Sukses

Di COP28 Dubai, SKK Migas Paparkan Cara Industri Hulu Migas Indonesia Pangkas Emisi

Di era transisi energi peranan gas akan sangat penting karena memiliki emisi karbon yang paling rendah dibandingkan energi fosil lainnya.

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah membuat roadmap pengelolaan emisi karbon melalui Program Low Carbon Iniciative yang ada di Rencana dan Strategi (Renstra) Indonesia Oil & Gas (IOG) 4.0.

Roadmap tersebut dalambentuk regulasi, manajemen energi, zero flaring, proyek Carbon Capture and Storage (CCS) maupun Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS). Selain itu juga menjalankan langkah mengurangi emisi dalam setiap aktivitas hulu migas dan melakukan reforestrasi atau penghijauan kembali.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuro menjelaskan, industri hulu migas di Indonesia telah menempatkan lingkungan berkelanjutan sebagai salah satu target dalam rencana dan strategi (Renstra) Indonesia Oil & Gas 4.0.

"Apa yang dilakukan industri hulu migas telah sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia dalam mengurangi emisi karbon dan mewujudkan target nett zero emission di tahun 2060," kata dia dalam talkshow di Paviliun Indonesia pada ajang COP28 di Dubai, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu 2/12/2023). 

Hudi menyampaikan bahwa kebutuhan energi migas di Indonesia terus meningkat, meskipun secara prosentase kontribusinya menurun, tapi secara volume bertambah. Katanya, menurut rencana umum energi nasional (RUEN) kebutuhan minyak di tahun 2050 akan meningkat 139% dan gas meningkat 298%.

“Artinya, ekplorasi untuk menemukan cadangan migas baru harus terus dilakukan, karena selain kebutuhan yang meningkatkan, potensi migas di Indonesia masih menjanjikan. Dari 128 cekungan yang sudah berproduksi saat ini sebanyak 20 cekungan”, terang Hudi.

 

2 dari 3 halaman

Gas Indonesia Berlimpah

Hudi menambahkan, di era transisi energi peranan gas akan sangat penting karena memiliki emisi karbon yang paling rendah dibandingkan energi fosil lainnya.

“Kami bersyukur potensi gas di Indonesia masih sangat melimpah. Baru-baru ini, Indonesia mencatatkan sebagai salah satu giant discovery terbesar nomor 3 dunia dengan penemuan cadangan gas yang besar di Blok North Ganal di Kalimantan Timur”.

Lebih lanjut Hudi menyampaikan Pemerintah dan SKK Migas terus mendorong penggunaan gas untuk domestik, saat ini sekitar 70% produksi gas nasional dialokasikan untuk domestik.

Dia menginformasikan proyek-proyek raksasa yang menghasilkan gas seperti Abadi Masela dan Tangguh Train 3 yang beberapa waktu lalu diresmikan Presiden Jokowi, alokasi terbesar untuk kebutuhan gas domestik.

Terkait proyek CCS/CCUS, Indonesia telah bergerak maju untuk mengimplementasikannya. Hudi menginformasikan bahwa proyek besar seperti Abadi Masela juga akan mengimplementasikan CCS/CCUS.

Untuk proyek besar Tangguh, beberapa waktu yang lalu Presiden Jokowi telah melakukan ground breaking proyek CCS Ubadari. Proyek ini dengan potensi kapasitas penyimpanan CO2 hingga 1,8 Gt. Selain menghasilkan tambahan produksi gas, proyek ini ini akan menginjeksikan sekitar 30 juta ton CO2 sampai tahun 2035 ke reservoir yang ada.

“Ini tentu bukti keseriusan Pemerintah, SKK Migas dan KKKS dalam menerapkan teknologi CCS/CCUS untuk mengurangi emisi karbon dan menjaga lingkungan berkelanjutan”, ujarnya.

3 dari 3 halaman

Paviliun Indonesia

Lebih lanjut Hudi mengatakan, salah satu bentuk kolaborasi nyata antara SKK Migas dan KKKS dapat dilihat pada ajang COP28. Dimana di Paviliun Indonesia, MedcoEnergi dengan dukungan SKK Migas melakukan kegiatan dalam rangka mendorong ekspose yang lebih luas di dunia internasional mengenai industri hulu migas yang telah melakukan dan akan terus meningkatkan kontribusinya dalam pengurangan emisi karbon.

“Apresiasi dan terima kasih kepada MedcoEnergi yang telah memberikan dukungan terbaik dalam ajang ini, untuk menunjukkan wajah industri hulu migas nasional yang ramah lingkungan dan memiliki komitmen nyata dalam mengurangi emisi karbon”, pungkasnya.