Sukses

Indonesia-Australia Perkuat Kerja Sama Riset dan Inovasi Lewat KONEKSI

Bappenas berharap, program KONEKSI dapat melahirkan praktik-praktik baik yang menjadi pondasi penguatan triple helix yang melibatkan pemerintah, perguruan tinggi dan industri.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian PPN/Bappenas bersama Pemerintah Australia meluncurkan Program Kemitraan Kolaborasi Pengetahuan dan Inovasi Australia Indonesia (KONEKSI).

Mewakili Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa, Deputi bidang Pembangunan Manusia Masyarakat dan kebudayaan Bappenas Amich Alhumami, mengatakan, program kemitraan Australia dan Indonesia melalui KONEKSI bertujuan untuk memperkuat kemitraan antara kedua negara yang melibatkan perguruan tinggi lembaga riset, komunitas ilmiah, dan masyarakat akademia di kedua negara.

Menurutnya, sebagai upaya membangun budaya ilmiah dan pengembangan IPTEK, program KONEKSI memiliki relasi tinggi dalam dua hal.

 

"Pertama, pengembangan riset ilmiah untuk melahirkan pengetahuan baru dalam bentuk invensi dan penciptaan inovasi teknologi untuk pembangunan yang inklusif yang dan berkelanjutan," kata Amich dalam peluncuran Program Kemitraan Koneksi, di Gedung Bappenas, Jakarta, Senin (13/11/2023).

Kedua, pengembangan riset kebijakan yang diperlukan untuk proses perencanaan berbasis bukti untuk mendukung penyusunan rancangan teknokratif pembangunan.

Ia menjelaskan, program koneksi ternyata berkontribusi untuk memperkuat pilar transformasi Indonesia dalam Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, yaitu pilar transformasi sosial yang mencakup pembangunan manusia meliputi pendidikan, kesehatan. Selanjutnya, pilar transformasi ekonomi yang mencakup IPTEK, inovasi dan produktivitas.

Triple Helix

Bappenas berharap, program KONEKSI dapat melahirkan praktik-praktik baik yang menjadi pondasi penguatan triple helix yang melibatkan pemerintah, perguruan tinggi dan industri.

"Hal ini sangat penting, terutama untuk mendukung proses hilirsasi penelitian dan inovasi teknologi untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan masyarakat," ujarnya.

Selain itu, penguatan triple helix penting untuk upaya mengubah hasil-hasil riset inovasi menjadi produk komersial yang bernilai ekonomi, sehingga dapat dipasarkan di berbagai sektor industri yang dapat memacu produktivitas ekonomi.

Dalam peluncuran program KONEKSI turut dihadiri Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Laksana Tri Handoko.

2 dari 3 halaman

Terpilih Jadi Presiden 2024, Anies Baswedan Janji Naikkan Anggaran Riset

Sebelumnya, Bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan berjanji akan menaikan anggaran untuk riset, jika terpilih menjadi Presiden di Pemilu 2024 mendatang.

Hal tersebut, dia sampaikan usai bertemu dengan para peneliti di acara Temu Tokoh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kamis (5/10/2023).

"Iya dan tentu kami merencanakan untuk menaikkan, dan kenaikan menggradual supaya bersamaan dengan peningkatan produktivitas di dalam penelitian," kata Anies.

Dia menjelaskan, kehadirannya di BRIN untuk menerima undangan sebagai pembicara. Ia menyebut diskusi yang berlangsung selama tiga jam itu dihadiri sekitar 150 orang peneliti.

Salah satu isu krusial yang dibahas terkait anggaran untuk riset. Sebab, Anies menyebut, anggaran untuk riset di Indonesia sangat rendah dibanding negara-negara lain.

"Saya sampaikan bahwa anggaran untuk penelitian, untuk riset itu memang harus terus di berikan peningkatan. Dan didorong untuk selalu melalukan inovasi, karena itulah yang bisa membuat bangsa kita maju berkembang kalau kita investasi didalam kualitas manusia. Kualitas manusia itu adalah satu kesehatan, kedua lewat pendidikan dan dalam unsur pendidikan adalah kemampuan untuk riset," ujar dia.

  

3 dari 3 halaman

Karier Peneliti

Selain itu, pembahasan dalam pertemuan itu, antara lain tentang pemanfaatan riset di bidang pengambilan kebijakan hingga pengembangan ilmu pengetahuan. Dia juga menyinggung terkait karier bagi peneliti.

"Mereka merasa aturan kepegawaiannya itu cocok untuk birokrasi tapi belum tentu cocok untuk peneliti. Kemudian juga disampaikan tentang bagaimana ilmu karena tadi yang berkumpul ilmu sosial, ilmu humaniora, bagaimana ilmu sosial dan humaniora itu bisa diberikan kesempatan berkembang dan bisa dimanfaatkan oleh pemerintah dan dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu itu sendiri," imbuh Anies Baswedan.