Sukses

Harga Minyak Dunia Stabil karena Ketegangan di Timur Tengah Mereda

Pada minggu berikutnya, harga minyak Brent berjangka diperdagangkan setinggi USD 93,79 per barel pada 20 Oktober.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia hanya sedikit berubah pada perdagangan Selasa. Kenaikan harga emas mereda setelah melambung tinggi di awal ketegangan di Timur Tengah dan ketidakpastian persediaan minyak Amerika Serikat (AS).

Mengutip CNBC, Rabu (15/11/2023), harga minyak Brent yang merupakan patokan harga minyak dunia turun 5 sen menjadi USD 82,47 per barel. Angka ini di bawah UJSD 84,58 per barel yang merupakan harga pada 6 Oktober sehari sebelum Hamas menyerang Israel.

Pada minggu berikutnya, harga minyak Brent berjangka diperdagangkan setinggi USD 93,79 per barel pada 20 Oktober.

Sedangkan harga minyak mentah jenis Intermediate Texas Barat (WTI) AS tetap stabil di $78,26 per barel.

“Premi perang akan hilang karena tampaknya tidak akan ada gangguan pasokan di Timur Tengah," kata analis Price Futures Group, Phil Flynn.

Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa dia akan melakukan diskusi dan menjamin akan ada pembebasan sandera yang ditahan oleh Kelompok Hamas.

Gedung Putih mengatakan penasihat utama Biden di Timur Tengah, Brett McGurk, sedang menuju ke wilayah tersebut untuk melakukan pembicaraan dengan para pejabat di Israel, Tepi Barat, Qatar, Arab Saudi, dan negara-negara lain.

Pada awal perdagangan, kedua harga minyak acuan ini naik lebih dari USD 1 per barel setelah Badan Energi Internasional (IEA) meningkatkan perkiraan pertumbuhan permintaannya dan dolar AS melemah karena data yang menunjukkan inflasi melambat di negara dengan perekonomian terbesar di dunia tersebut.

Flynn mengatakan harga minyak mentah juga melepaskan kenaikan awal pada hari Selasa karena pasar tidak yakin mengenai apa yang akan ditunjukkan oleh laporan penyimpanan minyak AS.

2 dari 3 halaman

Data AS

Badan Informasi Energi AS akan merilis laporan persediaan minyak pertamanya dalam dua minggu pada hari Rabu. EIA tidak merilis laporan penyimpanan minggu lalu karena adanya peningkatan sistem.

Pekan lalu, American Petroleum Institute, sebuah kelompok perdagangan dengan mengejutkan merilis data bahwa terjadi peningkatan stok minyak mentah yang sangat besar dan bearish sebesar 11,9 juta barel untuk pekan yang berakhir 3 November.

Untuk pekan yang berakhir 10 November, para analis memperkirakan perusahaan-perusahaan energi menambahkan sekitar 1,8 juta barel minyak mentah ke dalam stok AS.

Bandingkan dengan penarikan 5,4 juta barel pada minggu yang sama pada tahun 2022 dan rata-rata peningkatan lima tahun (2018-2022) sebesar 1,2 juta barel pada tahun ini.

IEA menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak untuk tahun ini dan tahun depan meskipun diperkirakan terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi di hampir semua negara besar.

3 dari 3 halaman

OPEC

Sehari sebelumnya, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak meningkatkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun 2023 dan mempertahankan proyeksi yang relatif tinggi untuk tahun 2024.

Harga konsumen AS tidak berubah pada bulan Oktober karena masyarakat Amerika membayar lebih sedikit untuk bensin, dan kenaikan inflasi tahunan merupakan yang terkecil dalam dua tahun terakhir.

Para pedagang bertaruh bahwa Federal Reserve AS akan mulai memangkas suku bunga pada bulan Mei, yang dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan minyak.

Ekspektasi The Fed akan menurunkan suku bunga pada musim semi mendatang membuat dolar AS melemah ke level terendah dalam dua setengah bulan terhadap sejumlah mata uang lainnya. Melemahnya dolar dapat meningkatkan permintaan minyak dengan membuat minyak mentah lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Video Terkini