Sukses

Di Hadapan CEO Perusahaan Amerika Serikat, Presiden Xi Jinping Sebut China Ingin Jadi Mitra dan Teman AS

Makan malam dengan Presiden China Xi Jinping merupakan kesempatan menarik bagi para CEO dari perusahaan-perusahaan paling terkemuka di Amerika Serikat.

Liputan6.com, Jakarta - CEO Apple Tim Cook, Tesla Elon Musk hingga CEO BlackRock Steve Schwarzman termasuk di antara tamu pada Rabu malam saat resepsi makan malam di San Francisco, Amerika Serikat bersama Presiden China Xi Jinping.

Dikutip dari CNBC, Kamis (16/11/2023), diselenggarakan oleh US-China Business Council and the National Committee on US-China Relations, jamuan makan malam tersebut merupakan kelanjutan dari pertemuan puncak Presiden China Xi Jinping dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Biden menyebutkan, pertemuan dengan Xi Jinping hadirkan diskusi paling konstruktif dan produktif yang pernah dilakukan.

Adapun makan malam dengan Xi Jinping merupakan kesempatan menarik bagi para CEO dari perusahaan-perusahaan paling terkemuka di Amerika Serikat. Ini menjadi kesempatan bertemu dengan para menteri tingkat tinggi yang melakukan perdagangan senilai hampir USD 760 miliar dengan Amerika Serikat pada tahun lalu.

Daftar tamu saat makan malam itu antara lain CEO Salesforce Marc Benioff, CEO Boeing Stan Deal, CEO FedEx Raj Subramaniam, Chief Visa Ryan McInerney, Bridgewater Associates Ray Dalio, Chairman dan CEO Pfizer Albert Bourla, Chairman Mastercard Merit Janow.

Pemerintahan Amerika Serikat yang dipimpin Presiden Joe Biden diwakili oleh Menteri Perdagangan Gina Raimondo, Duta Besar AS untuk China Kurt Campbell, dan White House China Advisor, serta Wali Kota San Francisco London Breed juga mendapatkan tempat di meja utama.

Berdasarkan posisi tempat, Tim Cook duduk di sebelah Menteri Perdagangan China Wang Wentao. Penyelenggara acara menyebutkan Elon Musk hadiri resepsi VIP tetapi tidak hadir untuk makan malam.

Dalam sambutan sebelum jamuan makan malam, Raimondo menekankan betapa besarnya peluang yang masih ada dalam hubungan ekonomi Amerika Serikat-China.

"Anda semua di sini malam ini tetap tertarik untuk berbisnis di China dan mencari cara untuk memajukan hubungan ekonomi bilateral kita,” ujar Raimondon.

"Saya tahu itu, karena separuh dari kalian datang menemuiku untuk memberitaku hal itu,” ia menambahkan.

2 dari 4 halaman

Mitra atau Musuh?

Presiden AS Xi Jinping lewat pidatonya menyampaikan pandangan mengenai hubungan AS-China yang sangat berbeda dengan pandangan Biden.

"Pertanyaan nomor satu bagi kami adalah, apakah kami musuh atau mitra?,” Xi bertanya.

"Jika seseorang melihat pihak lain sebagai pesaing utama, tantangan geopolitik yang paling penting dan ancaman yang terus meningkat, hal ini hanya akan menyebabkan pengambilan kebijakan yang salah informasi, tindakan yang salah arah dan hasil yang tidak diinginkan,” ujar Xi.

Daripada bermusuhan, Xi Jinping menekankan China ingin kemitraan dengan Amerika Serikat menjadi hubungan yang saling menguntungkan.

Sebagai bagian dari pesannya, Xi mengumumkan China akan mengirimkan panda ke Kebun Binatang San Diego, setelah tiga beruang baru-baru ini dikembalikan ke China dari Kebun Binatang Nasional Smitsonian di Washington.

