Sukses

Memupuk Indonesia Maju dari Tanah Pala

Presiden Jokowi melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking Proyek Strategis Nasional (PSN) Kawasan Industri Pupuk Fakfak di Distrik Arguni, Kabupaten Fakfak, Papua Barat

Liputan6.com, Jakarta 'Idoido Mananina Jojo Siri Kwiyono Ad Kwiyono'. Ini merupakan semboyan dari masyarakat di Kabupaten Fakfak. Artinya, Satu Negeri Satu Hati. Satu Negeri Indonesianya. Satu Hati masyarakatnya.

Kabupaten Fakfak terkenal dengan berbagai sebutan, salah satunya Kota Pala. Menagapa disebut Kota Pala? karena kota ini terkenal sejak zaman Sriwijaya hingga saat ini dengan tanaman komoditas unggulan pala yang bernilai ekspor.

Wilayah Kabupaten Fakfak memiliki luas luas 14.320 km², dimana 80 persen merupakan hutan pala endemik. Bagi masyarakat Fakfak, pala tidak hanya berperan sebagai bahan makanan, melainkan juga memiliki fungsi ekonomi, sosial dan budaya, serta ekologi.

Berkat tanahnya yang subur, Presiden Jokowi menjadikan Fakfak bagian dari rencana Indonesia Maju 2045, khususnya di sektor pangan. Ya, pada Kamis (23/11/2023), Jokowi melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking Proyek Strategis Nasional (PSN) Kawasan Industri Pupuk Fakfak di Distrik Arguni, Kabupaten Fakfak, Papua Barat.

Proyek ini digarap oleh PT Pupuk Indonesia (Persero) melalui anak usahanya, PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim).

Proyek ini menjadi strategi besar negara dalam menghadapi ancaman krisis pangan dunia dan mewujudkan kedaulatan pangan nasional. Nantinya, pabrik pupuk yang dibangun ini mampu mendukung rencana atau program Provinsi Papua Selatan menjadi lumbung pangan nasional.

"Sudah 40 tahun kita memiliki lima industri pupuk, dan semuanya berada di kawasan barat. Yang kawasan timur, belum ada sama sekali. Oleh sebab itu, saya mendengar rencana ini, langsung saya perintahkan untuk segera dieksekusi agar kawasan timur juga memiliki industri pupuk. Ini sebuah rencana besar, saling mendukung, dan kita harapkan tanah Papua akan semakin makmur dan sejahtera," ungkap Jokowi ditulis Kamis (31/11/2023).

Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi menambahkan, pembangunan kawasan industri pupuk pertama di Indonesia dimulai di Palembang pada tahun 1959, kemudian di Gresik (1972), Cikampek (1975), dan Bontang (1977).

Sementara Indonesia terakhir kali membangun industri pupuk pada tahun 1982 di Aceh. Artinya proyek ini menjadi kawasan industri pupuk baru yang dibangun di dalam negeri setelah empat dasawarsa.

 

Ditambahkan SVP Sekretaris PT Pupuk Indonesia (Persero), Wijaya Laksana, di kawasan ini, akan dibangun pabrik dengan kapasitas produksi pupuk Urea sebesar 1.150.000 ton per tahun serta ammonia 825.000 ton per tahun.

"Keberadaan kawasan industri pupuk baru di Papua Barat ini akan memperkuat posisi Pupuk Indonesia sebagai perusahaan penyedia pupuk terbesar di Asia Pasifik, Timur Tengah dan Afrika Utara," katanya kepada Liputan6.com.

Bicara mengenai potensi kontribusi ke ekonomi domestik, proyek yang memiliki nilai investasi Rp 10 triliun ini bisa memberikan kontribusi pendapatan daerah mencapai Rp 15 miliar setahunnya.

Kontribusi ke daerah ini diantaranya juga menyerap tenaga kerja sebanyak 10.000 orang selama masa konstruksi dan 400 orang saat beroperasi.

