Liputan6.com, Jakarta - Kantor-kantor pengelola keuangan bagi keluarga kaya di Asia dulunya memiliki selera risiko yang jauh lebih besar dibandingkan dengan Kantor-kantor pengelola keuangan bagi keluarga kaya secara global. Namun kini terdapat potensi terjadinya perubahan.
Mengutip CNBC International, Senin (18/12/2023) survei global Citi Private Bank pada kuartal III 2023 menunjukkan telah terjadi peralihan dari uang tunai ke aset berisiko di kantor-kantor keluarga di seluruh dunia, namun dengan satu pengecualian, di Asia.
Sebagai informasi, Kantor-kantor pengelola keuangan bagi keluarga kaya adalah firma penasihat manajemen kekayaan swasta yang melayani individu dengan kekayaan bersih tinggi.
Advertisement
Survei Citi dilakukan terhadap klien-klien kantor-kantor pengelola keuangan bagi keluarga kaya yang secara kolektif memiliki total kekayaan bersih sebesar USD 565 miliar, dan berasal dari seluruh dunia, dengan dua pertiganya berasal dari luar Amerika Utara.
Apa yang membedakan kantor keluarga dengan manajer kekayaan tradisional adalah bahwa mereka hanya menawarkan layanan kepada individu atau keluarga kaya.
Kantor-kantor pengelola keuangan bagi keluarga kaya di Asia mengalokasikan lebih banyak dana ke aset berisiko dibandingkan aset berisiko rendah pada paruh pertama tahun ini, ungkap Hannes Hofmann dari Citi Private Bank.
"Oleh karena itu, lebih sulit bagi mereka untuk menambah risiko pada saat ini," tambahnya.
Hofmann dari Citi menyebut, sekitar 44 persen aset yang dimiliki oleh kantor keluarga di Asia adalah ekuitas swasta dan publik, dibandingkan dengan 30 persen hingga 33 persen dalam bentuk tunai dan pendapatan tetap.
Perbedaan tersebut jauh lebih besar dibandingkan kantor keluarga di AS, Eropa, atau Amerika Latin.
Faktor Tingginya Selera Risiko
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya selera risiko di kantor-kantor keluarga di Asia, termasuk tingkat suku bunga yang rendah secara historis dan pertaruhan terhadap pemulihan China pasca-Covid, yang kini mulai melemah.
Citi juga mencatat bahwa potensi perlambatan di Tiongkok dan gangguan rantai pasokan mempunyai dampak yang kuat terhadap alokasi portofolio kantor keluarga di Asia.
Faktor lainnya adalah pasar saham di Asia telah melemah sepanjang tahun ini, dibandingkan dengan AS atau Eropa.
Indeks Hang Seng Hong Kong telah merosot sekitar 15 persen tahun ini, sementara CSI 300 Tiongkok telah turun lebih dari 13 pereme pada periode yang sama.
Keduanya merupakan indeks saham-saham utama Asia dengan kinerja terburuk sepanjang tahun ini.
Advertisement
Asia jadi Pusat Kantor Keluarga di Dunia
Dalam skala global, 9 persen kantor keluarga di dunia berlokasi di Asia, menurut KPMG Private Enterprise dan konsultan kantor keluarga Agreus.
Di Asia, Singapura menduduki peringkat pertama sebagai pusat kantor keluarga di seluruh dunia, dengan sekitar 59 persen di antaranya berbasis di negara kota tersebut pada tahun 2023, menurut laporan tersebut.
Sekitar 14 persen berbasis di Hong Kong, 13 persen di India dan sisanya berlokasi di Malaysia, Thailand dan Pakistan, menurut Agreus.
Peraturan di Singapura yang proaktif dan tarif pajak yang menarik menjadikannya pilihan utama di kalangan orang kaya.
Negara kepulauan ini juga bertindak sebagai basis strategis untuk mengakses peluang investasi lain di Asia guna mendiversifikasi portofolio investasi.
"Saya kira di Singapura, MAS sebagai regulator sangat proaktif. Ini merupakan hal yang luar biasa," kata Tayyab Mohamed, salah satu pendiri Agreus, mengacu pada Otoritas Moneter Singapura, bank sentral dan regulator keuangan negara tersebut.
"Jadi mereka pergi ke sana dan benar-benar memasarkan Singapura dan mendatangkan kantor keluarga dari seluruh dunia untuk didirikan di sana," katanya.