Sukses

Upaya Jokowi Lobi Joe Biden Demi Setop Agresi Israel di Gaza

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan melanjutkan kunjungannya ke Washington DC, Amerika Serikat, dengan salah satu tujuan utama mendampingi Presiden Joko Widodo dalam pertemuan bersama Presiden AS Joe Biden.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan  (Zulhas) melanjutkan kunjungannya ke Washington DC, Amerika Serikat, dengan salah satu tujuan utama mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pertemuan bersama Presiden AS Joe Biden. 

Kemudian, Mendag Zulhas menjelaskan bahwa agenda harian mencakup kunjungan ke Georgetown University, ke masjid, dan selanjutnya ke White House untuk menghadiri pertemuan bilateral dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden

"Siap-siap sedang menunggu Bapak Presiden (Jokowi) akan ke Kampus Georgetown University. Kemudian ke masjid, habis itu lanjut ke White House, (untuk menghadiri pertemuan) bilateral dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden," kata Zulhas, Selasa (14/11/2023).

Pada hari yang sama, Jokowi dijadwalkan memberikan pidato di Georgetown University sebelum bertemu dengan Biden di Gedung Putih. Agenda ini merupakan kelanjutan dari kunjungan sebelumnya ke Arab Saudi, di mana Jokowi menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). 

Jokowi membawa misi khusus, yaitu menyampaikan suara 57 negara OKI terkait konflik Israel-Palestina, setelah KTT OKI menghasilkan resolusi yang kuat. Presiden Jokowi berkomitmen untuk menyampaikan pesan ini kepada Presiden Biden dalam pertemuan mereka.

"Alhamdulillah KTT OKI menghasilkan resolusi yang berisi pesan yang sangat kuat untuk dunia, dan pesan ini lah yang akan saya sampaikan kepada Presiden Biden esok hari (hari ini)," kata Jokowi dikutip dalam tayangan video di YouTube Setpres.

 

2 dari 3 halaman

Sederet Kerja Sama Ekonomi Baru AS-Indonesia Hasil Pertemuan Jokowi-Joe Biden

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri pertemuan tatap muka dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Senin (13/11) waktu setempat.

Pertemuan Jokowi dan Joe Biden yang berlangsung di di Gedung Putih, Washington DC ini menyepakati peningkatan kerja sama AS-Indonesia, yang disebut sebagai Comprehensive Strategic Partnership (CSP) atau Kemitraan Strategis Komprehensif.

Kemitraan ini berfokus di berbagai bidang, mulai dari ekonomi, iklim, hingga keamanan.

Gedung Putih dalam keterangan resmi yang dipublikasikan pada Senin (13/11/2023) mengungkapkan, Biden telah meminta tambahan pendanaan senilai USD 172 juta dalam program baru di berbagai sektor, termasuk transisi iklim dan energi bersih, pertumbuhan ekonomi, dan kesehatan.

AS merinci, pemerintahnya sejak tahun 2002 telah menggelontorkan dana lebih dari USD 6,2 miliar untuk bantuan pembangunan, ekonomi, kesehatan, dan keamanan kepada Indonesia.

Dana ini mencakup lebih dari USD 2 miliar untuk meningkatkan hasil pendidikan dan kesehatan dan lebih dari USD 1,2 miliar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Berikut adalah sederet kerja sama ekonomi baru yang disepakati Jokowi dan Joe Biden usai bertemu di Gedung Putih :

Diversifikasi Ekosistem Semikonduktor Global

Dalam pembaruan kemitraan diversifikasi ekosistem semikonduktor, AS dan Indonesia sepakat untuk menciptakan rantai nilai semikonduktor global yang lebih tangguh, aman, dan berkelanjutan, dimulai dengan peninjauan terhadap ekosistem semikonduktor Indonesia saat ini, kerangka peraturan, serta kebutuhan tenaga kerja dan infrastruktur untuk mendasari kolaborasi kedua negara.

"Amerika Serikat juga bermaksud bermitra dengan asosiasi industri untuk memimpin delegasi perdagangan perusahaan semikonduktor AS ke Indonesia," ungkap Gedung Putih dalam keterangannya.

3 dari 3 halaman

Konektivitas Digital di Pedesaan Indonesia

Dalam kesepakatan baru, Badan Perdagangan dan Pembangunan Amerika Serikat (USTDA) setuju untuk mendukung hibah kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam menilai kelayakan komersial dan teknis penerapan teknologi jaringan akses radio terbuka (Open RAN) untuk menyediakan konektivitas digital bagi sekitar 1.621 desa yang belum terlayani di seluruh Indonesia.

Investasi di Perusahaan Berkembang di Indonesia

Pemerintah AS mengumumkan, U.S. International Development Finance Corporation (DFC) akan menyediakan pendanaan baru senilai USD 131 juta untuk meningkatkan inklusi keuangan dan pertumbuhan ekonomi.

ini melalui penjaminan pinjaman kepada Bank Sampoerna untuk mendukung pinjamannya kepada usaha mikro, kecil, dan menengah; Dan

Memberikan pinjaman langsung untuk memperluas pinjaman keuangan mikro Amartha Nusantara Raya kepada pengusaha di pedesaan di Indonesia, yang secara khusus ditargetkan pada bisnis yang dimiliki dan dijalankan oleh perempuan.