Sukses

Pedagang Pasar Dag Dig Dug Harga Pangan Makin Mahal di Nataru

Para pedagang pasar mencatat ada penurunan volume penjualan dari para pedagang di pasar tradisional. Sebabnya karena melambungnya harga pangan di banyak daerah.

Liputan6.com, Jakarta Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mencatat ada penurunan volume penjualan dari para pedagang di pasar tradisional. Sebabnya karena melambungnya harga pangan di banyak daerah.

Diketahui, harga bahan pangan seperti beras medium masih ditemukan harga jual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Kemudian, harga cabai rawit merah yang bisa tembus hingga Rp 120.000 per kilogram.

"Bicara dampak kenaikan harga ini tentu volume penjualan pedagang yang dikurangi," ujar Sekretaris Jenderal IKAPPI Reynaldi Sarijowan, kepada Liputan6.com, Minggu (26/11/2023).

Daya Beli Masyarakat Turun

Dia mengatakan, daya beli masyarakat menjadi menurun imbas kenaikan harga. Alhasil, turut mempengaruhi volumen penjualan dari pada pedagang.

"Kalau cabai rawit merah Rp 110 ribu, otomatis kekuatan atau daya beli masyarakat ini kan gak sampai begitu, kecuali pihak ketiga yang berniaga seperti warung-warung nasi, kemudian tukang bakso dan sebagainya ini kan membutuhkan beberapa komoditas ini, walaupun naik harganya pasti dibeli," sambungnya.

Dia pun meminta pemerintah mengambil langkah tepat untuk mengatasi harga pangan mahal ini. Pedagang khawatir harga pangan akan naik lebih tinggi pada momen Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.

"Ini harus segera disikapi karena kurang lebih 3 sampai 4 pekan kita akan emmasuki natal, kemudian ada tahun baru, maka harus ada antisipasi persoalan pangan ini kedepan," tegasnya.

"Ada Kementan, ada Kemendag, ada BPS, ada Bapanas ini harus sama-sama berkolaborasi dan meninggalkan seluruh ego sektoralnya supaya pangan ini bisa di kontrol diawasi dan masyarakat yang belanja ke pasar tentu bahan-bahan pokok yang murah dan terjangkau harganya," imbuh Reynaldi.

 

2 dari 3 halaman

Harga Bahan Pangan Naik

Diberitakan sebelumnya, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mencatat banyak bahan pangan yang mengalami kenaikan beberapa waktu belakangan ini. Padahal, biasanya harga pangan naik ketika permintaan melonjak seperti pada momen Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Sekretaris Jenderal IKAPPI Reynaldi Sarijowan mengaku heran kenaikan harga pangan terjadi jauh hari sebelum Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 (Nataru). Dia mencatat harga cabai hingga gula masih terus mengalami kenaikan.

"Kalau bicara tren, tren ini sebenarnya belum cukup terlihat permintaan yang tinggi. Kecuali kita 1 minggu memasuki natal dan tahun baru, ini kan permintaan akan 2 kali lipat, tapi di November ini kenapa beberapa komoditas ini mengalami kenaikan," ujar Reynaldi kepada Liputan6.com, Jumat (24/11/2023).

 

3 dari 3 halaman

Gula Paling Mahal Sepanjang Sejarah

Dia menerangkan dalam beberapa bulan terakhir, harga komoditas pangan terus merangsek naik. Diantaranya, beras kualitas medium masih dijual Rp 13.000 per kilogram (kg) padahal harga eceran tertinggi (HET) beras medium dipatok Rp 10.900 per kg. Lalu, ada bawang merah yang masih bertengger di angka Rp 35.000 per kg.

"Kemudian cabai-cabaian juga mengalami kenaikan, bahkan kenaikannya ini di atas 100 persen gitu, cabai merah keriting sudah di angka Rp 88.500 per kilo, yang cabai besar tw Rp 82.000 (per kg), rawit merah ini yang cukup pedas, di kisaran Rp 110.000 per kilo," paparnya.

"Bawang putih juga sama, kenapa bawang putih ini bisa tinggi harganya di angka Rp 41.000 (per kg) padahal impor 100 persen justru ini yang bermasalah," sambung Reynaldi.

Selanjutnya, harga daging ayam pun terpantau mengalami kenaikan di pasar tradisional dengan kisaran harga Rp 41.000-42.000 per kg. Diikuti juga dengan telur ayam yang dijual sekitar Rp 28.000 per kg.

"Ada gula pasir yang mengalami kenaikan selama sepanjang sejarah Indonesia berdiri itu gula pasir paling tinggi hari ini Rp 16.000-16.500 per kilo," tegasnya.