Liputan6.com, Jakarta PT Kereta Api Indonesia (Persero) mencatat masih ada 2.000 perlintasan kereta api sebidang jalur perlintasan langsung (JPL) yang tidak dijaga. Hal ini tentunya membawa risiko kecelakaan ketika dilintasi kendaraan.
Direktur Keselamatan dan Keamanan KAI Sandry Pasambuna mengatakan ada sekitar 3.600 perlintasan sebidang di seluruh Indonesia. Namun, lebih dari setengahnya belum dijaga.
Baca Juga
"Total perlintasan sebidang itu kurang lebih 3.600 JPL, yang dijaga itu sekitar 1.600 Tapi masih ada 2.000 yang belum dijaga. Nah, ini permasalahan dan PR besar untuk KAI ke depannya," kata dia di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (22/11/2023).
Advertisement
Dia mengatakan, kewenangan untuk memberikan pengamanan di perlintasan sebidang ada di tangan pemerintah. Maka, dia pun meminta pemerintah daerah, utamanya, untuk turut terlibat dalam menangani perlintasan sebidang ini.
"Tentunya ini harus mendapatkan support dari pemerintah, karena JPL ini, pemiliknya, ini adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang paling banyak pemerintah daerah sesuai undang-undang," tuturnya.
Sandry berharap prosesnya bisa berlangsung dalam waktu cepat. Guna mengejar itu, KAI juga melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah.
"Ya kalau dari KAI secepatnya ya, dalam waktu yang secepatnya ini harus segera diselesaikan. tetapi kami harus berkoordinasi dengan daerah, karena yang maksudnya bertanggung jawab terhadap perlintasan sebidang itu pemerintah daerah," bebernya.
Â
Upaya Kemenhub
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Risal Wasal menegaskan aspek keamanan di perlintasan kereta api sebidang. Mengingat maraknya kecelakaan di perlintasan tanpa palang pintu atau yang sejajar dengan jalan raya.
Terbaru, ada mobil yang tetabrak kereta api di Lumajang, Jawa Timur. Kejadian itu memakan 11 korban jiwa. Sebelumnya, ada banyak kejadian serupa di perlintasan sebidang.
"Kalo kecelakaan kereta api perlintasan sebidang itu, kita tau ya lebih kepada kesalahan pengguna jalan, kita gak bisa nyalahin masinis atau apapun karena dia prioritas nomor satu," tegasnya saat ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (22/11/2023).
Kendati begitu, dia pun ikut berupaya untuk mengurangi kecelakaan serupa. Risal mengaku akan melakukan beberapa langkah agar pengendara lebih sadar dan hati-hati melewati perlintasan KA sebidang.
"Kita akan membuat untuk supaya supir bisa lebih ngeh (sadar) bahwa itu daerah kosong, kita akan membuat yellow box. Jadi tidak hanya, selain pintu ada yellow box juga kita buat. Jadi 2 kali penekanan terhadap supir, bahwa daerah ini harus kosong, kalau ada kendaraan di depan, jangan masuk dulu, karena kereta apinya kita semakin cepat," paparnya.
Â
Advertisement
Peringatan ke Masinis
Tak cuma pengendara, Risal juga akan menerapkan early warning system sebagai penanda ada jalur KA yang sedang terhalang. Sistem peringatan dini ini ditujukan bagi masinis kereta api.
"Yang kedua, kita untuk si masinis kalau ada gangguan di perlintasan, kita akan pasang safety lamp," katanya.
Kendati sudah masuk rencana, Risal belum merinci kapan kedua langkah itu akan diterapkan. "Dua itu akan kita lakukan dalam waktu dekat untuk mencegah kejadian berulang atau membuat para pengemudi itu lebih paham, lebih sadar tentang bagaimana berperilaku di perlintasna sebidang," pungkasnya.
Kemenhub Putar Otak
Diberitakan sebelumnya, Kementerian Perhubungan tengah meramu sejumlah cara untuk mengurangi tingkat kecelakaan di perlintasan kereta api sebidang. Mengingat, dalam kurun waktu tiga tahun, 2019-2022 ada 1.135 kecelakaan di perlintasan sebidang.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Risal Wasal mencatat banyak kejadian di perlintasan sebidang. Upaya-upaya untuk mengurangi pun tengah masuk kajian.
"Kita punya data kecelakaan perkeretaapian karena kecelakaan kereta api tidak hanya tabrakan, ada jg anjlokan dan lain-lain. kita punya data cukup lengkap dan di sini kecelakaan perlintasan sebidang juga ada," terangnya dalam Media Briefing di Kantor Kemenhub, Jumat (4/8/2023).