Sukses

Ketua The Fed Jerome Powell: Ekonomi AS Sudah Mulai Tahan Kenaikan Suku Bunga

Powell dan pejabat the Fed lainnya juga melihat imbal hasil obligasi yang lebih tinggi memainkan peran penting dalam mendinginkan perekonomian, karena hal ini berarti biaya pinjaman yang lebih tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell memastikan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) menyeimbangkan risiko inflasi meningkat kembali versus risiko perlambatan ekonomi AS.

“Mungkin secara struktural perekonomian AS sedikit lebih tahan terhadap suku bunga,” kata Jerome Powell, dikutip dari CNN Business, Jumat (10/11/2023).

Powel menunjuk pada pemilik rumah yang mengunci suku bunga hipotek sangat rendah selama pandemi, dan tidak menjual properti mereka karena kenaikan suku bunga.

Powell dan pejabat the Fed lainnya juga melihat imbal hasil obligasi yang lebih tinggi memainkan peran penting dalam mendinginkan perekonomian, karena hal ini berarti biaya pinjaman yang lebih tinggi.

“Suku bunga yang lebih tinggi ini sebenarnya berdampak pada hipotek masyarakat, biaya seluruh utang dengan suku bunga mengambang terkena dampaknya, sehingga berdampak pada perekonomian,” jelas Powell.

Seperti diketahui, perekonomian AS tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 4,9 persen pada kuartal ketiga 2023, ditopang oleh belanja konsumen yang kuat.

Konsumen di Amerika berbelanja untuk konser, menonton film, dan jalan-jalan merupakan ciri kuatnya kekuatan ekonomi di musim panas.

Di sisi lain, hal ini berpotensi menyulitkan The Fed, karena permintaan yang kuat dapat mempertahankan tekanan kenaikan pada harga.

Mekanisme The Fed dalam mengatasi inflasi adalah dengan memperlambat permintaan melalui kenaikan suku bunga.

Suku bunga AS saat ini berada pada level tertinggi dalam 22 tahun terakhir dan The Fed telah memberi isyarat bahwa mereka kemungkinan akan mempertahankan kenaikan suku bunga lebih lama.

Mendinginkan perekonomian melalui suku bunga tinggi mungkin lebih sulit dibandingkan sebelumnya, kata Powell.

2 dari 3 halaman

The Fed Tahan Suku Bunga di 5,25%-5,5%

Sebelumnya, Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve telah mempertahankan suku bunga utama pada level tertinggi dalam 22 tahun.

Melansir BBC, Kamis (2/11/2023) The Fed mempertahankan suku bunganya tetap pada 5,25%-5,5%, setelah sebelumnya telah menaikkan biaya pinjaman untuk meredam inflasi.

 Keputusan suku bunga ini datang setelah data terbaru menunjukkan perekonomian Amerika Serikat tumbuh lebih baik dari perkiraan sebesar 4,9 persen pada kuartal III 2023.

Angka tersebut merupakan lompatan besar dari kuartal sebelumnya dan didukung oleh pasar kerja yang ketat dan peningkatan belanja konsumen.

Dalam sebuah pernyataan, The Fed mengatakan bahwa pemungutan suara yang mendukung mempertahankan suku bunga sudah dilakukan dengan suara bulat, dan menambahkan bahwa mereka siap untuk menyesuaikan kebijakan sebagaimana mestinya jika ada risiko yang muncul.

Dikatakan bahwa mempertahankan suku bunga akan memberi bank waktu untuk "menilai informasi tambahan" mengenai kinerja perekonomian.

 

3 dari 3 halaman

Ekonomi Global Masih Tidak Pasti

Ketuanya Jerome Powell mengatakan data ekonomi yang baik selama beberapa bulan adalah "hanya permulaan membangun kepercayaan" bahwa inflasi bergerak menuju targetnya.

Dia mengatakan bahwa "perjalanan masih panjang", dan dia memahami inflasi yang tinggi dapat menjadi hambatan karena mengikis daya beli konsumen.

Powell juga mengatakan bahwa pihaknya memahami kenaikan suku bunga The Fed sebelumnya berdampak pada masyarakat dan dunia usaha, namun tingkat kenaikan harga masih jauh di atas targetnya.

Hal ini menandakan bahwa bank sentral mungkin menunda penurunan suku bunga, karena inflasi di AS saat ini berada pada angka 3,7%, masih di atas target The Fed sebesar 2%.

Selain itu, Powell juga melihat masih ada ketidakpastian global yang harus dipertimbangkan oleh bank sentral.

Ketidakpastian ini salah satunya yang ditimbulkan dari ketegangan geopolitik global yang meningkat, termasuk di Ukraina, dan konflik Israel-Hamas.