Sukses

Banjiri Eropa dengan Rendang, LPEI Teken MoU dengan Pemprov Sumatera Barat

Provinsi Sumatera Barat memiliki potensi besar dalam pasar ekspor, diperkuat oleh kekayaan budaya yang menjadi ciri khas Indonesia. Keberagaman kuliner seperti rendang, serta beragam kerajinan, fashion, dan rempah-rempah, memberikan berbagai peluang bagi pelaku usaha berorientasi ekspor di Sumatera Barat.

 

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank dan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding) untuk upaya mendorong pertumbuhan ekspor yang lebih besar dari Sumatera Barat. 

Dalam kerja sama ini, LPEI dan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sepakat untuk berkolaborasi dalam pengembangan kapasitas Industri Kecil dan Menengah (IKM), Koperasi, BUMDesa, BUMDESMA, serta Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berorientasi ekspor.

“Saya berharap implementasi MoU ini dapat berjalan dengan cepat karena kerja sama ini akan meningkatkan ekspor produk Sumatera Barat ke mancanegara, sehingga akan memberikan penguatan pada perekonomian di daerah,” kata Gubernur Provinsi Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah, dalam keterangan tertulis, Selasa (5/12/2023).

Kementerian Keuangan, melalui Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pembendaharaan Provinsi Sumatera Barat, Syukriah HG, juga menegaskan komitmennya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. MoU antara LPEI dan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat diarahkan untuk memberdayakan UMKM yang siap ekspor.

“Mimpi kita bersama menjadikan tidak hanya satu nagari (desa) devisa di Sumatera Barat, namun banyak nagari (desa) menjadi kota dan kabupaten devisa di Sumatera Barat. Insya Allah bisa,” kata Syukriah.

Provinsi Sumatera Barat memiliki potensi besar dalam pasar ekspor, diperkuat oleh kekayaan budaya yang menjadi ciri khas Indonesia. Keberagaman kuliner seperti rendang, serta beragam kerajinan, fashion, dan rempah-rempah, memberikan berbagai peluang bagi pelaku usaha berorientasi ekspor di Sumatera Barat.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Sumatera Barat mencapai USD193,53 juta pada bulan Oktober 2023.

Produk unggulan ekspor meliputi Crude Palm Oil (CPO), produk kimia, dan karet. Pakistan tetap menjadi tujuan utama ekspor Sumatera Barat pada triwulan II 2023, dengan pangsa sebesar 34,53%, diikuti oleh India dan Bangladesh dengan masing-masing 31,80% dan 9,71%.

 

2 dari 4 halaman

Coaching Program for New Exporters

Direktur Pelaksana Hubungan Kelembagaan LPEI, Chesna F. Anwar, menjelaskan potensi besar Sumatera Barat untuk pasar ekspor. Salah satunya adalah rendang yang telah diakui menjadi salah satu makanan terlezat di dunia.

Contohnya, di Bulgaria terdapat satellite kitchen yang memiliki kebutuhan memproduksi 30 ton rendang per bulan untuk didistribusikan ke berbagai negara di Eropa.

Untuk itu, LPEI akan memberikan pendampingan kepada pelaku ekspor di Sumatera Barat lewat Coaching Program for New Exporters (CPNE), Program Desa Devisa untuk pengembangan ekspor dan pendapatan devisa yang berkelanjutan melalui komoditas unggulan desa, dan Marketing Handholding untuk membuka pasar ekspor bagi pelaku usaha di Provinsi Sumatera Barat.

“Tentunya, pendampingan kepada pelaku usaha berorientasi ekspor di Sumatera Barat tidak dapat LPEI lakukan sendiri. Diperlukan kolaborasi yang apik semua pihak untuk dapat membangun fondasi program-program pengembangan ekspor untuk menjadikan Desa Devisa yang ada di Sumatera Barat dapat merebak dan sukses mengangkat ekonomi masyarakat.” tutup dia.

3 dari 4 halaman

Begini Ramalan Ekspor Indonesia 2024 di Tengah Perlambatan Ekonomi Global

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) memproyeksikan ekspor Indonesia akan melanjutkan pertumbuhan di tahun 2024 mendatang.

Dalam kegiatan Outlook Perdagangan Luar Negeri Indonesia 2024, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Didi Sumedi memaparkan, ekspor rill barang dan jasa 2024 diproyeksi tumbuh 7,0 persen atau sebesar Rp. 3.437 triliun.

Kemudian ekspor non migas diperkirakan tumbuh di kisaran 3,3-4,5 persen atau antara USD 295,9-Rp. 303,9 miliar.

Untuk necara perdagangan, diramal menyentuh antara USD 22,5-47,1 miliar.

Sementara rasio jasa terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) diperkirakan tumbuh 1,8-2,0 persen di 2024.

Adapun kesepakatan perdagangan internasional yang diperkirakan mencapai 34 kesepakatan (kumulatif) di 2024.

Namun, Didi juga mengingatkan perlambatan negara-negara ekonomi terbesar di dunia dalam beberapa waktu terakhir, yang dapat berdampak pada perdagangan global, termasuk Indonesia.

 

4 dari 4 halaman

Perdagangan Global

Sebagai informasi, berbagai organisasi internasional memproyeksikan ekonomi negara maju tumbuh hanya 1,5 persen di sisa 2023 dan kembali turun ke 1,4 persen di 2024 mendatang.

“Kalau di negara maju, ekspansi ekonomi itu lebih kecil lagi pertumbuhannya. Ini akan berpengaruh khususnya pada perdagangan global, “ kata Didi dalam paparannya di Bandung, dikutip dari Youtube Kemendag, Kamis (23/11/2023).

“Dengan adanya berbagai dinamika global kita sebetulnya bukan pesimis, tapi ini merupakan tantangan buat kita,” ujarnya.

Didi melanjutkan, pertumbuhan ekonomi suatu negara tak lepas dari demand (permintaan) dalam perdagangan global.

“Kalau ekonomi turun yang linearnya biasanya akan turun. Ini akan mempengaruhi performa perdagangan kita, khususnya di sektor ekspor,” bebernya.