Sukses

Menko Airlangga: Industri Besi dan Baja Tumbuh 10,8% di Kuartal III 2023

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, menyebut pertumbuhan sektor industri logam dasar termasuk didalamnya besi dan baja tumbuh sebesar 10,86 persen (yoy) di kuartal III-2023.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, menyebut pertumbuhan sektor industri logam dasar termasuk didalamnya besi dan baja tumbuh sebesar 10,86 persen (yoy) di kuartal III-2023.

"Kinerja yang sangat baik dari sektor industri logam dasar termasuk didalamnya besi dan baja yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,86 persen (yoy)," kata Airlangga Hartarto dalam acara Indonesian Iron and Steel Industry Asociation (IISIA) Bussiness Forum 2023, Kamis (9/11/2023).

Adapun dalam lima tahun terakhir, konsumsi industri baja nasional hingga 2022 rata-rata sebesar 15,62 juta ton/tahun dan produksi dengan nilai rata-rata sebesar 12,46 juta ton/tahun.

Sementara itu dari sisi ekspor, industri besi dan baja juga terus mengalami trend peningkatan dari USD7,9 miliar pada tahun 2019 menjadi USD28,5 miliar pada tahun 2022.

Di samping itu, industri baja global sendiri merupakan industri dengan kelebihan kapasitas yang signifikan, sehingga mampu berdampak bagi negara tujuan ekspor.

Untuk itu, Pemerintah juga terus berupaya untuk menjaga capaian perkembangan dan iklim industri besi dan baja dalam negeri agar tetap dapat bersaing.

“Kita punya domestic market yang besar, ini sebuah luxury. Punya bahan baku, punya tenaga kerja, punya teknologi, punya market, dan bisa ekspor, mau minta negara mana lagi yang punya seperti ini. Indonesia juga adalah the largest steel production pasti di ASEAN,” ujarnya.

Lebih lanjut, Menko Airlangga menyebut investasi untuk mensubstitusi impor produk-produk besi dan baja perlu terus didorong. Investasi tersebut dengan menerapkan prinsip berkelanjutan untuk mendukung pencapaian dekarbonisasi.

"Hal ini dikarenakan industri besi dan baja memiliki konsumsi energi yang tinggi sehingga menghasilkan emisi karbon yang tinggi. Untuk itu, Pemerintah terus memberikan dukungan bagi pelaku usaha industri besi dan baja yang menerapkan prinsip berkelanjutan," pungkasnya.

2 dari 3 halaman

Mendag Puji Keunggulan Teknologi Industri Baja Indonesia

Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan memberikan apresiasi kepada kemampuan teknologi industri baja Indonesia yang menunjukkan daya saing tinggi. Apresiasi ini diberikan dalam acara Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) Business Forum 2023.

"Kesannya setelah iya tadi kemampuan kita enggak kalah. Bahkan Krakatau duluan, saya ingat karena dulu yang bangun pertama itu orang Lampung, saya ingat Pak Maryuni, jadi saya hapal itu mengenai Posco," ujar mendag di Jakarta, Kamis (9/11/2023).

Ketua Umum PAN ini menekankan pentingnya kolaborasi dan ekosistem yang saling mendukung dalam memperkuat industri baja Indonesia.

Acara IISIA Business Forum 2023 dihadiri oleh para pemangku kepentingan utama dari industri baja Indonesia dan pihak terkait lainnya. Mendag telah memberikan dorongan positif dan keyakinan akan potensi besar industri baja Tanah Air.

Dengan kolaborasi yang kokoh dan dukungan yang terus-menerus, industri baja Indonesia dapat terus bersaing di tingkat global dan memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.

“Ekosistemnya harus saling mendukung, kata kerjanya. Kolaborasi memperkuat memperkuat yang melemahkan satu dengan yang lain ya,” pungkasnya.

3 dari 3 halaman

Aspek Keberlanjutan Bisa Tambah Daya Saing Industri Baja

Penerapan aspek keberlanjutan pada industri baja dinilai sangat penting. Selain mengurangi jejak karbon, aspek keberlanjutan juga berperan besar dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, produktivitas dan daya saing yang kemudian dalam jangka panjang bisa meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasional industri baja.

"Terlebih jika bicara ekspor, perdagangan antar negara semakin memperhatikan prinsip hijau. Jadi produk-produk yang memperhatikan aspek keberlanjutan dan ESG, termasuk mengurangi jejak karbon dengan teknologi ramah lingkungan, semakin menjadi prioritas,” kata Faisal.

Sebagai mother of industry, aspek keberlanjutan pada industri baja memang penting. Sebab, lanjut Faisal, industri baja menopang berbagai macam pembangunan industri manufaktur sendiri maupun konstruksi infrastruktur. Artinya, jelas Faisal, ke depan pertumbuhan industri baja tetap sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.

“Apalagi kalau bicara dalam jangka lebih panjang, kita akan mencapai Indonesia Emas 2045 dengan industrialisasi,” imbuhnya.

Video Terkini