Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat atau USD berlanjut menguat pada Kamis, 9 November 2023. Penguatan USD terjadi ketika pejabat The Fed memperingatkan pekan ini bahwa suku bunga AS akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, dan pasar harus berhati-hati dalam bertaruh pada penurunan suku bunga lebih awal.
Baca Juga
“Inflasi yang tinggi dan ketahanan perekonomian AS juga dapat mendorong kenaikan suku bunga lebih lanjut pada tahun ini,” kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam paparan tertulis pada Kamis (9/11/2023).
“Komentar mereka agak mengimbangi spekulasi baru-baru ini bahwa siklus kenaikan suku bunga The Fed telah berakhir, dan membuat para pedagang beralih kembali ke aset-aset yang terkena suku bunga seperti dolar dan Treasury,” paparnya, terkait pernyataan pejabat bank sentral AS. Dalam pidatonya pasa Rabu (8/11), Ketua The Fed Jerome Powell telah memberikan sedikit petunjuk mengenai kebijakan moneter.
Advertisement
Namun Powell akan melanjutkan pidato di acara terpisah pada Kamis malam.
Meskipun pasar menafsirkan komentar Powell tidak terlalu hawkish, bos The Fed itu tetap mempertahankan retorikanya bahwa suku bunga AS akan tetap lebih tinggi dalam waktu lebih lama, dan diperlukan langkah lebih lanjut untuk menurunkan inflasi.
China Kembali Melakukan Disinflasi
Sementara di Asia, China kembali melakukan disinflasi, namun tanda-tanda perselisihan ekonomi lainnya di negara itu menjadi beban terbesar di pasar Asia, karena data pemerintah menunjukkan bahwa inflasi konsumen dan produsen menyusut pada bulan Oktober.
Data tersebut menunjukkan bahwa China mengalami disinflasi untuk kedua kalinya di 2023, karena serangkaian langkah stimulus oleh Beijing gagal menopang pengeluaran secara berarti.
“Kelemahan di China juga menjadi pertanda buruk bagi pasar Asia yang lebih luas, mengingat ketergantungan mereka pada negara tersebut sebagai mitra dagang,” imbuh Ibrahim.
Rupiah Melemah Lagi pada Kamis, 9 November 2023
Rupiah kembali ditutup melemah tipis 5 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat menguat 10 point dilevel Rp. 15.655 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.650.
Untuk perdagangan besok, Ibrahim memprediksi Rupiah akan fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.640- Rp. 15.740.
Pemerintah Indonesia Fokus pada Daya Beli Untuk Dorong Target Ekonomi
Saat ini, pemerintah berfokus terhadap daya beli masyarakat untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 sebesar 5 persen.
Namun upaya itu tentunya tidak lepas dari beberapa tantangan, salah satunya perekonomian yang sedang berada dalam tren perlambatan, terutama di Eropa dan China.
Adapun kondisi fiskal AS yang mengalami tekanan signifikan. Situasi ini memicu gejolak pasar keuangan dengan naiknya yield UST ke rekor tertinggi dalam 1,5 dekade terakhir. “Dinamika perlambatan dan meningkatnya risiko ketidakpastian pasar keuangan global berdampak cukup signifikan pada hampir seluruh negara emerging market, termasuk Indonesia,” kata Ibrahim.
Advertisement
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan III 2023 tercatat 4,94 persen.
Ini menandai perlambatan dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,17 persen, terutama akibat menurunnya kinerja ekspor barang dan jasa.
Perlambatan Ekonomi Global Diprediksi Masih Akan Berlanjut Ibrahim mengatakan, perlambatan ekonomi global diperkirakan berlanjut dan berpotensi menggeret pertumbuhan triwulan IV kembali berada dibawah 5 persen.
“Sehingga secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 berisiko dibawah 5 persen Selain itu, dampak El Nino yang telah mendorong kenaikan inflasi volatile food akibat naiknya harga beras juga perlu diwaspadai,” ujanya.
Untuk merespons kondisi tersebut, pemerintah merilis paket kebijakan untuk stabilisasi ekonomi dan melindungi daya beli masyarakat. Paket kebijakan tersebut terdiri dari tiga kebijakan utama. Kebijakan pertama, yaitu Penebalan Bansos untuk melindungi daya beli masyarakat miskin dan rentan.
Kebijakan kedua yaitu Percepatan Penyaluran Program KUR ditujukan untuk penguatan UMKM guna menopang pertumbuhan di tengah peningkatan suku bunga dan kebijakan ketiga adalah Penguatan Sektor Perumahan.
“Kebijakan ini ditempuh dengan pertimbangan efek pengganda sektor yang besar. Sampai dengan September 2023, kinerja sektor Perumahan berada dalam trend melambat sehingga perlu adanya intervensi untuk menggairahkan kembali kinerja sektor ini. Hal tersebut diharapkan mampu menopang kinerja perekonomian di tengah risiko perlambatan global,” papar Ibrahim.