Sukses

Ekonomi Jalur Gaza Luluh Lantak Usai Dibombardir Israel, 182 Ribu Pekerjaan Lenyap

ILO pun memperingatkan dampak ekonomi yang lebih parah jika perang Palestina dan Israel ini berlangsung selama bertahun-tahun mendatang. Bahkan, dampak ekonomi tersebut tak bisa dibayangkan jika perang terus berlangsung.

 

Liputan6.com, Jakarta - The International Labour Organization (ILO) atau Organisasi Buruh Internasional melaporkan bahwa 61% penduduk di Gaza kehilangan pekerjaan usai serangan 7.000 roket yang dilancarkan oleh milisi Hamas kepada Israel pada Sabtu 7 Oktober 2023. Usai serangkan tersebut konflik antara Hamas dan Israel memanas dan meluluhlantakkan jalur Gaza.

Jika dihitung, angka 61% tersebut setara dengan 182.000 pekerjaan lenyap imbas konflik yang sangat berdampak kepada ekonomi wilayah tersebut.

ILO pun memperingatkan dampak ekonomi yang lebih parah jika perang Palestina dan Israel ini berlangsung selama bertahun-tahun mendatang. Bahkan, dampak ekonomi tersebut tak bisa dibayangkan jika perang terus berlangsung.

"Penilaian awal kami mengenai dampak krisis tragis yang terjadi saat ini terhadap pasar tenaga kerja Palestina telah membuahkan hasil yang sangat mengkhawatirkan, dan hal ini hanya akan bertambah buruk jika konflik terus berlanjut," kata Direktur Regional ILO untuk Negara-Negara Arab, Ruba Jaradat, dikutip dari Merdeka.com, Kamis (9/11/2023).

Hal ini mengakibatkan, Jalur Gaza yang berada di bawah blokade Israel sejak 2005, menderita kerugian ekonomi yang parah bahkan sebelum dimulainya konflik terbaru. Alhasil, pengangguran di wilayah ini mencapai 46,4 persen pada kuartal II 2023.

Ini menjadi salah satu tingkat pengangguran tertinggi di dunia.

Selain Jalur Gaza, di Tepi Barat Palestina yang diduduki juga kehilangan sekitar 24 persen lapangan kerja. Angka ini setara dengan 208.000 pekerjaan, akibat dampak perang.

Jika digabungkan, hilangnya pekerjaan di dua wilayah Palestina berarti hilangnya pendapatan harian sebesar USD16 juta. Nilai kerugian ini setara Rp 250,17 miliar (estimasi kurs 15.365 per dolar AS).

Oleh karena itu, ILO meminta penduduk di Gaza harus segera diberikan akses penuh terhadap bantuan kemanusiaan.

Mengingat, persoalan kekurangan makanan, air, dan pasokan medis yang semakin memburuk sejak Israel memperketat blokade dan mulai membombardir daerah tersebut pada 7 Oktober lalu.

"Kami juga akan mendukung mereka dalam jangka panjang dalam mengumpulkan informasi penting tentang pasar tenaga kerja dan memulihkan lapangan kerja dan perusahaan, dikombinasikan dengan inisiatif perlindungan sosial, sesuai dengan mandat kami,"pungkas Jaradat.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

2 dari 4 halaman

Mengerikan, 160 Anak di Gaza Tewas Setiap Hari Selama Serangan Brutal Israel

Perang Israel-Hamas di Jalur Gaza, Palestina yang sudah berlangsung selama satu bulan lebih telah menewaskan rata-rata 160 anak-anak dalam setiap hari.

Hal itu disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Selasa (7/11) pada konfernsi PBB di Jenewa. Data tersebut merujuk dari Kementerian Kesehatan Palestina.

"Rata-rata sekitar 160 anak terbunuh setiap hari berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Palestina)," kata pejabat WHO Christian Lindmeier dalam konferensi PBB di Jenewa, dilansir dair Antara, Rabu (8/11/2023).

Lindmeier menegaskan kembali kebutuhan mendesak akan bantuan kemanusiaan untuk meringankan penderitaan.

"Ribuan orang di Gaza meninggal dunia, dan mereka yang masih hidup menderita trauma, penyakit, kekurangan makanan dan air," katanya.

"Mereka butuh air, bahan bakar, makanan dan akses yang aman terhadap layanan kesehatan untuk bertahan hidup," lanjut Lindmeier.

"Semuanya sudah siap," katanya, mencatat bahwa logistik, konvoi dan perbekalan sudah siap.

