Sukses

Harga Minyak Dunia Anjok 3% Akibat Ketakutan Perlambatan Ekonomi AS dan China

Barclays menurunkan perkiraan harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia untuk tahun 2024 sebesar USD 4 menjadi USD 93 per barel.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia turun hampir 3% pada perdagangan rabu ke level terendah dalam 3 bulan. Penurunan harga minyak dunia ini terjadi di tengah kekhawatiran berkurangnya permintaan di AS dan China.

Mengutip CNBC, Kamis (9/11/2023), harga minyak Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia turun USD 2,07 atau 2,54% menjadi USD 79,54 per barel. Sedangkan harga minyak mentah AS kehilangan $2,04 atau 2,64% menjadi USD 75,33 per barel.

Kedua tolok ukur harga minyak dunia ini mencapai titik terendah sejak pertengahan Juli.

“Pasar jelas kurang khawatir terhadap potensi gangguan pasokan di Timur Tengah dan malah fokus pada pelonggaran keseimbangan,” kata analis ING Warren Patterson dan Ewa Manthey dalam sebuah catatan. Pernyataan keduanya ini mengacu kepada masalah pasokan minyak mentah.

Salah seorang sumber pasar yang mengutip angka dari American Petroleum Institute mengatakan pada pada Selasa malam bahwa stok minyak mentah AS naik hampir 12 juta barel pada pekan lalu. Tentu saja kenaikan stok ini membebani pasar.

Angka tersebut akan menjadi peningkatan terbesar sejak bulan Februari, dibandingkan dengan data pemerintah. Namun, Badan Informasi Energi AS (EIA) telah menunda rilis data persediaan minyak mingguannya, biasanya pada hari Rabu, hingga tanggal 15 November untuk menyelesaikan peningkatan sistem yang direncanakan.

Sementara itu, EIA pada hari Selasa menyebutkan produksi minyak mentah AS akan meningkat tahun ini sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya namun konsumsi minyak bumi akan turun sebesar 300.000 barel per hari (bpd).

Angka ini membalikkan perkiraan sebelumnya yang memperkirakan kenaikan sebesar 100.000 barel per hari.

 

2 dari 3 halaman

Data China dan Eropa

Data dari China, importir minyak mentah terbesar di dunia, menunjukkan total ekspor barang dan jasa mengalami kontraksi lebih cepat dari perkiraan, sehingga menambah kekhawatiran terhadap prospek permintaan energi.

Di zona euro, data yang menunjukkan penurunan penjualan ritel juga menyoroti lemahnya permintaan konsumen dan prospek resesi.

“Penurunan harga yang kita lihat mencerminkan dua hal. Pertama kekhawatiran terhadap perekonomian global yang mengalami hambatan berdasarkan data dari Tiongkok. Kedua, rasa percaya diri bahwa perang di Israel dan Jalur Gaza tidak akan berdampak pada pasokan,” kata analis Price Futures Group, Phil Flynn.

Namun, impor minyak mentah China pada Oktober menunjukkan pertumbuhan yang kuat dan gubernur bank sentral China mengatakan bahwa negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut diperkirakan akan mencapai target pertumbuhan produk domestik bruto pada tahun ini. Beijing telah menetapkan target pertumbuhan sekitar 5%.

 

3 dari 3 halaman

OPEC dan Rusia

Analis dari Goldman Sachs memperkirakan ekspor minyak bersih melalui laut oleh enam negara dari kelompok produsen minyak OPEC akan tetap hanya 600.000 barel per hari di bawah level bulan April. OPEC telah mengumumkan pengurangan produksi kumulatif sebesar 2 juta barel per hari sejak April 2023.

Rusia, bagian dari kelompok produsen yang dikenal sebagai OPEC+, sedang mempertimbangkan untuk mencabut larangan ekspor beberapa jenis bensin, kantor berita Interfax mengutip pernyataan Menteri Energi Nikolai Shulginov.

Moskow memberlakukan larangan ekspor bahan bakar pada 21 September untuk mengatasi tingginya harga bahan bakar dalam negeri dan kekurangan bahan bakar. Pemerintah melonggarkan pembatasan pada tanggal 6 Oktober, mengizinkan ekspor solar melalui pipa, namun tetap mempertahankan langkah-langkah ekspor bensin.

Barclays menurunkan perkiraan harga minyak mentah Brent tahun 2024 sebesar USD 4 menjadi USD 93 per barel.