Sukses

OJK: Paylater Sangat Membantu Masyarakat

OJK juga mengingatkan kepada Perbankan agar senantiasa fokus menyalurkan kredit kepada UMKM, jangan hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saja.

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendukung penggunaan produk keuangan Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater yang dilakukan perbankan, dalam membantu masyarakat menengah ke bawah dalam memenuhi kebutuhan.

"Sekarang perkembangan Buy Now Pay Later yang dilakukan perbankan itu sudah meningkat, dan saya kira itu bagus sangat membantu kepada mereka-mereka kelas menengah ke bawah yang membutuhkan untuk berbagai keperluan," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam RDK Bulanan November secara virtual, Senin (4/12/2023).

Sebagai informasi, Buy Now Pay Later adalah layanan menunda atau mencicil pembayaran. Lebih lanjut, menurutnya, selain masyarakat menggunakan BNPL untuk memenuhi kebutuhan (konsumtif), penggunaan tersebut juga bisa mengarah pada peningkatan produktivitas masyarakat terhadap kegiatan ekonomi lainnya.

"Kadang-kadang bisa jadi berdampak tidak hanya konsumtif, tapi juga bisa jadi produktif," ujarnya.

Kendati begitu, OJK juga mengingatkan kepada Perbankan agar senantiasa fokus menyalurkan kredit kepada UMKM, jangan hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saja.

"Memang upaya kita dari OJK tentu saja ikut mendorong perbankan untuk menyalurkan kredit. Di samping kita kebijakannya sendiri, Kita tetap mengingatkan bank bahwa yang menjadi konsen sekarang itu adalah peningkatan kredit kepada UMKM," ujarnya.

Adapun OJK mencatat penyaluran kredit dari industri perbankan pada Oktober 2023 mencapai Rp 6.903 triliun atau naik 8,99 persen secara tahunan (yoy).

"Kinerja intermediasi perbankan tetap terjaga dengan pertumbuhan kredit tercatat 8,99 persen your on year, dengan pertumbuhan tertinggi pada kredit investasi sebesar 10,22 persen year on year," ujarnya.

Ditinjau dari kepemilikan bank pada Oktober 2023, Bank BUMN menjadi kontributor pertumbuhan terbesar yaitu 11,76 persen.

2 dari 4 halaman

Yang Muda yang Terlilit Utang, Akibat Bayar Belakangan

Sejak tahun 2018, Yana, bukan nama sebenarnya, mulai menggunakan paylater di salah satu e-commerce. Saat itu dia tak berpikir dua kali saat ingin melakukan pendaftaran. Apalagi prosesnya mudah dan sangat cepat.

Untuk mendaftar hanya dibutuhkan foto KTP. Proses persetujuannya pun tak lama. Bahkan limit awal yang didapatkan saat itu mencapai Rp 8 juta. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan angka limit kartu kredit miliknya beberapa tahun lalu. 

Beberapa barang pun dibeli menggunakan paylater. Mulai dari jam tangan, smartphone, hingga sejumlah pakaian yang digunakannya. Cicilannya juga beragam. Mulai dari tiga bulan hingga setahun.

"Biasanya lebih dari Rp 2 juta ambil (cicilan) yang setahun atau enam bulan saja," kata Yana kepada Liputan6.com.

Yana memiliki prinsip dalam penggunaan paylater. Yaitu tidak telat bayar dan tidak ada tunggakan. Sebab dengan pembayaran yang lancar juga akan menaikan limit pinjaman. 

Besaran cicilan yang setiap bulan dibayarkan oleh Yana juga beragam. Mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 3 juta per bulan. Selain digunakan untuk membeli berbagai barang, perempuan berusia 36 tahun ini juga mencoba menggunakan paylater untuk mencairkan sejumlah uang tunai.

Hal yang dilakukan Yana biasa disebut dengan istilah gesek tunai atau gestun paylater. Gestun paylater biasanya dilakukan oleh jasa pihak ketiga di luar penyedia platform tersebut. Cara tersebut diketahui dari seorang temennya.

"Itu banget bulan lalu nyobain. Ternyata itu ada (di e-commerce). Pertama chat dulu ke akun penjualnya untuk menanyakan bagaimana persyaratan, dia kasih nomor ke kita untuk dihubungi lanjut via WhatsApp," ucapnya.

