Liputan6.com, Jakarta BUMN di sektor pangan mengakui bahwa mewujudkan swasembada pangan bukanlah hal yang mudah. Salah satunya untuk daging sapi.
VP Perencanaan Strategis dan Transformasi PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI, Dipta Erlangga, mengungkapkan sulit untuk mencari lahan peternakan sapi yang luas dan sesuai di Indonesia. Terutama dengan hijauan yang mencukupi, sehingga penggemukan sapi bisa optimal.
Baca Juga
“Berbeda dengan Australia, di mana lahan peternakannya itu bisa seluas Pulau Bali untuk satu perusahaan. Jadi, sapinya itu dilepas gitu aja sampai yang punya juga nggak tahu berapa jumlah sapinya,” ujar Dipta dalam BUMN Holding Outlooks 2024, Selasa (14/11/2023).
Advertisement
”Jadi akan sangat sulit kalau (swasembada) untuk bidang peternakan sapi,” katanya.
Namun, Indonesia tentunya masih punya kesempatan lain untuk meningkatkan produksi lokal, salah satunya beras dan gula. “Pemerintah juga sudah mencanangkan agar kita bisa mencapai swasembada gula pada tahun 2027/2028,” ungkap Dipta.
Adapun pangan ikan yang sudah tercapai swasembadanya. Di sisi lain, keinginan masyarakat untuk mengkonsumsi ikan masih masih perlu ditingkatkan.
“Karena Indonesia itu negara kepulauan, jadi alih-alih mengkonsumsi daging sapi kita malah seharusnya banyak mengkonsumsi ikan,” imbuh Dipta.
Dia pun mendorong masyarakat untuk bangga dalam mengkonsumsi produk ikan dalam negeri, yang sudah banyak diperkenalkan kepada konsumen di luar negeri melalui ekspor.
“Kalau tadi pertanyaannya bagaimana supaya kita bisa memperkenalkan produk Indonesia, itu sudah kami lakukan pada produk ikan,” beber Dipta.
”Karena kebutuhan konsumsi nasional sudah terpenuhi, dan kami juga sudah melakukan ekspor untuk sejumlah produk yang memang diminati di luar salah satunya adalah tuna, kemudian cumi,” ujarnya.
Capai Swasembada, Mentan Amran Kumpulkan Kepala Dinas se-Indonesia, Ini yang Dibahas
Untuk mengawal jalannya produksi beras pada tahun ini, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengajak para kepala dinas pertanian se-Indonesia. Dia ingin Indonesia mampu mencapai swasembada sehingga tak lagi bergantung pada kebijakan impor.
"Kondisi dunia sekarang sedang menghadapi krisis pangan. Bahkan sudah ada negara yang kelaparan dan beberapa negara menyetop ekspor karena perubahan cuaca. Jadi mau tidak mau kita harus menuju swasembada dan harus berdiri di kaki sendiri. Kenapa? Karena Indonesia bisa mengoptimalkan potensi tersebut," ujar Amran dalam rapat koordinasi Akselerasi Peningkatan Luas Tanam dan Produksi Padi dan Jagung dengan Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten se-Indonesia, Senin (30/10).
Amran mengatakan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah merupakan sebuah keharusan untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada. Namun demikian, kolaborasi dan akselerasi harus berbuah pada perluasan tanam dan produksi di masa panen mendatang.
"Kami akan melakukan akselerasi di semua daerah karena kita tau ada potensi di indonesia. Dulu kita pernah lakukan selamatkan rawa di 8 provinsi. Rawa ini akan kami jadikan IP 2 dan itulah target kami. Kalau semua ini bisa dilakukan InsyaAllah masalah pertanian beres. Minimal tahun depan impor berkurang," katanya.
Dalam rakor ini, Amran juga sempat melakukan dialog dengan beberapa kepala dinas baik yang hadir secara langsung maupun melalui zoom. Amran mempertanyakan apakah produksi di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan juga di luar provinsi pulau jawa meningkat.
Advertisement
Kata Daerah
Beberapa kepala dinas menyatakan bahwa hasil produksi tahun ini mengalami peningkatan. Namun beberapa daerah lainya mengalami penurunan akibat perbaikan irigasi yang belum selesai maupun perubahan cuaca ekstrem yang baru selesai.
"Jawa Timur tahun ini dibandingkan periode yang sama kita naik 8,34," ujar kepala dinasnya.
"Jawa Tengah produksi kami turun. Salah satu penyebabnya karena el nino," kata Kadistan Prov. Jateng.
"Kalau di Jawa Barat produksi kami diramalkan bps turun karena ada perbaikan irigasi yang menyebabkan rencana tanamnya bergeser 4 bulan. Tapi tahun depan kita optimis naik pak," ujar Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat.
Mengenai hal ini, PLH Sekretaris Jenderal Kementan, Prihasto Setyanto mengatakan bahwa target tahun depan adalah mengoptimalkan optimasi lahan rawa satu juta hektare. Selain itu, pemerintah juga mengoptimalkan lahan tadah hujan seluas satu juta hektare.
"Dapat dilaporkan bahwa Tahun 2024 kami akan melakukan langkah akselerasi optimasi lahan rawa satu juta hektare dan lahan tadah hujan satu juta hektare," ujarnya.