Namun, dia melanjutkan, "yang tidak ada adalah akses dan itulah yang diperlukan. Kami memerlukan akses yang aman dan terjamin tanpa hambatan ke pasien dan ke rumah sakit. Menyeberang masuk ke Gaza adalah satu hal, langkah selanjutnya adalah mencapai rumah sakit dan tempat perbekalan."

Mengenai rumah sakit di wilayah utara, dia mengatakan bahwa WHO mampu membawa pasokan ke rumah sakit hanya "sekali".

"Persediaan telah diambil dari tangan kami dan segera dibawa ke ruang operasi karena semua yang dibawa, termasuk anestesi, yang diperlukan pada saat itu juga," kata Lindmeier.

Saat ditanya mengenai klaim Israel bahwa rumah sakit di Gaza menjadi sasaran akibat adanya terowongan Hamas di bawah rumah sakit, dia berkata: "Sebagai WHO, kami tidak dapat memverifikasi apa yang ada di bawah rumah sakit. Yang kami bisa verifikasi adalah apa yang ada di dalam rumah sakit dan di atas tanah dan hal tersebut sangat membutuhkan fasilitas medis."

3 dari 4 halaman

Gaza Jadi Kuburan Anak-anak

Jalur Gaza telah dibom secara besar-besaran sejak kelompok Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel pada 7 Oktober.

Setidaknya 10.328 warga Palestina, termasuk 4.327 anak-anak dan 2.719 perempuan, telah tewas sejak serangan balik tersebut. Sementara itu, jumlah kematian dari pihak Israel, menurut data resmi hampir mencapai 1.600 orang.

Sekjen PBB Antonio Guterres telah mengatakan bahwa "Gaza menjadi kuburan bagi anak-anak," karena ratusan anak perempuan dan laki-laki tewas atau terluka setiap hari.

Mencapai satu bulan, 70 persen populasi di Gaza telah mengungsi, menurut badan PBB untuk Palestina, UNRWA.

"Hal ini terjadi seiring dengan ketakutan terus menerus dan kondisi kehidupan yang tidak manusiawi bagi hampir 1,5 juta orang. Tempat perlindungan UNRWA telah mencapai 4 kali lipat dari batas kapasitasnya. Para warga sipil menjadi sasaran pemindahan paksa dan hukuman kolektif," kata UNRWA dalam sebuah pernyataan.

4 dari 4 halaman

Operasi Darat Israel

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengaku bahwa pasukannya beroperasi di jantung Kota Gaza dan memberikan tekanan besar pada Hamas. Militer Israel didukung tank hingga insinyur militer.

Gallant mengklaim bahwa militer Israel menghancurkan infrastruktur Hamas dan berhasil mengisolasi Yahya Sinwar -komandan Hamas yan menurut Israel ikut merencanakan serangan pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan setidaknya 1.400 orang- di bunkernya.

Operasi darat Israel telah berlangsung selama lebih dari sepekan disertai dengan serangan udara dahsyat, yang menurut otoritas kesehatan Gaza telah menewaskan 10.328 warga Palestina, di mana 4.237 di antaranya adalah anak-anak. Demikian dikutip The Guardian, Rabu (8/11).

Pada Selasa (7/11), seperti dilansir BBC, serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 23 orang di Kota Rafah dan Khan Younis.

Media Palestina melaporkan pada Selasa bahwa setidaknya dua bangunan tempat tinggal di pusat Kota Deir al-Balah hancur akibat serangan udara Israel. Jumlah korban belum jelas. Kantor berita Palestina, Wafa, mengutip para saksi mengatakan bahwa puluhan orang tewas atau terluka dalam serangan itu.

Sementara itu sayap militer Hamas mengungkapkan pihaknya terus menembakkan roket ke kota-kota Israel. Tim BBC di Tel Aviv melaporkan ledakan keras di langit kota ketika sistem pertahanan udara Israel, Iron Dome, mencegat roket tersebut.

Juru bicara Hamas Ghazi Hamad pada Selasa membantah bahwa pasukan Israel meraih keuntungan militer signifikan atau bahwa mereka telah merangsek jauh ke Kota Gaza.

"Mereka tidak pernah memberikan kebenaran kepada masyarakat," tutur Hamad dikutip dari AP, seraya menambahkan bahwa banyak tentara Israel tewas pada Senin dan banyak pula tank hancur.

"Rakyat Palestina berjuang dan berperang melawan Israel, sampai kita mengakhiri pendudukannya."