Setelah melakukan diskusi via chat, Yana diminta memberikan nomor rekening oleh pihak penjual untuk penyerahan uang tunai sebesar yang dibutuhkan. Umumnya skema gestun paylater ini adalah dengan melakukan orderan fiktif menggunakan limit yang ada.

Uang tunai yang diterima Yana juga sudah melalui potongan jasa gestun. Prosesnya pun juga cepat tidak sampai satu jam. Saat itu Yana mengaku membutuhkan uang tunai dibandingkan barang. 

"Kemarin pilih yang Rp 2,5 juta dan yang dikirim ke saya Rp 2 juta. Itu udah kena pajak dan pembayarannya menggunakan sistem paylater e-commerce nya. Waktu itu emang lagi butuh uang bukan barang," jelas Yana.

3 dari 4 halaman

Bunga Kecil, Denda Kecil?

Cerita lain disampaikan oleh Yulia (28) bukan nama sebenarnya. Dia pengguna paylater di e-commerce yang berbeda dengan Yana. Paylater digunakannya sejak pandemi Covid-19. 

Sejumlah kebutuhan rumah dan barang pribadi dibelinya menggunakan paylater. Mulai dari pembayaran listrik di rumahnya, pulsa, hingga smartphone. 

"Alasan pakai paylater dari e-commerce ini karena bunganya kecil, dendanya kecil. Jadi tertarik buat menggunakan paylater, apalagi kalau lancar limit terus naik," kata Yulia kepada Liputan6.com.

Awalnya pembayaran Yulia lancar dan tepat waktu. Namun pada awal tahun 2023 sempat telat sekitar dua bulan. Beberapa kali debt collector menghubunginya untuk segera membayar cicilan.

Bahkan setiap bulan rumahnya juga didatangi. Saat itu memang Yulia tidak memiliki uang untuk membayar. Menurut dia, debt collector itu menawarkan sejumlah kesepakatan pembayaran.

Kesepakatan itu yakni potongan bunga dan denda keterlambatan jika Yulia dapat membayar saat itu. 

"Sebenarnya dendanya kecil tapi setelah dikurangi sama bunga jadi berasa dapat potongan aja. Tapi konsekuensinya ya akun di-banned dan enggak bisa daftar lagi," ujar Yulia.

4 dari 4 halaman

Dongkrak Perekonomian Ekonomi dari Segi Konsumsi?

Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, sumber pertumbuhan ekonomi nasional terutama berasal dari kuatnya permintaan domestik sejalan dengan kenaikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Di mana, generasi Y atau milenial dan generasi Z (Gen Z) menjadi penopangnya.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) Bank Indonesia (BI) Erwindo Kolopaking. Dia menyebut jika konsumsi rumah tangga juga masih akan menjadi sumber utama produk domestik bruto (PDB) di Indonesia ke depannya.

"Kita masih melihat konsumsi rumah tangga masih jadi penopang dan itu terutama dari konsumsi, di mana kemudian kaitannya dengan restoran, makanan minuman. Kegiatan aktivitas ini bersumber dari Gen Y dan Gen Z, salah satu source pertumbuhan ekonomi saat ini," ujar Erwindo saat FGD dengan media.

Ditambah lagi, kata dia, para Generasi Y dan Z ini memiliki kemudahan mendapatkan pembiayaan. Bukan dari perbankan tetapi sektor keuangan non bank yang kian mudah. Sebagai contoh, fasilitas paylater.

"Itu yang membuat kemudian aktivitas ekonomi itu bergerak dan ke depan. Sebenarnya kita mau memastikan struktur income ini akan bisa terus mengenai rate lapangan usaha di sektor ini juga bisa ikut menghasilkan," jelas dia.

Saat ini banyak anak muda yang memanfaatkan layanan pembelian dengan transaksi menggunakan paylater. Dasarnya paylater merupakan layanan untuk menunda pembayaran atau berhutang barang.

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Nailul Huda tak menyangkal, penggunaan paylater mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi rumah tangga.

Namun, konsumsi masyarakat yang menggunakan paylater tidak mempunyai pengaruh besar untuk perekonomian. Sebab konsumen yang menggunakan paylater sering kali melakukan pembelian di e-commerce untuk barang-barang import.

"Jadi paylater jangan-jangan bukan mendorong produksi dalam negeri, tapi mendorong untuk atau pun mendorong konsumsi produk-produk dari luar. Ini yang kita khawatirkan sebenarnya," kata Huda kepada Liputan6.com.