Liputan6.com, Mojokerto Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya menarik para investor pertanian untuk membangun dan meningkatkan sektor pertanian Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggelar 1st Agri-Investment Forum and Expo (AIFE) 2023 di Mojokerto, Jawa Timur.
Gelaran ini sesuai dengan komitmen Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk meningkatkan kemudahan usaha bagi investor pertanian.
Baca Juga
“Kami terus berupaya menarik minat para investor untuk melakukan investasi di sektor pertanian dengan kemudahan berusaha. Tentunya kami berharap tingkat Ease of Doing Business (EoDB) di Indonesia dapat meningkat dengan kontribusi pertanian,” ungkap Plt. Sekretaris Jenderal Kementan Prihasto Setyanto saat membuka kegiatan secara daring, Kamis, 16 November 2023.
Advertisement
1st AIFE 2023 dilaksanakan secara hybrid dan terbuka dengan mengundang seluruh pemangku kepentingan dan stakeholders pentahelix, yaitu Pemerintah Pusat dan daerah, industri benih, Universitas/Perguruan Tinggi/Polbangtan, Masyarakat yang terdiri dari petani, penyuluh, asosiasi petani, pelaku utama pertanian lainnya.
Tercatat sekitar 200 peserta hadir offline dan kurang lebih 2000 stakeholder turut hadir secara online melalui zoom dan live streaming youtube.
EoDB sendiri merupakan survei yang dibuat oleh Bank Dunia (World Bank) untuk mengurutkan peringkat negara-negara berdasarkan tingkat kemudahan berusahanya. Berdasarkan survei terakhir, Indonesia berada pada peringkat 72.
Kementan Luncurkan Aplikasi Perizinan Pertanian
Sebagai bukti keseriusan menciptakan iklim kemudahan usaha, Kementan turut meluncurkan Aplikasi Perizinan Pertanian pada 1st AIFE 2023. Aplikasi ini akan menjadi pintu masuk pelayanan perizinan di Kementerian Pertanian yang akan memudahkan para pelaku usaha dalam memproses perizinannya serta sudah terintegrasi dengan OSS, INSW, dan aplikasi-aplikasi di Kementan.
Selain peluncuran Aplikasi Perizinan Pertanian, Prihasto memastikan kegiatan 1st AIFE tidak akan hanya menjadi sebatas forum diskusi. AIFE akan menjadi wadah bagi Kementan dan semua stakeholder untuk menyatukan ide, pengalaman, dan upaya guna menciptakan langkah-langkah konkrit dalam akselerasi pelayanan perizinan dan investasi pertanian.
“Kolaborasi dan sinergi antara pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam meningkatkan kemudahan berusaha. Pemangku kepentingan yang terlibat harus bersatu padu, saling mendukung, dan bekerja bersama-sama demi menciptakan lingkungan investasi yang kondusif di sektor pertanian,” tegasnya.
Investor Pertanian Terus Meningkat
Prihasto menyebut investasi sektor pertanian terus meningkat. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), kinerja investasi sektor selama tahun 2014-2022 melalui Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tumbuh rata-rata sebesar 17,3% per tahun sementara Penanaman Modal Asing (PMA) tumbuh 7,1% per tahun.
Kinerja investasi ini menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peluang yang besar dalam meningkatkan investasi mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
“Dengan adanya potensi dan peluang investasi pertanian yang merata hampir di setiap provinsi, serta komoditas-komoditas yang belum termanfaatkan dengan baik, membuka peluang yang luas untuk pertanian semakin dapat dilirik oleh investor,” tutur Prihasto.
Ia pun mendukung inisiasi penyusunan perjanjian kerja sama yang dilakukan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PVTPP) dan stakeholder untuk meningkatkan akselerasi dan sinergi layanan perlindungan, pendaftaran, pelepasan varietas serta pelayanan perizinan.
“Kami menyambut baik respon positif dari para stakeholder dengan perjanjian kerja sama ini untuk peningkatan layanan Kementan,” ujarnya.
Kepala Pusat PVTPP Leli Nuryati Menyebutkan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dan Naskah Kesepakatan (NK) dilakukan antara Pusat PVTPP dengan sepuluh mitra Pusat PVTPP yang terdiri dari unsur petani, universitas, dan industri.
“Mereka adalah mitra-mitra kami dalam pelaksanaan perlindungan dan pelepasan varietas, serta perizinan pertanian,” kata Leli.
Kesepuluh mitra itu adalah IPB University, Universitas Bina Nusantara Unggul, Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI), Kelompok Tani Andalan (KTNA), Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia (MPPI), SEAMEO BIOTROP, CropLife, CropCare, Asosiasi Produsen Pestisida Indonesia (APROPI).
“PKS dan NK ini menjadi salah satu strategi meningkatkan pelayanan publik Kementan,” jelas Leli.
Advertisement
Display Varietas dari Instansi dan Perusahaan Benih
1st AIFE 2023 yang berlangsung di Kebun Pemeriksaaan Substantif PVT Dataran Rendah dan Lahan Kebun Percobaan Balai Penerapan Standarisasi Instrumen Pertanian Jawa Timur ini juga menampilkan display varietas.
Display ini menampilkan varietas-varietas yang mendapatkan Hak PVT, varietas lokal, dan varietas yang sudah dilepas dari 9 instansi pemerintah dan 11 perusahaan benih. Varietas tahan kekeringan turut dipajang.
“Kita bisa melihat, varietas-varietas yang diciptakan untuk tahan kekeringan ini memang bisa bertahan dengan kondisi iklim sekarang. Kita patut bangga dengan produk-produk yang dihasilkan anak-anak bangsa kita,” ucap Leli.
Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Yadi Sofyan Noor menyambut positif penyelenggaraan 1st AIFE 2023. Sebagai bagian dari petani, Yadi hadir untuk melihat langsung inovasi-inovasi di bidang perbenihan.
“Saya datang ke sini untuk melihat produk-produk benih yang bisa digunakan oleh petani kita. Dan dari petani kita juga tidak sekedar melihat merk. kalau ada produk bagus, pasti digunakan,” ungkap Yadi.
Turut menandatangani perjanjian kerjasama antara Kementan dan KTNA untuk diseminasi teknologi kepada petani, Yadi menyebutkan bahwa KTNA sangat mendukung hadirnya teknologi-teknologi baru yang diusung Kementan.
"Kami di KTNA sudah berpikir maju sesuai dengan slogan kami, yaitu Bersama KTNA Maju Sejahtera. Kami sudah tidak berpikir dengan pola pertanian lama. Inovasi-inovasi itu sangat dikejar oleh para petani kami,” tegasnya.
(*)