan, cita-cita dunia untuk mencapai transisi energi bisa terwujud jika masalah di Indonesia dapat terselesaikan. Salah satunya terkait penggunaan PLTU batu bara, yang masih menjadi sumber energi terbesar di Tanah Air.
"Saya dalam berbagai event selalu katakan, kalau Anda dan kita bisa selesaikan masalah Indonesia, khususnya dalam hal transisi energi, saya sangat optimis kita bisa selesaikan problem dunia dalam transisi energi," ujar Sri Mulyani dalam Indonesia International Conference for Sustainable Finance and Economy 2023, Rabu (8/11/2023).
Sebab, kata Sri Mulyani, cita-cita Indonesia menggapai target net zero emission 2060 telah ituabgkan lewat berbagai kebijakan. Ia mengambil contoh OJK yang akan menciptakan platform dan regulasi bagi partisipasi di sektor swasta.
Baca Juga
Indonesia disebutnya sudah menerbitkan strategi untuk mencapai low carbon dan ketahanan iklim 2040. Sementara dalam hal mencapai target net zero emission 2060, pemerintah mengidentifikasikan ada dua sektor yang sangat kritis.
Advertisement
"Kehutanan dan pemakaian lahan, ini sangat-sangat penting, signifikan terhadap pengurangan CO2. Ongkosnya juga relatif murah. Kalau dikomparasikan dengan sektor energi lain, yang juga kontribusinya terhadap pembuangan emisi karbon sangat-sangat signifikan, ongkosnya sangat-sangat besar," papar Sri Mulyani.
"Kita semua tahu, tidak ada pembangunan tanpa pemakaian energi. Jadi tantangannya, bagaimana kita melanjutkan pembangunan tanpa memperburuk climate change, dan masuk kepada skenario mencapai energi hijau," tegasnya.
Energi Terbarukan
Kendati begitu, ia tak mengelak itu jadi misi yang menantang bagi pemerintah. Sebab, selain melanjutkan program energi terbarukan, sejumlah PLTU batu bara sebagai sumber kelistrikan utama harus disuntik mati.
"Ini bukan hanya sekadar pembangkit listrik, tapi pola transisi dan distribusinya juga harus didesain ulang. Itu berarti capital expenditure (belanja modal), itu juga berarti uang," kata Sri Mulyani.
Namun, Sri Mulyani kembali menegaskan cita-cita itu bukan sesuatu yang abstrak, tapi selalu didiskusikan oleh pemerintah seiring dengan target Indonesia menjadi 5 negara ekonomi terbesar dunia pada 20 tahun ke depan.
"Jadi ketika Anda bisa menyelesaikan masalah Indonesia, Anda bisa menyelesaikan masalah dunia. Karena sekarang 62 persen dari power generator kita berbahan bakar batubara, sisanya juga berasal dari energi fosil. Anda tidak bisa bilang, oke, climate change menghalangi kita untuk tidak lagi menggunakan energi (fosil). Itu akan menciptakan ketidakpastian politik dan sosial," tuturnya.
Menuju Net Zero Emisi Karbon, Perbankan Punya Peran Besar Lewat Pembiayaan Berkelanjutan
Pembiayaan berkelanjutan merupakan paradigma keuangan yang telah menjadi sorotan utama dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia. Tak hanya aspek finansial, tetapi juga mencakup aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola yang berdampak luas.
Di Indonesia, pembiayaan berkelanjutan memiliki peran penting dalam memenuhi tantangan dan peluang yang dihadapi. Pembiayaan berkelanjutan atau sustainable finance merupakan pendekatan keuangan yang memadukan pertumbuhan ekonomi dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Peneliti Ekonomi Lingkungan dan Pendiri Think Policy, Andhyta Firselly Utami mengatakan bahwa aspek sosial dan lingkungan memiliki peran penting ketika membuat keputusan keuangan.
"Pembiayaan berkelanjutan itu tentang memahami bahwa ekonomi, sosial, dan lingkungan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan," kata Andhyta, dikutip Rabu (8/11/2023).
Indonesia sedang mengikuti komitmen global transii nir-emisi atau transmisi menuju nol karbon, dengan mengurangi emisi karbon hingga mencapai net zero emisi karbon di tahun 2050. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia berusaha untuk mengurangi emisi karbon secara signifikan, dan jika ada emisi yang tersisa, akan dikompensasi melalui upaya seperti penanaman hutan atau teknologi karbon negatif.
Â
Advertisement
Peran Perbankan dalam Pembiayaan Berkelanjutan
Perbankan memiliki peran yang sentral. Andhyta mengatakan, perbankan tidak hanya sebagai penyedia dana, tetap juga sebaga agen perubahan dalam mendorong praktik bisnis yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
"Perbankan memiliki peran dalam mndukung proyek-proyek yang berfokus pada energi terbarukan, efisiensi energi, dan tata kelola perusahaan yang baik," kata Andhyta.
Peran perbankan dalam pembiayaan berkelanjutan menciptakan perubahan positif yang bersifat menyeluruh dalam ekonomi.
Di Indonesia saat ini, beberapa bank telah mengadopsi praktik keuangan berkelanjutan, termasuk penerbitan green bonds untuk mendukung proyek-proyek berkelanjutan. Namun, terdapat tantangan dalam mengintegrasikan pembiayaan berkelanjutan dalam skala yang lebih besar.
"Salah satu tantangan utamanya adalah perluasan paktik keuangan berkelanjutan di luar proyek-proyek besar dan berdampak langsung, seperti energi terbarukan," ungkap Andhyta. Ia menambahkan, meningkatkan inklusi keuangan berkelanjutan merupakan salah satu tantangan yang masih dihadapi, terutama di daerah-daerah pedesaan.