Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) akan menerbitkan instrumen Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) pada 21 November 2023. Penerbitan SVBI dan SUVBI untuk menjaga stabilitas rupiah.
Penerbitan kedua instrumen itu bertujuan menarik masuknya modal asing ke pasar keuangan domestik dan menjadi instrumen moneter yang pro-market untuk pendalaman pasar uang, demikian dikutip dari Antara, Rabu (8/11/2023).
Baca Juga
Modal asing yang masuk SVBI dan SUVBI akan menambah likuiditas dan suplai sehingga diharapkan dapat berdampak positif pada sisi permintaan. Penerbitan kedua instrumen itu berperan dalam perbaikan suplai dan permintaan untuk menjaga harga supaya tidak timpang sehingga terjadi penguatan pada rupiah.
Advertisement
SVBI merupakan surat berharga dalam valuta asing yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek di bawah satu tahun.
Sedangkan SUVBI adalah valuta asing yang mengusung prinsip syariah milik Bank Indonesia.Instrumen itu akan memakai aset surat berharga dalam valuta asing yang dimiliki Bank Indonesia sebagai underlying. SVBI akan diterbitkan pada tenor 1,3,6,9 dan 12 bulan.
Sedangkan SUVBI akan diterbitkan dengan tenor 1,3, dan 6 bulan dengan settlement T+2.Sementara itu, BI mencatat kepemilikan asing atas Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) telah menembus Rp 16,98 triliun hingga 6 November 2023 dari total outstanding Rp 144,31 triliun. Total yang sudah diperdagangkan di pasar sekunder Rp 27,99 miliar.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto menuturkan, kepemilikan asing di SRBI telah mencapai Rp 16,98 triliun per 6 November 2023. Edi menuturkan, SRBI cukup berpengaruh terhadap stabilisasi rupiah. Saat pasar global kondusif, terjadi penguatan rupiah yang cukup besar.
Sebaliknya, rupiah turut tertekan saat pasar global juga lesu.Di sisi lain, Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan (DPPK) BI Donny Hutabarat menuturkan, instrumen itu mampu menambah likuiditas valuta asing atau valas di dalam negeri.
"Secondary market SRBI ini sebetulnya sudah cukup berkembang saat ini, sudah masuk sekitar 1 miliar dolar AS. Pasti ada kaitannya dengan maksudnya offshore dan berkontribusi ke penguatan rupiah," kata Donny.
Bank Indonesia Yakin Inflasi Tetap Terkendali Sesuai Sasaran
Sebelumnya diberitakan, Bank Indonesia (BI) memastikan inflasi pada Oktober 2023 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 3,0±1%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Oktober 2023 tercatat sebesar 0,17% (mtm), sehingga secara tahunan menjadi 2,56% (yoy).
Direktur Eksekutif Bank Indonesia Erwin Haryono menjelaskan, inflasi yang terjaga merupakan hasil nyata dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.
"Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia meyakini inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3,0±1% pada 2023 dan 2,5%±1% pada 2024," kata dia dalam keterangan tertulis, Rabu (1/11/2023).
Inflasi inti tetap terjaga rendah. Inflasi inti pada Oktober 2023 tercatat sebesar 0,08% (mtm), lebih rendah dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,12% (mtm). Realisasi inflasi inti tersebut terutama disumbang oleh inflasi komoditas emas perhiasan dan sewa rumah.
Secara tahunan, inflasi inti Oktober 2023 tercatat sebesar 1,91% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,00% (yoy).
Advertisement
Perlambatan Inflasi
Inflasi kelompok volatile food menurun. Kelompok volatile food pada Oktober 2023 mencatat inflasi sebesar 0,21% (mtm), lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,37% (mtm).
Perlambatan inflasi volatile food tersebut terutama disumbang oleh deflasi pada komoditas telur ayam ras, aneka bawang, dan minyak goreng seiring dengan kecukupan pasokan. Sementara itu, penurunan inflasi lebih lanjut tertahan oleh komoditas beras dan aneka cabai yang meningkat.
Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 5,54% (yoy), meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,62% (yoy).
Inflasi kelompok administered prices tercatat meningkat. Kelompok administered prices pada Oktober 2023 mengalami inflasi sebesar 0,46% (mtm), lebih tinggi dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 0,23% (mtm).
Kenaikan tersebut terutama bersumber dari inflasi bensin dan angkutan udara akibat penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi, dan peningkatan harga avtur sejalan dengan kenaikan harga minyak global. Secara tahunan, inflasi kelompok administered prices tercatat sebesar 2,12% (yoy), meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,99% (yoy).
Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 5,2% pada 2024, Indonesia Perlu Investasi Rp 6.900 Triliun
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah yakin bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi 2023 di kisaran 5,3% pada 2023 dan 5,2% pada 2024. Hal ini karena kondisi fundamental yang cukup baik sampai dengan kuartal III 2023 kemarin.
Namun memang, pemerintah tetap mewaspadai berbagai risiko yang menghadang terutama faktor eksternal. Airlangga menjelaskan, ketidakpastian ekonomi global masih cukup besar. Mulai dari risiko pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melemah, harga komoditas yang volatile, geopolitik perang Ukraina-Rusia dan konflik Palestina-Israel.
Selain itu, ancaman El Nino dan perubahan iklim, risiko debt-distress, kontraksi PMI Manufaktur global, serta meningkatnya harga minyak dunia juga menjadi kekhawatiran. "Pertumbuhan ekonomi global masih lemah dan melambat serta tidak merata, tahun 2023 diperkirakan hanya tumbuh 2,9% dan tahun 2024 menurun ke 2,8%," kata Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulis, Sabtu (21/10/2023).
Kondisi perlambatan ekonomi global ini akan meningkatkan risiko terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV 2023. Untuk 2024, peningkatan risiko global diperkirakan juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan mampu mencapai 5,2%.
“Perlambatan ekonomi dunia dan berbagai risiko serta ketidakpastian global, berpotensi akan meningkatkan risiko bagi pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV 2023 dan di tahun 2024,” ungkap Airlangga Hartarto.
Namun sejauh ini, Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang baik, sebab pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu mencatatkan angka di atas 5% selama tujuh kuartal berturut-turut. Inflasi Indonesia pada September 2023 mampu terjaga di level 2,28% (yoy) dan menjadi yang terendah sejak Februari 2022.
PMI Manufaktur masih terus di level ekspansif, optimisme masyarakat dari sisi IKK masih cukup tinggi, dan Indeks Penjualan Riil yang masih tumbuh positif, serta Neraca Perdagangan pada September 2023 yang masih surplus sebesar USD3,42 miliar, melanjutkan surplus selama 41 bulan berturut-turut.
Advertisement