Sukses

Kebajiran Order dari Indonesia, Target Ekspor Beras Thailand Naik Jadi 8,5 Juta Metrik Ton

Kenaikan ekspor beras Thailand terjadi ketika harga beras di antara pesaing eksportir meningkat.

Liputan6.com, Jakarta Thailand telah meningkatkan target ekspor beras untuk tahun 2023 ini menjadi 8,5 juta metrik ton.

Keputusan itu diumumkan oleh Chookiat Ophaswongse, presiden kehormatan Asosiasi Eksportir Beras Thailand.

Peningkatan ekspor beras Thailand terjadi ketika harga beras di antara pesaing eksportir, salah satunya Vietnam meningkat.

“Beras Vietnam mahal sehingga negara-negara seperti Filipina dan Indonesia meningkatkan pesanan beras Thailand,” kata Chookiat, dikutip dari Channel News Asia, Rabu (15/11/2023).

Beras Thailand dijual dengan harga sekitar USD 550 hingga USD 555 per metrik ton, sedangkan beras Vietnam dijual dengan harga sekitar USD 630.

Eksportir Beras Terbesar Kedua di Dunia

Sebagai informasi, Thailand dikenal sebagai eksportir beras terbesar kedua di dunia setelah India.

Pemerintah negara itu sebelumnya memperkirakan ekspor sebesar 8 juta ton.

Produksi beras Thailand tahun ini hanya mengalami dampak terbatas dari fenomena cuaca El Nino, kata Chookiwat, seraya menambahkan bahwa musim 2023/24 diperkirakan akan menghasilkan 33 hingga 34 juta ton, naik 2 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pada periode Januari hingga September, Thailand menjual 6,08 juta ton beras, naik 12 persen dibandingkan tahun lalu.

Namun tahun depan, ia memperkirakan ekspor beras Thailand akan turun menjadi 7,5 juta ton, mengingat eksportir utama dunia, India, akan melonggarkan larangan ekspornya.

Sebelumnya, Pemerintah Indonesia mengatakan akan membebaskan bea masuk impor beras dan melanjutkan pemberian bantuan sosial pangan bagi masyarakat.

2 dari 3 halaman

Mentan Amran: Indonesia Berpotensi Impor Beras 5 Juta Ton di 2024

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, Indonesia berpotensi untuk impor beras hingga 5 juta ton pada 2024 akibat tantangan pertanian yang semakin kompleks dan potensi krisis pangan dunia.

"Meningkatnya permintaan akan pangan pascapandemi COVID-19 menyebabkan harga pangan semakin mahal yang dapat mendorong terjadinya darurat pangan global dan dapat berpotensi mengancam stabilitas sosial ekonomi dan politik Indonesia. Tahun ini Indonesia memutuskan untuk mengimpor 3,5 juta ton beras dan berpeluang mencapai 5 juta tahun 2024," kata Mentan Amran dikutip dari Antara, Senin (13/11/2023).

Pemerintah Indonesia pada awalnya hanya mengimpor 2 juta ton yang proses importasinya sudah dimulai sejak awal 2023. Namun, demi menjaga stabilisasi harga dan pasokan beras jelang akhir 2023 dan pesta demokrasi pemilu yang akan terjadi pada Februari 2024, pemerintah kembali memutuskan untuk mengimpor beras 1,5 juta ton lagi sehingga total impor beras pada 2023 mencapai 3,5 juta ton.

Selain ada restriksi ekspor dari negara-negara produsen pangan, El Nino yang berdampak terhadap penurunan produksi beras dari yang tahun lalu 31 juta ton dan menjadi 30 juta ton pada tahun ini, menjadi alasan pemerintah untuk kembali menambah kuota impor.

"Untuk itu perlu segera dilakukan upaya khusus percepatan peningkatan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat," ucap Amran.

 

3 dari 3 halaman

Produksi Pangan

Untuk mempercepat peningkatan produksi pangan terutama beras dan jagung, Mentan Amran pun mengusulkan Anggaran Belanja Tambahan (ABT) Tahun Anggaran 2023 senilai Rp5,83 triliun.

"Terkait dengan usulan ABT Tahun Anggaran 2023 sebesar Rp5,8 triliun akan digunakan untuk percepatan tanam dan peningkatan produksi padi dan jagung melalui penyediaan benih, alsintan pupuk dan pestisida, optimalisasi lahan rawa insentif bagi petugas lapangan serta bimbingan teknis," jelasnya.

Melalui refocusing anggaran 2023, ABT dan program akselerasi produksi pangan, Kementan memprediksi produksi beras pada 2024 bisa mencapai 32 juta ton dan menjadi 34 juta ton pada 2025.

Realisasi anggaran Kementan per 10 November tercatat baru mencapai Rp9,66 triliun atau 65,18 persen dari pagu anggaran Rp14,28 triliun. Jika dengan memperhitungkan outstanding kontrak realisasi telah mencapai 75,48 persen

"Selama sisa waktu 2 bulan ini, kami akan mempercepat pelaksanaan program kegiatan dan realisasi serapan anggaran secara signifikan,” tutur Menteri Pertanian Amran Sulaiman.