Liputan6.com, Jakarta Raksasa teknologi asal Amerika Serikat, Amazon kembali melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). PHK kali ini berdampak lada tenaga kerja di unit musik Amazon, menurut keterangan perusahaan pada hari Rabu (8/11).
Mengutip Fox News, Kamis (9/11/2023) sumber terkait kabar PHK di Amazon mengatakan bahwa beberapa karyawan Amazon Music dari Amerika Latin, Amerika Utara, dan Eropa telah diberitahu bahwa posisi mereka telah diberhentikan.
Baca Juga
Juru bicara Amazon membenarkan adanya PHK di divisi tersebut namun menolak mengungkapkan jumlah karyawan yang diberhentikan.
Advertisement
“Kami telah memantau dengan cermat kebutuhan organisasi kami dan memprioritaskan apa yang paling penting bagi pelanggan dan kesehatan bisnis kami dalam jangka panjang,” kata juru bicara tersebut dalam sebuah pernyataan.
"Beberapa peran telah dihilangkan di tim Amazon Music. Tetapi kami akan terus berinvestasi di Amazon Music,” jelasnya.
PHK tersebut merupakan yang terbaru dari serangkaian pemangkasan yang dilakukan Amazon selama setahun terakhir, yang berdampak pada lebih dari 27.000 karyawan di raksasa ritel e-commerce tersebut.
Miliarder Jeff Bezos
Perusahaan gang didirikan miliarder Jeff Bezos itu melakukan banyak perekrutan selama pandemi ini, namun Presiden dan CEO Andy Jassy memperingatkan karyawannya tahun lalu bahwa jumlah tenaga kerja akan dipangkas dan PHK akan berlanjut hingga tahun 2023.
Dalam laporan pendapatan terbarunya bulan lalu, Amazon mengungkapkan kenaikan pendapatan sebesar 13 persen menjadi USD 143,1 miliar untuk kuartal ketiga, melampaui perkiraan Wall Street sebesar USD 141,41 miliar.
Raksasa e-commerce ini juga memperkirakan peningkatan pendapatan liburan pada akhir tahun 2023.
“Perlambatan yang dialami raksasa ritel tahun lalu tampaknya sudah mulai terlihat karena mereka telah memulai pemotongan biaya yang signifikan sepanjang tahun ini dan mempertajam fokusnya pada bidang pertumbuhan utama,” kata analis Insider Intelligence Zak Stambor, dalam reaksinya terhadap pendapatan tersebut.
Citigroup Berencana PHK 10 Persen Karyawan
Citigroup dilaporkan sedang mempertimbangkan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara signifikan terhadap 10 persen karyawannya.
PHK di Citigroup kali ini merupakan bagian dari upaya reorganisasi CEO-nya, Jane Fraser.
Mengutip Investing.com, Selasa (7/11/2023) diskusi PHK ini masih dalam tahap awal, maka jumlah karyawan yang terdampak mungkin berubah dalam beberapa pekan mendatang.
Selain itu, para eksekutif di Citigroup diperkirakan akan menghadapi PHK melebihi ambang batas 10 persen sebagai bagian dari strategi Fraser untuk mengurangi posisi yang melibatkan banyak tugas, termasuk manajer regional dan co-head.
Terdapat juga potensi risiko bagi staf operasi yang sebelumnya mendukung bisnis yang telah mengalami divestasi atau restrukturisasi.
"Satu-satunya hal yang dapat dia lakukan saat ini adalah pengurangan jumlah karyawan secara signifikan," kata analis di Edward Jones kepada CNBC.
"Dia perlu melakukan sesuatu yang besar, dan saya pikir ada kemungkinan hal itu akan menjadi lebih besar dan lebih menyakitkan bagi karyawan Citi daripada yang mereka perkirakan," ucapnya.
Sebelumnya, pada September 2023 Fraser telah mengumumkan reorganisasi perusahaan dengan mengurangi lapisan manajemen.
Mendekati tahun ketiga di Citigroup, Jane Fraser berupaya merevitalisasi perusahaan yang sahamnya terus merosot. Sedangkan Citigroup berdasarkan aset termasuk bank terbesar ketiga di Amerika Serikat setelah JPMorgan Chase dan Bank of America.
Bank ini memiliki unit perbankan ritel domestik yang jauh lebih kecil dibandingkan pesaingnya. Hal ini dinilai menjadi alasan Citigroup mengalami kesulitan di era krisis keuangan setelah 2008.
Advertisement
Perusahaan Logistik Terbesar Dunia Maersk PHK Massal 3.500 Karyawan
Salah satu perusahaan logistik peti kemas terbesar di dunia, Maersk mengatakan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 3.500 karyawannya.
PHK massal ini terjadi karena rendahnya tarif angkutan dan permintaan di sektor logistik.
Sebelumnya, pada awal 2023, AP Moller-Maersk telah memangkas 6.500 karyawan sebagai bagian dari langkah-langkah pengendalian biaya yang ketat namun mengatakan bahwa diperlukan lebih banyak PHK.
Melansir BBC, Senin (6/11/2023) Maersk mengungkapkan bahwa labanya anjlok sebesar 92 persen dalam hasil kuartal terbarunya.
Dikatakan bahwa memburuknya harga pengiriman melalui laut mendorong PHK lebih lanjut.
Selain itu, perusahaan logistik asal Denmark tersebut juga mengatakan dalam pembaruan perdagangannya bahwa ada "tekanan signifikan terhadap suku bunga" dalam beberapa bulan terakhir.
“Industri kami menghadapi kondisi normal baru dengan melemahnya permintaan, harga kembali sejajar dengan tingkat historis dan tekanan inflasi pada basis biaya kami,” kata CEO Maersk, Vincent Clerc.
"Sejak musim panas, kami telah melihat kelebihan kapasitas di sebagian besar wilayah yang memicu penurunan harga dan tidak ada peningkatan nyata dalam daur ulang atau penghentian penggunaan kapal,” bebernya.
Hilangnya lapangan kerja akan mengurangi jumlah tenaga kerja global Maersk hingga di bawah 100.000 orang.
Sekitar 2.500 dari 3.500 jabatan terbaru di Maersk juga akan diberhentikan dalam beberapa bulan mendatang, dan sisanya pada tahun 2024.
Diperkirakan bahwa PHK akan menghemat biaya hingga 600 juta poundsterling bagi bisnis Maersk tahun depan, namun belum mengungkapkan lokasi karyawan atau posisi yang terdampak.