Liputan6.com, Jakarta Menteri BUMN Erick Thohir meyakini, penggabungan usaha atau merger anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Citilink Indonesia dan Pelita Air bakal membuat harga tiket pesawat tidak semahal saat ini.
Menurut dia, harga tiket pesawat saat ini turut dipengaruhi kompleksitas dari industri penerbangan. Pasalnya, jumlah armada penerbangan sebelum pandemi Covid-19 mencapai 750 unit pesawat, sementara saat ini hanya ada 450 unit pesawat.
Baca Juga
Advertisement
"Makanya tiketnya mahal. Karena itu kita mendorong yang namanya merger atau penggabungan Pelita dan Citilink, supaya kita punya kekuatan untuk menyeimbangkan harga tiket," ujarnya di Jakarta, Rabu (13/12/2023).
"Jadi bukan karena kita tidak capable. Tapi memang pasca covid ini belum balik," kata Erick Thohir.
Saat ditanya kapan proses merger Citilink dan Pelindo rampung, ia meminta bersabar. Sebab proses penggabungan usaha seperti ini tidak bisa dikerjakan asal dalam waktu singkat.
Proses Merger
Erick lantas mencontohkan proses merger PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I-IV menjadi sebuah holding BUMN kepelabuhanan yang memakan waktu bertahun-tahun. Kementerian BUMN juga saat ini tengah menyusun rencana merger untuk PT Angkasa Pura I (AP I) dan AP II.
"Ada proses. Yang namanya merger, Pelindo itu dari 4 jadi 1 Pelindo butuh 2,5 tahun. Kan ini Angkasa Pura baru bicara tahun ini. Perlu waktu 3 bulan lagi untuk bisa punya satu standarisasi airport," sebut Erick Thohir.
"Karena industri daripada penerbangan juga berubah. Kita lihat sekarang, banyak macam-macam negara yang merenovasi airport-nya menjadi sebuah tempat perjalanan yang nyaman. Kita harus perbaikin itu," tutur Erick Thohir.
Mau Dimerger dengan Citilink, Pelita Air Bakal Hilang?
Wakil Menteri BUMN I menjamin Pelita Air tak akan hilang pasca perusahaan maskapai milik PT Pertamina (Persero) tersebut merger dengan anak usaha Garuda Indonesia, Citilink.
"Oh enggak, kita nggak hilang. Brand-nya masih hidup. Jadi kita justru senang dengan brand Pelita Air supaya sama Citilink ada dua brand yang di kelas menengah dan LCC (Low Cost Cartier/maskapai penerbangan bertarif rendah)," jelasnya di Jakarta, Selasa (3/10/2023).
Pria yang akrab disapa Tiko itu mengaku senang jika keduanya tetap beroperasi dengan brand masing-masing. Adapun pasca merger, Pelita Air bakal menyasar segmentasi pasar kelas menengah, sedangkan Citilink untuk di bawahnya.
"Itu sekarang tumbuh market sharenya dua-duanya, bahkan Pelita itu load factor-nya bisa 85 persen. Karena tinggi demand-nya di medium itu," imbuh Tiko.
Terkait rencana merger Pelita Air dan Citilink, Kementerian BUMN disebutnya tengah berdiskusi dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, untuk memindahkan lisensi dan armada Pelita Air kepada Citilink.
"Jadi tidak harus dalam bentuk merger PT-nya. Jadi idenya gitu, ya moga-moga, karena ini tergantung nanti secara kajian, kalau memang seperti itu kita lebih mudah," ujar Tiko.
"Karena kalau harus merger PT-nya kan, PT-nya kan berat, karena PT-nya kan kalau berita itu masih punya juga lapangan terbang. Ada Pondok Cabe, ada yang charter flight segala, itu yang kita inginnya hanya yang flight regular aja," tuturnya.
Advertisement
Kepastian Merger Garuda Indonesia dan Pelita Air Diputuskan Desember 2023
Sebelumnya, emiten pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) angkat bicara soal merger dengan PT Pelita Air Service (Pelita Air). Rupanya, kepastian merger tersebut akan diputuskan pada Desember 2023.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menuturkan, pihaknya tidak akan terburu-buru dalam mengambil keputusan merger. Sebab, banyak beberapa hal yang perlu diperhatikan, mulai dari keuangan, hukum maupun karyawan.
"Kita set up PMO Team. PMO Team itu akan berakhir 31 Desember. Project Management Office Team yang didesain oleh pemerintahan BUMN dan itu tenggat waktunya 30 Desember,” kata Irfan saat ditemui di Jakarta, Rabu (27/9/2023).
Dengan demikian, ia berharap keputusan akan merger dengan Pelita Air ini bisa rampung sebelum akhir tahun ini.
"(Merger) tidak terimpak ke Garuda, sekarang memang kita sedang mendiskusikan bersama Pertamina, Garuda, Citilink, bersama Pertamina dan Pelita bagaimana inisiatif ini kita bisa eksekusi dengan sebaik-baiknya Tapi terlepas dari apapun kita lagi melihat bagaimana nantinya Citilink dan Pelita ini bisa bersama-sama,” kata dia.
Meski demikian, Irfan mengaku bentuk merger ini belum ditetapkan akan seperti apa. Namun, kedua pihak akan memutuskan pilihan yang terbaik bagi perusahaan.
Adapun, ia menyebut, tujuan merger ini untuk kolaborasi dan menghadapi pasar bersama-sama. Alhasil, Garuda Indonesia dan Pelita pun mengadakan pertemuan secara rutin untuk membahas hal-hal yang diperlukan.
“Kita sering diskusi bersama-sama dengan Pelita dan kelihatannya (kolaborasi) jauh lebih bagus, daripada berkompetisi sesama BUMN ya, mungkin sebaiknya berkolaborasi,” imbuhnya.