Sukses

Pengusaha Proyeksikan Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,3% di 2024

Menjelang tahun 2024, APINDO kembali merilis outlook ekonomi dan bisnis sebagai gambaran perekonomian makro serta iklim bisnis-investasi di akhir tahun 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Menjelang 2024, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) merilis realisasi dan juga outlook ekonomi dan bisnis nasional. Secara makro, APINDO melihat kondisi ekonomi Indonesia relatif resilien di tengah ketidakpastian global. Para pengusaha memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2023 akan bisa bertahan di kisaran 5%.

Sementara di 2024, ketua umum APINDO Shinta Widjadja Kamdani memperkirakan pertumbuhan ekonomi berada di dalam rentang 4,8% hingga 5,3%.

“Proyeksi rentang pertumbuhan terendah yang melemah di bawah level 5% disebabkan faktor perlambatan ekonomi global akibat situasi geopolitik, inflasi, dan suku bunga yang masih tinggi,” kata Shinta menyampaikan pada Kamis, (21/12/2023) di daerah Jakarta.

Ia menambahkan, bahwa suku bunga kredit di Indonesia juga berpengaruh pada perlambatan pertumbuhan ekonomi, sejalan dengan meningkatnya biaya operasional pelaku usaha.

Lebih lanjut, Shinta juga menyampaikan bahwa tahun depan, sektor dengan kontribusi PDB terbesar (leading sectors) akan kembali didominasi oleh sektor industri pengolahan, pertanian, perdagangan, pertambangan, dan konstruksi.

“Setiap konstruksi tersebut diproyeksikan akan menguasai lebih dari 10% porsi distribusi dalam PDB tahun 2024,” jelas Shinta.

Adapun, sektor manufaktur juga masih akan terus berada di level ekspansif, sedangkan transportasi dan pergudangan, sektor akomodasi makan-minum akan menjadi sektor dengan laju pertumbuhan terpesat.

Sementara sektor pariwisata diprediksi dapat merealisasikan target untuk berkontribusi sebanyak 4,5% dari PDB nasional seiring dengan peningkatan mobilitas kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara.

2 dari 3 halaman

Inflasi tahun 2024

Terkait dengan inflasi, tahun 2024 inflasi diperkirakan akan terjaga di kisaran 3%, sedangkan nilai tukar rupiah terhadap USD di tahun 2024 berada di kisaran 15.100 - 15.600 per dollar USD.

“Proyeksi penguatan tersebut didasarkan pada perkiraan inflasi yang terkendali dan kebijakan moneter BI tahun 2024 untuk berfokus pada pro-stability. Namun, higher for longer yang bertahan sampai pertengahan tahun 2024 masih memungkinkan tergerusnya nilai tukar hingga di atas Rp 15.500,” kata Shinta.

Realisasi APBN menjadi pendorong (driver) yang signifikan untuk pertumbuhan ekonomi 2024. Namun, investasi dan kinerja ekspor tahun 2024 diprediksikan oleh APINDO kurang baik karena melemahnya realisasi investasi di tahun politik, perkembangan ekspor Indonesia yang turun, perlambatan kinerja perdagangan, dan penurunan harga komoditas unggulan Indonesia di pasar global. 

Shinta mengatakan, melalui alokasi dana yang tepat pada sektor strategis, APBN bisa menjadi instrumen penting untuk memicu investasi, meningkatkan produktivitas, dan menciptakan lapangan kerja.

“Untuk mencapai target proyeksi pertumbuhan, ada sejumlah agenda strategis yang perlu mendapat prioritas sebagai sumber daya di tahun 2024. Termasuk memastikan kesuksesan penyelenggaraan pemilu, konsistensi reformasi struktural, pengendalian inflasi, hilirisasi, pengembangan SDM, perlindungan ketenagakerjaan, penguatan ekosistem UKM, melakukan langkah antisipasi hoax yang merugikan perekonomian dan pekerja, dan evaluasi kebijakan devisa hasil ekspor.” kata Shinta.

 

3 dari 3 halaman

Rekomendasi

Ia turut memberikan lima rekomendasi utama Roadmap APINDO yang Shinta percaya akan membantu perekonomian mencapai target proyeksi tersebut. Rekomendasi tersebut terdiri dari:

  1. Perbaikan kepastian hukum dan kebijakan serta kelembagaan dan koordinasi dalam implementasi kebijakan
  2. Kebijakan terkait peran teknologi dan SDM untuk mendukung lompatan produktivitas yang diperlukan untuk transformasi ekonomi
  3. Kebijakan industri, perdagangan, investasi dan persaingan yang sehat (level plaing field)
  4. Adopsi konsep berkelanjutan karena perubahan makro dan global yang terjadi menuntut perusahaan untuk memenuhi standar ESG (Environment, Social, and Governance) dan memanfaatkan peluang untuk mengembangkan industri hijau
  5. Perbaikan infrastruktur terkait transportasi, konektivitas dan logistik, transisi sektor energi, dan perbaikan infrastruktur terkait transportasi.