Liputan6.com, Jakarta Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia Tbk Garibaldi Thohir menekankan pentingnya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) berdaya saing global, salah satunya melalui lingkungan kerja yang positif.
"Komitmen kami terhadap pengembangan karyawan diwujudkan dalam upaya yang berkesinambungan untuk membangun lingkungan kerja positif yang memungkinkan karyawan untuk mengembangkan kompetensi yang berdaya saing global serta memberikan kinerja terbaiknya untuk mencapai tujuan perusahaan," ujar Garibaldi dikutip Selasa (12/12/2023).
Baca Juga
Bagi Adaro, karyawan adalah sumber daya penting yang secara bersama-sama akan mewujudkan cita-cita perseroan dalam bertransformasi menjadi perusahaan yang lebih besar dan berkelanjutan.
Advertisement
Emiten berkode saham ADRO itu akan terus melaksanakan komitmennya untuk mengembangkan sumber daya manusia terbaik dan membangun lingkungan kerja yang baik demi mendukung kemajuan Indonesia.
Baru-baru ini, Adaro masuk dalam Forbes World’s Best Employers 2023 atau perusahaan dunia terbaik untuk karyawannya.
Adaro merupakan salah satu dari tiga perusahaan di Indonesia yang masuk dalam daftar Forbes World’s Best Employer. Sedangkan pada jajaran Forbes Global, Adaro menduduki posisi ke348 dari 700 perusahaan di dunia.
Predikat bergengsi World Best Employers Forbes Global dianugerahkan kepada perusahaan-perusahaan yang dinilai sebagai tempat kerja terbaik dengan lingkungan yang positif.
Forbes bekerja sama dengan lembaga riset pasar Statista untuk melakukan survei terhadap lebih dari 170.000 karyawan di lebih dari 50 negara yang bekerja di perusahaan dan institusi multinasional.
Para responden diminta menilai keunggulan perusahaan tempat mereka bekerja berdasarkan kriteria antara lain peningkatan kemampuan diri karyawan, pilihan kerja jarak jauh (WFH), keberagaman dalam perusahaan, keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan (work-life balance), dan kebanggaan terhadap produk atau layanan perusahaan.
Adaro Energy Optimistis Produksi Batu Bara Moncer pada 2023
Sebelumnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) optimistis bisa mengejar target produksi batu bara pada 2023 yang ditetapkan sekitar 62 juta ton-63 juta ton.
Sebagaimana diketahui, volume produksi batu bara naik 12 persen menjadi 50,73 juta ton pada sembilan bulan pertama 2023 sementara volume pengupasan lapisan penutup naik 25 persen menjadi 217,43 Mbcm hingga periode tersebut. Nisbah kupas tercatat 4,29x, atau naik 12 persen dari kuartal III 2022 dan selaras dengan target yang ditetapkan 4,2x untuk 2023.
Investor Relations Adaro Energy Indonesia Danuta Komar menjelaskan, pihaknya optimistis produksi batu bara pada 2023bisa mencapai target yang telah dicanangkan.
"Saat ini kami masih dalam jalan yang tepat untuk produksi 62-63 juta. 58-59 juta adalah batu bara thermal, 4 juta ton dari metalurgi. Sejalan dengan rencana tambang metcoal di Australia, produksi 6 juta ton," kata Danuta Komar dalam Public Expose 2023, Selasa (28/11/2023).
Di samping itu, Adaro berharap pertumbuhan produksi yang tinggi bisa mengerek kinerja perusahaan di tengah harga batu bara yang melemah dibandingkan tahun sebelumnya.
Perseroan pun menyatakan Indonesia masih menjadi pasar utama dalam penjualan batu bara Adaro. Ini mengingat, 25 persen total penjualan batu bara berasal dari Indonesia.
Selain Indonesia, China juga menjadi salah satu negara yang berkontribusi besar terhadap penjualan batu bara Adaro.
Pada penutupan perdagangan saham Selasa, 28 November 2023, saham ADRO naik 1,18 persen ke posisi Rp 2.580 per saham. Saham ADRO dibuka naik 10 poin ke posisi Rp 2.560 per saham. Saham ADRO berada di level tertinggi Rp 2.620 dan level terendah Rp 2.560 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 5.273 kali dengan volume perdagangan 197.509 saham. Nilai transaksi Rp 51,2 miliar.
Advertisement
Kinerja Keuangan hingga Kuartal III 2023
Sebelumnya diberitakan, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) telah mengumumkan kinerja keuangan sepanjang sembilan bulan pertama 2023. Perseroan mencatatkan penurunan pendapatan maupun laba bersih pada periode tersebut.
Mengutip laporan keuangan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (1/11/2023), Adaro membukukan pendapatan usaha sebesar USD 4,98 miliar hingga kuartal III 2023. Hasil ini turun 15,76 persen dibandingkan pendapatan usaha per kuartal III 2022 senilai USD 5,91 miliar.
Adapun produksi dan penjualan masing-masing naik 12 persen dan 11 persen menjadi 50,73 juta ton dan 49,12 juta ton yang diofset dengan penurunan 25 persen pada harga jual rata-rata. Demikian mengutip dari keterangan tertulis Adaro Energy Indonesia.
Bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan Adaro Enery Indonesia membengkak 17,47 persen menjadi USD 2,99 miliar hingga kuartal III 2023, dibandingkan beban pokok pendapatan perusahaan pada periode yang sama tahun sebelumnya senilai USD 2,54 miliar.
Beban tersebut naik seiring beban royalty PT Adaro Indonesia lebih tinggi dari pada periode sama tahun lalu. Biaya penambangan dan biaya pengolahan batu bara juga baik karena ada kenaikan volume.
Pengupasan lapisan penutup naik 25 persen menjadi 217,43 juta bcm dan nisbah kupas tercatat sebesar 4,29 kali atau naik 12 persen hingga September 2023.
Total biaya bahan bakar naik 18 persen akibat kenaikan 33 persen pada konsumsi bahan bakar. Biaya kas batu bara per ton (tidak termasuk royalti) pada sembilan bulan pertama 2023, naik 11 persen dari sembilan bulan pertama 2022.
Hingga kuartal III 2023, Adaro Energy Indonesia meraih laba usaha senilai USD 1,61 miliar. Angka ini menyusut 48,64 persen dibandingkan laba operasional Adaro Energy Indonesia hingga kuartal III 2022 senilai USD 3,15 miliar.
Alhasil, Adaro Energy Indonesia mengantongi laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 1,21 miliar per kuartal III 2023, atau turun 35,96 persen dibandingkan realisasi per kuartal III 2023 sebesar USD 1,9 miliar.