Sukses

Mesin dan Material dari China Tiba di Smelter Nikel Kolaka

Smelter PT CNI menggunakan 2 teknologi utama, yakni teknologi Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dengan kapasitas 4×72 MVA, terdiri dari 4 Iajur produksi untuk mengolah bijih Nikel Saprolite, yang ditargetkan rampung 2024.

Liputan6.com, Jakarta - President Director PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) Abdul Haris Tatang menyatakan kesiapan pihaknya menyelesaikan proyek pengolahan dan pemurnian atau smelter nikel di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Khususnya setelah berbagai alat bantu sudah selesai didatangkan dari China.

"Saat ini, fasilitas smelter PT CNI, semua mesin dan material dari China sudah tiba di Wolo, dan sebagian besar telah terpasang. Selanjutnya yang tinggal beberapa persen akan dilakukan pemasangan berkelanjutan," jelasnya, Kamis (30/11/2023).

Adapun smelter PT CNI menggunakan 2 teknologi utama, yakni teknologi Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dengan kapasitas 4×72 MVA, terdiri dari 4 Iajur produksi untuk mengolah bijih Nikel Saprolite, yang ditargetkan rampung 2024.

Kemudian teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk mengolah bijih Nikel Limonite (Bijih Nikel kadar lebih rendah) untuk menghasil baterai kendaraan listrik, yang ditargetkan rampung 2026.

"Pengolahan HPAL akan memiliki kapasitas produksi sebesar 293,200 ton dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang di dalamnya terkandung 120.000 ton Logam nikel dan lebih dari 11.500 ton cobalt," terang Tatang.

Total kapasitas produksi dari smelter nikel RKEF ini nantinya dapat menghasilkan sekitar 252.000 ton Ferronikel (FeNi), dengan kandungan 22 persen Nikel atau sekitar 55.600 ton Nikel di dalamnya.

 

2 dari 3 halaman

Procurement Equipments

Produk FeNi ini akan diproses lebih lanjut dan dikonversi menjadi Ni Matte dengan kandungan 74 persen Nikel, yang akan digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan baterai kendaraan listrik.

“Persiapan Pabrik Ni Matte telah memasuki Procurement equipments dan pembangunannya akan dilaksanakan pada kuartal pertama tahun 2024," imbuh Tatang.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) lantas mendorong CNI menjadi pionir ekosistem baterai kendaraan listrik, atau Electric Vehicle (EV) Battery.

"Semoga PT CNI menjadi pionir Electric Vehicle Battery di Indonesia," kata Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM, Yose Rizal.

 

3 dari 3 halaman

Komunikasi

Yose Rizal meminta CNI agar terus melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat dalam menjalankan program hilirisasi tersebut, khususnya jika terjadi kendala berkaitan dengan perizinan.

"Komunikasikan jika ada kendalanya berkaitan perizinan. Kalau dokumennya sudah benar dan lengkap sesuai persyaratan aturan perundang-undangan, dalam satu dua hari segera kami selesaikan," kata dia.