Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, memberi tanggapan soal pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden beberapa waktu lalu.
Pertemuan kedua kepala negara tersebut salah satunya membahas soal potensi perdagangan produk nikel antara Indonesia-Amerika Serikat, sebagai bahan baku produksi baterai kendaraan listrik.
Baca Juga
Luhut mengatakan, kesepakatan terkait komoditas mineral penting atau critical mineral agreement (CMA) ini jadi suatu proses negosiasi yang panjang. Namun, Luhut menilai, kedua negara pada akhirnya sadar bahwa perjanjian itu jadi kepentingan bersama.
Advertisement
"Ya Amerika paham betul, tanpa Indonesia mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan sebelas kali jumlah mobil listriknya pada tahun 2030," ujar Luhut dikutip dari akun Instagram resmi @luhut.pandjaitan, Minggu (19/11/2023).
Kata Luhut, dirinya juga telah berbicara dengan pembantu dekat Joe Biden, yakni Amos Hochstein dan Jack Sullivan. Ia menekankan maksud Indonesia soal pelarangan ekspor bijih nikel sejak 1 Januari 2020.
"Intinya sebenarnya jelasin, Indonesia itu sebenarnya masalah survival saja. Kita tidak mem-banned seluruhnya nickel ore itu, tapi setelah turunan ke berapa ya silakan saja, bebas," ungkapnya.
"Tapi biarkan kita juga menikmati, rakyat Indonesia, sampai keturunan kedua atau ketiga nilai tambahnya," kata Luhut Binsar Pandjaitan.
Adapun salah satu misi Jokowi dalam kunjungannya ke Negeri Paman Sam, yakni membahas potensi kerjasama perdagangan mineral penting (critical mineral agreement) untuk mendorong perdagangan nikel guna produksi baterai kendaraan listrik.
Pasalnya, Washington DC telah mengeluarkan Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA) yang jadi batu terjal Indonesia untuk jadi pemain dunia di sektor baterai kendaraan listrik.
Supaya kendaraan listrik bisa mendapatkan setengah dari kredit pajak, sebagian mineral penting dalam baterainya harus diproses di AS atau kelompok negara yang memiliki perjanjian perdagangan bebas, atau free trade agreement (FTA).
Adapun Indonesia tidak memiliki FTA dengan Amerika Serikat. Itu mendorong pemerintah untuk mencapai kesepakatan mineral penting dengan Washington, agar produk nikel olahannya bisa dilindungi IRA.
Penjualan Kendaraan Listrik Global Tumbuh 34 Persen, Negara Ini Cetak Rekor
Penjualan kendaraan listrik terus menguat secara global, dimana pasar China berhasil cetak rekor bulanan pada Oktober 2023. Padahal, subsidi di negara tersebut telah berakhir.
Disitat dari Reuters, sebuah perusahaan riset pasar otomotif, Rho Motion menyebutkan Negeri Tirai Bambu mengakhiri skema subsidi yang sudah diberlakukan selama 11 tahun untuk pembelian kendaraan listrik pada 2022.
 Namun, beberapa otoritas lokal terus menawarkan bantuan atau potongan pajak untuk menarik investasi serta subsidi bagi konsumen.
Penjualan kendaraan listrik di China, sebagai pasar mobil terbesar di dunia, meningakt 29 persen pada Januari hingga September 2023 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Sedangkan pasar kendaraan listrik global menunjukan pertumbuhan 34 persen pada periode yang sama.
Sementara itu, Tiongkok sendiri tengah memasuki dua bulan terkahir tahun ini yang merupakan musim penjualan kendaraan yang tinggi.
"Yang penting dari angka bulan Oktober ini, adalah permintaan kendaraan listrik di Tiongkok terus mencapai rekor meskipun subsidi dipotong," tulis Rho Motion.
Sedangkan 2023, akan menjadi tahun penting bagi pasar China, dalam penjualan kendaraan listrik.
Advertisement
Pasar lain
Di Eropa, penjualan kendaraan listrik tumbuh 26 persen. "(subsidi) ini merupakan faktor penting di pasar Jerman, karena hampir dua pertiga registrasi mobil penumpang bersifat komersial," tambah perusahaan riset tersebut.
Penjualan kendaraan listrik di Amerika Utara naik 78 persen sepanjang tahun ini.
"Pasar Amerika Utara terus mengalami penguatan pada 2023, dengan Tesla masih mengambil bagian terbesar dari permintaan karena para pembuat mobil lama mengurangi ambisi untuk meningkatkan produksi," tukas Rho Motion.
 Â