Liputan6.com, Jakarta - Indeks dolar Amerika Serikat kembali menguat pada Jumat, 10 November 2023. Penguatan USD terjadi menyusul pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell bahwa pihaknya masih belum yakin kebijakan moneter cukup ketat, dan memperingatkan kenaikan suku bunga lebih lanjut jika diperlukan.
Komentar Powell muncul setelah pejabat The Fed lainnya menyampaikan sinyal serupa, dan pasar mempertimbangkan kembali ekspektasi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunganya.
Baca Juga
“Inflasi yang tinggi dan ketahanan perekonomian AS diperkirakan akan membuat The Fed bersikap hawkish dalam beberapa bulan mendatang,” kata Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam paparan tertulis pada Jumat (10/11/2023).
Advertisement
Di sisi lain, ekspektasi untuk mengakhiri kenaikan suku bunga The Fed telah meningkat minggu lalu setelah para pedagang menafsirkan komentar Powell pada pertemuan tersebut sebagai komentar yang kurang hawkish.
“Meskipun sebagian besar spekulasi ini masih ada, pasar kini menjadi kurang yakin bahwa bank akan memangkas suku bunga dengan selisih yang besar pada tahun 2024,” beber Ibrahim.
“Prospek suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama menjadi pertanda buruk bagi mata uang Asia, karena kesenjangan antara imbal hasil yang berisiko dan yang berisiko rendah semakin menyempit. Imbal hasil Treasury AS juga melonjak dalam perdagangan semalam, sehingga semakin menekan pasar regional,” dia menyoroti.
Risiko perlambatan di China juga mengurangi sentimen terhadap Asia, menyusul serangkaian data yang lemah pada bulan Oktober.
Rupiah Melemah pada Jumat, 10 November 2023
Rupiah kembal ditutup melemah 40 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat melemah 50 point dilevel Rp. 15.695 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.655
“Sedangkan untuk perdagangan senen depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.680- Rp. 15.770,” ungkap Ibrahim.
Menjaga Momentum Ekonomi
Dengan ketidakpastian global akibat geopolitik, menurut Ibrahim, yang paling utama harus diupayakan oleh pemerintah adalah bagaimana menjaga momentum pulihnya permintaan domestik pascapandemi.
“Permintaan domestik jauh lebih berperan terhadap perekonomian nasional Indonesia. Sementara peran ekspor atau hubungan perdagangan luar negeri tidak terlalu signifikan,” katanya.
“Oleh karena itu, pemerintah harus berupaya menjaga momentum pulihnya permintaan domestik. Upaya yang dapat dilakukan pemerintah antara lain dengan berbagai stimulus dan belanja pemerintah, termasuk di antaranya stimulus pajak dan bantuan sosial,” sambungnya.
Ibrahim lebih lanjut mengatakan, Pemerintah juga perlu menghindari guncangan yang bersifat kontra produktif dari kebijakan seperti menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi.
Advertisement
Ekonomi RI Lanjutkan Pertumbuhan di Kuartal III 2023 Meski Sedikit Melambat
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2023 tetap kuat di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Pertumbuhan kni ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 5,06 persen (yoy), seiring dengan kenaikan mobilitas yang terus berlanjut, daya beli masyarakat yang stabil, serta keyakinan konsumen yang masih tinggi.
“Ke depan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan didukung oleh permintaan domestik, baik konsumsi swasta dan pemerintah, maupun investasi. Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun 2023 tetap pada kisaran 4,5 sampai 5,3 persen,” papar Ibrahim.