Pabrik yang dibangun melalui pendekatan Environmental, Social and Governance (ESG) ini ditargetkan beroperasi pada awal 2028.

Penguatan Bisnis Ammonia

Pengembangan bisnis ke Indonesia Timur ini jelas menjadi kekuatan baru bagi bisnis Pupuk Indonesia. Perlu diketahui, selain memproduksi pupuk, Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) juga menghasilkan ammonia, termasuk pabrik baru di Fakfak ini.

Asal tahu saja, Pupuk Indonesia adalah salah satu produsen ammonia terbesar di dunia dengan kapasitas produksi 7 juta ton per tahun. PIHC adalah menjadi salah satu global player di industri ini.

Dikutip Liputan6.com dari data Kementerian Perdagangan, saat ini volume perdagangan ammonia mencapai 21 juta ton di seluruh dunia. Namun pada tahun 2030, volume perdagangan ammonia untuk sumber energi diprediksi mencapai 30 juta ton.

"Kapasitas produksi ammonia akan terus ditambah, karena permintaan dunia semakin tinggi, terutama blue ammonia dan green ammonia. Terlebih saat ini komunitas global menaruh perhatian tinggi terhadap produk-produk rendah karbon. Oleh karena itu, pengembangan blue ammonia dan green ammonia menjadi peluang emas bagi Pupuk Indonesia untuk tidak hanya mendukung sektor pertanian namun juga sumber energi bersih masa depan," terang Wijaya.

Pengembangan blue ammonia dan green ammonia menjadi bagian dari program dekarbonisasi pemerintah, dimana Presiden Jokowi memiliki target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.

Dalam rencana jangka panjang, Pupuk Kaltim memang menjadikan kawasan industri pupuk di Fakfak ini sebagai penghasil blue ammonia. Pengembangan blue ammonia dan green ammonia menjadi bagian dari program dekarbonisasi pemerintah, dimana Presiden Jokowi memiliki target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.

 

Apa yang dilakukan Pupuk Indonesia di Fakfak ini sebenarnya sudah menjadi perhatian Menteri BUMN Erick Thohir sejak lama.

Transformasi Pupuk Indonesia dari sebelumnya penghasil pupuk, bisa meningkatan perannya dalam percepatan transisi energi, jelas pantas diapresiasi.

"Satu hal yang kerap saya sampaikan bahwa upaya transisi energi tak melulu tentang strategi investasi atau permodalan, tapi yang terpenting mengubah mindset dan kultur yang ada di perusahaan. Pupuk Indonesia sebagai holding yang membawahi banyak perusahaan tentu memiliki tanggung jawab besar dalam melakukan transformasi SDM di seluruh anak usaha untuk bersama-sama menerapkan transisi energi," kata Erick Thohir kepada Liputan6.com.

Tidak hanya Erick Thohir, apa yang sudah dilakukan Pupuk Indonesia dengan segala peta jalannya di Fakfak ini juga diacungi jempol oleh Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa.

"Saat ini transformasi bisnis BUMN tidak hanya sekedar bagaimana menerapkan teknologi, melainkan juga bagaimana upaya perusahaan dalam mewujudkan green industry," ucapnya kepada Liputan6.com.

"Dengan adanya penggunaan sumber daya yang lebih efisien, pengurangan emisi karbon, konsumsi air, serta rendah limbah (low waste), secara otomatis Pupuk Indonesia menjadi green industry," pungkasnya.

Jika pepatah mengatakan 'Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui', maka pengembangan kawasan industri pupuk di Fakfak ini sudah sesuai. Sekali dayung, Pupuk Indonesia bisa meningkatkan penguatan sektor pangan, penguatan bisnis pupuk dan amonia, dan juga bisa memperkuat perannya dalam mencapai Net Zero Emission.

Fakfak yang dulunya terkenal sebagai kota Pala, bisa-bisa nanti pada 2045 memiliki julukan baru yaitu Kota Industri Indonesia Timur.