"Panda telah lama menjadi utusan persahabatan  antara masyarakat China dan Amerika Serikat,” ujar dia.

"Kami siap melanjutkan kerja sama dengan Amerika Serikat dalam konservasi panda dan melakukan yang terbaik untuk memenuhi keinginan masyarakat California sehingga dapat memperdalam hubungan persahabatan antara kedua masyarakat kita,” ia menambahkan

3 dari 4 halaman

Joe Biden Perdana Bertemu Xi Jinping Setelah Setahun di Sela KTT APEC, Puji Kemajuan Nyata Hubungan China-AS

Sebelumnya diberitakan, Presiden AS Joe Biden bertemu dengan pemimpin China Xi Jinping untuk pertama kalinya dalam satu tahun pada Rabu (15 November 2023), untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan mengurangi perselisihan antara kedua negara adidaya terkait konflik militer, perdagangan narkoba, dan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Dia mengatakan ada kemajuan nyata.

Biden menyambut pemimpin China tersebut di Filoli estate, sebuah rumah pedesaan dan taman sekitar 48 km selatan San Francisco, tempat mereka nanti akan menghadiri pertemuan puncak forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik atau KTT APEC. Demikian mengutip dari Kanal Global Liputan6.com.

Pada kesempatan tersebut, Joe Biden mengatakan AS dan China harus memastikan bahwa persaingan di antara mereka "tidak berubah menjadi konflik" dan mengelola hubungan mereka "secara bertanggung jawab". Ia mengatakan isu-isu seperti perubahan iklim, pemberantasan narkotika dan AI menuntut perhatian bersama.

Xi Jinping menanggapinya dengan mengatakan bahwa "Planet Bumi cukup besar bagi kedua negara untuk berhasil".

Setelah sesi pembicaraan pagi hari dan sebelum makan siang bersama Xi, Biden mengatakan di platform media sosial X, sangat penting bagi mereka untuk memahami satu sama lain secara "leader to leader".

"Ada tantangan global penting yang menuntut kepemimpinan bersama kita. Dan hari ini, kita mencapai kemajuan nyata," ujar Joe Biden tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Setelah makan siang, para pemimpin berjalan-jalan singkat bersama di taman mansion yang terawat setelah interaksi yang berlangsung sekitar empat jam. Biden melambai kepada wartawan dan mengacungkan dua jempol ketika ditanya bagaimana jalannya perundingan. "Yah," katanya.

Pernyataan Gedung Putih mengatakan kedua pemimpin tersebut "mengadakan diskusi yang jujur dan konstruktif mengenai berbagai isu bilateral dan global dan bertukar pandangan mengenai perbedaan pendapat".

 

4 dari 4 halaman

Setahun Berlalu dari Pertemuan di Bali, Ini Kata Xi Jinping

Xi memberi tahu Biden saat mereka memulai pembicaraan, banyak hal telah terjadi sejak pertemuan terakhir mereka setahun lalu di Bali. "Dunia telah keluar dari pandemi COVID-19, namun masih terkena dampak yang luar biasa. Perekonomian global mulai pulih, namun momentumnya masih lamban."

Dia menyebut hubungan AS-Tiongkok sebagai "hubungan bilateral paling penting di dunia," dan mengatakan dia dan Biden “memikul tanggung jawab yang berat bagi kedua bangsa, bagi dunia, dan bagi sejarah”.

"Bagi dua negara besar seperti Tiongkok dan Amerika Serikat, saling berpaling dari satu sama lain bukanlah suatu pilihan," katanya. "Tidak realistis bagi satu pihak untuk merombak pihak lain, dan konflik serta konfrontasi memiliki konsekuensi yang tidak tertahankan bagi kedua belah pihak."

Para pemimpin berupaya mengurangi perselisihan, namun kemajuan besar dalam mengatasi perbedaan besar yang memisahkan mereka mungkin harus menunggu beberapa hari lagi.