Sukses

Pengen Jadi Perusahaan Global, Kimia Farma Apotek IPO Usai Pemilu

PT Kimia Farma Apotek tengah menunggu momentum yang pas untuk menggelar penawaran saham perdana, atau initial public offering (IPO).

Liputan6.com, Jakarta - PT Kimia Farma Apotek tengah menunggu momentum yang pas untuk menggelar penawaran saham perdana, atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Rencananya, aksi korporasi itu akan dilakukan selepas pemilu 2024.

CEO PT Kimia Farma Apotek Agus Chandra mengatakan, rencana itu disusun lantaran perusahaannya target menjadi world class company. Merujuk pada perusahaan apotek berkelas dunia, mereka memiliki model bisnis cukup kuat yang terintegrasi antara sektor kesehatan dan pelayanan farmasi secara online. 

Menurut dia, guna menggapai target menjadi perusahaan global, batu loncatan pertama Kimia Farma Apotek yakni harus lebih transparan melalui rencana IPO.

"Kita lagi mencari timing yang pas, mungkin after tahun politik selesai. Sekarang kan kalau kita lihat, rejeki, uang mulai kering. Kalau setelah pemilu nanti uang mulai beredar lagi," ujar Agus Chandra dalam sesi Press Conference The 18th Annual Markplus Conference di Jakarta, Rabu (29/11/2023).

Ia berharap, setelah terpilihnya capres dan cawapres baru, pergerakan uang yang berasal dari luar negeri bisa mulai masuk kembali ke pasar Tanah air.

"Mungkin timing yang pas kita akan cari saat itu. Karena IPO kan kita selain raising fund, kita juga pingin supaya perusahaan kita lebih transform," imbuh Agus Chandra. 

Namun, ia menegaskan, langkah IPO Kimia Farma Apotek bukan hanya sekadar menggalang dana. Lebih kepada melakukan transformasi perusahaan jadi lebih transparan.

"Tapi tetap kan UUD juga, ujung-ujungnya duit. Jadi kita memang ingin mengembangkan kapabilitas digital kita masih kurang. Terus kita juga sedang membangun strong brand. Ini kan investasi juga," tuturnya. 

"Makanya alokasi kita juga nanti akan mengembangkan bisnis kita tadi, selain sebagian kita akan melakukan investasi organik dan anorganik," pungkas Agus Chandra.

2 dari 3 halaman

BEI Bidik Minimal 3 IPO Jumbo pada 2024

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) dengan skala besar atau IPO jumbo pada 2024.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna  menuturkan, pihaknya selalu mengincar IPO jumbo, setidaknya tiga perusahaan dengan catatan memiliki kapitalisasi pasar Rp 15 triliun dan porsi saham di publik (free float) 15 persen. 

"Selalu kita targetkan paling tidak 3 termasuk mercusuar, marketcap Rp 15 triliun dari sisi free float relatif 15 persen," kata Nyoman saat ditemui di BEI, dikutip Selasa (28/11/2023). 

Sayangnya, ia tidak menjelaskan lebih lanjut terkait IPO jumbo pada 2024. Diberitakan sebelumnya, BEI optimistis penggalangan dana di pasar modal bisa mencapai target tahun depan, yakni ada 62 perusahaan yang bakal mencatatkan sahamnya di bursa. 

Dengan demikian, BEI berharap semua target tersebut dapat dicapai melalui pelaksanaan kegiatan sosialisasi untuk perusahaan tercatat dan calon perusahaan tercatat. 

Sebagaimana diketahui, saat ini, BEI melakukan kombinasi penyelenggaraan kegiatan sosialisasi, one-on-one meeting, serta workshop yang mayoritas sudah rutin dilaksanakan secara virtual melalui media online. Bursa juga akan terus menerus secara aktif menarik perusahaan tercatat baru dari sektor New Economy, Start-Up, dan Renewable Energy.

 

3 dari 3 halaman

Realisasi IPO

Adapun hingga 24 November 2023, terdapat 77 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO 77 emiten itu mencapai Rp 53,84 triliun.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini ada 26 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI. Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. 

"Hingga saat ini, terdapat 26 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, Jumat, 24 November 2023.

Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 10 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 15 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, dan satu perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. 

Video Terkini