Sukses

Pemilu Serentak 2024 Digelar saat Paceklik, Harga Beras Bakal Meroket?

Perum Bulog mengkhawatirkan fluktuasi harga beras jelang memasuki Pemilu Serentak 2024. Untuk itu, impor beras sisa sebesar 500.000 ton diupayakan bisa terkontrak pada akhir 2023.

Liputan6.com, Jakarta Perum Bulog mengkhawatirkan fluktuasi harga beras jelang memasuki Pemilu Serentak 2024. Untuk itu, impor beras sisa sebesar 500.000 ton diupayakan bisa terkontrak pada akhir 2023, sehingga bisa dilanjutkan proses pengiriman pada Januari/Februari 2024.

Manager Humas dan Kelembagaan Perum Bulog Tomi Wijaya mengatakan, Januari-Februari 2024 akan memasuki musim paceklik. Sementara musim panen raya baru akan dimulai pada akhir Maret atau awal April tahun depan.

Namun, ia berharap harga beras bisa terjaga saat Pemilu Serentak 2024 digelar pada 14 Februari tahun depan. Jika program impor beras 1,5 juta ton yang diberikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bisa tuntas di penghujung 2023 ini.

"Kondisi sekarang kan masih harga beras medium sekitar Rp 13.000 per kg. kita harapannya kembali seperti sebelumnya di angka Rp 10-11 ribu per kg," ujar Tomi di Kantor Bulog, Jakarta, Jumat (15/12/2023).

"Dari data analisa harga kami, data Food Station harga beras sekarang sekitar Rp 13.000-13.700 per kg. ini mungkin masih tergolong tinggi, meskipun sebelumnya sempat Rp 15-17 ribu per kg," ungkapnya.

Terkait penugasan impor beras, Perum Bulog telah mengantongi kontrak 1 juta ton dari lima negara. BUMN yang bergerak di bidang logistik pangan ini juga masih menunggu kontrak impor untuk 500.000 ton sisa demi menjaga harga beras dan stabilitas politik saat Pemilu 2024.

Kontrak 1 Juta Ton Impor Beras

Tomi menyampaikan, untuk kontrak 1 juta ton impor beras yang telah didapat, sekitar 500.000 ton sudah masuk ke Indonesia. Sementara separuh sisanya tengah dalam perjalanan.

Diharapkan untuk 500.000 ton impor beras yang belum terkontrak bisa dilaksanakan pada akhir tahun ini. Sehingga proses pengirimannya bisa dilaksanakan pada Januari atau Februari 2025.

"Ada masa yang mungkin masih kritis (akibat El Nino) harus dijaga pemerintah. Ditambah lagi, Februari (2025) ada pemilu, kita tidak tahu kondisi politik seperti apa. Cadangan beras pemerintah harus benar-benar dijaga, dalam rangka selain stabilitas harga juga stabilitas politik," tuturnya.

 

2 dari 4 halaman

Beras Impor

Untuk 1 juta ton beras impor yang sudah terkontrak, Tomi menerangkan, mayoritas atau sekitar 50 persennya berasal dari Thailand. Sementara Vietnam dan Pakistan menyumbang sekitar 20 persen, serta sisanya dari Myanmar dan Kamboja.

Sementara untuk 500.000 ton impor beras sisa, Perum Bulog tengah bernegosiasi dengan sejumlah negara. "Kan sedang dijajaki nih dengan India. Bisa jadi juga dari beberapa negara, karena Thailand dan Vietnam sedang berproduksi," imbuhnya.

Sedangkan untuk stok cadangan beras pemerintah (CBP), saat ini Bulog sudah menguasai sekitar 1,4 juta ton. Ditambah kontrak impor tambahan penugasan akhir 2023 sebesar 1,5 juta ton, Tomi berharap itu bisa memenuhi harapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk cadangan beras tahun depan di angka 3-3,8 juta ton.

"Itu bisa intervensi kenaikan harga beras dampak El Nino. Ditambah lagi kondisi masuk panceklik Desember, tidak ada panen raya di akhir tahun sampai Maret (2024). Fenomena memang ada kenaikan harga. Ditambah lagi El Nino, sebabkan double hit pukul harga," pungkasnya.

 

3 dari 4 halaman

Stok Beras Bulog Capai 1,4 Juta Ton, Harga Dijamin Tak Naik saat Natal dan Tahun Baru

Perum Bulog memastikan memiliki stok beras yang cukup untuk memenuhi kenaikan permintaan saat Natal 2023 dan Tahun Baru 2024. Stok beras yang ada di gudang Bulog saat ini mencapai 1,4 juta ton.

Manager Humas dan Kelembagaan Perum Bulog, Tomi Wijaya, menjelaskan bahwa batas aman stok beras yang dikuasai Bulog dibantu dari tambahan baru penugasan impor dari pemerintah. Sehingga, jumlah stok beras mengalami peningkatan.

Dengan kondisi seperti ini, distribusi beras saat libur Natal dan Tahun Baru, dipastikan lancar. Termasuk dengan harga beras diyakini tetap stabil.

"Di tengah situasi yang sangat sulit mendapatkan beras impor, Bulog sudah berhasil mendapatkan kontrak sebesar 1 juta ton dari kuota tambahan penugasan importasi beras dari pemerintah di akhir tahun 2023 sebanyak 1,5 juta ton", ujar Tomi, di kantor Bulog, Jumat (15/12).Tomi menambahkan, Bulog juga telah meneken kontrak dengan beberapa negara yang produksinya masih banyak yaitu Thailand, Vietnam, Pakistan, Myanmar dan Kamboja.

"Selanjutnya, kita juga akan menjajaki dengan India maupun negara lainnya yang memungkinkan dan memenuhi persyaratan", tambah Tomi.

Kemudian Tomi juga mengemukakan pemerintah melalui Bapanas menugaskan Bulog untuk melaksanakan 2 instrumen utama untuk mengantisipasi gejolak harga beras di tanah air melalui program Bantuan Pangan dan Operasi Pasar atau Stabilisasi Pasokan dan harga Pangan (SPHP).

"Masyarakat tidak perlu khawatir, Pemerintah melalui BULOG sudah menggelontorkan beras operasi pasar atau Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di seluruh Indonesia dengan jumlah total per kemarin (14/12) sebanyak 1,1 juta ton dan kegiatan ini juga terus berlanjut digelontorkan sampai harga stabil", kata Tomi.

 

4 dari 4 halaman

Bansos Beras

Selanjutnya, kata dia, saat ini pemerintah juga sedang menyalurkan Beras Bantuan Pangan tambahan untuk bulan Desember.

Dia menyebutkan, total Beras Bantuan Pangan yang disalurkan selama tahun 2023 sudah sebanyak 1,4 juta ton.

Sesuai arahan Presiden Jokowi saat memberikan langsung Bantuan Pangan di Malan kemarin (14/12) program ini akan diteruskan sampai dengan bulan Maret 2024 dan akan memperhatikan lagi APBN untuk menambah sampai dengan Juni 2024.

"Melalui 2 instrumen ini terbukti efektif meredam gejolak kenaikan harga beras yang terjadi sebagai dampak bencana El Nino yang melanda seluruh dunia," pungkasnya.

Reporter: Yunita Amalia

Sumber: Merdeka.com

Video Terkini