Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik pada hari Jumat, sehari setelah merosot 5% ke level terendah empat bulan. Harga minyak dunia sempat merosot di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai meningkatnya pasokan non-OPEC dan menurunnya permintaan.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (18/11/2023), kontrak West Texas Intermediate untuk bulan Desember naik USD 2,21, atau 3,03%, menjadi USD 75,11 per barel. Sedangkan kontrak Brent untuk bulan Januari naik 3,2%, atau USD 2,49, menjadi USD 79,91 per barel.
Kedua benchmark tersebut telah kehilangan sekitar seperenam nilainya selama empat minggu terakhir, dan harga minyak berada di jalur penurunan minggu keempat berturut-turut.
Baca Juga
“Harga minyak sedikit turun tahun ini meskipun permintaan melebihi ekspektasi optimis kami,” kata analis Goldman Sachs dalam sebuah catatan.
Advertisement
“Pasokan non-inti OPEC jauh lebih kuat dari perkiraan, sebagian diimbangi oleh pengurangan produksi OPEC.”
Spread bulanan yang cepat untuk kedua kontrak telah berubah menjadi contango, sebuah struktur yang mengindikasikan harga di sekitar lebih rendah dibandingkan harga di bulan-bulan mendatang yang mencerminkan pasokan yang sehat.
Kenaikan Stok Minyak AS
Penurunan harga minyak minggu ini terutama dipicu oleh kenaikan tajam persediaan minyak mentah AS dan produksi yang bertahan pada tingkat rekor, sementara tanda-tanda mencairnya permintaan di Tiongkok juga memicu kekhawatiran.
Namun penurunan tajam pada hari Kamis membuat beberapa analis mempertanyakan apakah aksi jual tersebut berlebihan, terutama mengingat meningkatnya ketegangan di Timur Tengah yang dapat mengganggu pasokan minyak dan AS berjanji untuk menerapkan sanksi terhadap Iran, pendukung Hamas.
Faktor Lain
Faktor lain yang berkontribusi terhadap sentimen negatif pada hari Kamis adalah jumlah warga Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran yang meningkat, dan sedikit kontraksi pada angka produksi industri.
“Angkanya mungkin buruk, tapi tidak menjadi bencana, namun itu cukup untuk mengubah keseimbangan dan pembantaian terjadi dengan penghentian penjualan yang dipicu oleh pemicunya,” kata John Evans dari pialang minyak PVM.
Dengan harga Brent di bawah $80 per barel, banyak analis yang memperkirakan OPEC+, terutama Arab Saudi dan Rusia, akan memperpanjang pengurangan produksi sukarela mereka hingga tahun 2024.
Advertisement
Surplus Pasokan
“Sudah jelas bahwa neraca minyak untuk sisa tahun ini tidak seketat perkiraan awal,” kata analis ING dalam sebuah catatan.
“Saat ini, pasar diperkirakan masih akan kembali mengalami surplus pada kuartal pertama 2024,” tambah.