Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali memuji kinerja ekonomi Indonesia yang mampu tumbuh positif di tengah tantangan global yang cukup besar. Bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang tertinggi di dunia.
Namun, meskipun selama beberapa semester mampu tumbuh di atas 5%, pemerintah jangan sampai lengah. “Tetapi kita harus terus dalam posisi kehati-hatian. Ekspansif boleh tapi harus super hati-hati,” ujar Jokowi dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian di St. Regis Jakarta, Jumat (22/12/2023).
Baca Juga
Jokowi bercerita saat ia bertemu dengan Managing director IMF, di mana disampaikan bahwa sejauh ini sudah ada 96 negara menjadi pasien badan tersebut. “32 negara kondisi ekonomi fiskalnya sangat rendah,” Jokowi menyebutkan.
Advertisement
Meskipun demikian, memasuki tahun 2024 Jokowi mengajak masyarakat untuk tetap optimistis.
“2024 harus menjadi tahun yang penuh optimisme. Kita (harus) memiliki modal optimisme, baik ekonomi maupun politik,” pungkasnya.
“Kita tahu di sepanjang triwulan 2023 ekonomi Indonesia masih tumbuh di kisaran 5 persen, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan global. Kita juga bersyukur mampu menjaga inflasi di kisaran 2,8 persen. Banyak negara susah mencapai angka itu,” jelas Presiden.
Adapun penyerapan tenaga kerja yang naik menjadi sekitar 4,5 juta orang. PMI manufaktur juga berada di level ekspansif, serta neraca perdagangan yang surplus 43 bulan berturut-turut.
“Artinya ini menunjukkan keyakinan kuat pada kondisi ekonomi kita. Maka dari itu tidak ada alasan untuk tidak optimis memasuki 2024,” kata Jokowi.
“Saya optimis pertumbuhan ekonomi kita masih bisa sekitar 5 persen,” tambahnya.
Namun, Jokowi juga mengingatkan bahwa ketidakpastian global masih berlanjut, konflik di Timur Tengah yang masih berlanjut (memungkinkan) kenaikan harga minyak global
“Komoditas pangan global kita juga harus hati-hati. Karena kemaren saat musim El Nino produksi beras kita menurun.Tapi kemaren (Bulog) lapor ke saya sudah tanda tangan (penyediaan) beras 100 juta ton,” ucapnya.
Pengusaha Proyeksikan Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,3% di 2024
Sebelumnya, menjelang 2024, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) merilis realisasi dan juga outlook ekonomi dan bisnis nasional. Secara makro, APINDO melihat kondisi ekonomi Indonesia relatif resilien di tengah ketidakpastian global. Para pengusaha memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2023 akan bisa bertahan di kisaran 5%.
Sementara di 2024, ketua umum APINDO Shinta Widjadja Kamdani memperkirakan pertumbuhan ekonomi berada di dalam rentang 4,8% hingga 5,3%.
“Proyeksi rentang pertumbuhan terendah yang melemah di bawah level 5% disebabkan faktor perlambatan ekonomi global akibat situasi geopolitik, inflasi, dan suku bunga yang masih tinggi,” kata Shinta menyampaikan pada Kamis, (21/12/2023) di daerah Jakarta.
Ia menambahkan, bahwa suku bunga kredit di Indonesia juga berpengaruh pada perlambatan pertumbuhan ekonomi, sejalan dengan meningkatnya biaya operasional pelaku usaha.
Lebih lanjut, Shinta juga menyampaikan bahwa tahun depan, sektor dengan kontribusi PDB terbesar (leading sectors) akan kembali didominasi oleh sektor industri pengolahan, pertanian, perdagangan, pertambangan, dan konstruksi.
“Setiap konstruksi tersebut diproyeksikan akan menguasai lebih dari 10% porsi distribusi dalam PDB tahun 2024,” jelas Shinta.
Adapun, sektor manufaktur juga masih akan terus berada di level ekspansif, sedangkan transportasi dan pergudangan, sektor akomodasi makan-minum akan menjadi sektor dengan laju pertumbuhan terpesat.
Sementara sektor pariwisata diprediksi dapat merealisasikan target untuk berkontribusi sebanyak 4,5% dari PDB nasional seiring dengan peningkatan mobilitas kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Advertisement
Inflasi tahun 2024
Terkait dengan inflasi, tahun 2024 inflasi diperkirakan akan terjaga di kisaran 3%, sedangkan nilai tukar rupiah terhadap USD di tahun 2024 berada di kisaran 15.100 - 15.600 per dollar USD.
“Proyeksi penguatan tersebut didasarkan pada perkiraan inflasi yang terkendali dan kebijakan moneter BI tahun 2024 untuk berfokus pada pro-stability. Namun, higher for longer yang bertahan sampai pertengahan tahun 2024 masih memungkinkan tergerusnya nilai tukar hingga di atas Rp 15.500,” kata Shinta.
Realisasi APBN menjadi pendorong (driver) yang signifikan untuk pertumbuhan ekonomi 2024. Namun, investasi dan kinerja ekspor tahun 2024 diprediksikan oleh APINDO kurang baik karena melemahnya realisasi investasi di tahun politik, perkembangan ekspor Indonesia yang turun, perlambatan kinerja perdagangan, dan penurunan harga komoditas unggulan Indonesia di pasar global.
Shinta mengatakan, melalui alokasi dana yang tepat pada sektor strategis, APBN bisa menjadi instrumen penting untuk memicu investasi, meningkatkan produktivitas, dan menciptakan lapangan kerja.
“Untuk mencapai target proyeksi pertumbuhan, ada sejumlah agenda strategis yang perlu mendapat prioritas sebagai sumber daya di tahun 2024. Termasuk memastikan kesuksesan penyelenggaraan pemilu, konsistensi reformasi struktural, pengendalian inflasi, hilirisasi, pengembangan SDM, perlindungan ketenagakerjaan, penguatan ekosistem UKM, melakukan langkah antisipasi hoax yang merugikan perekonomian dan pekerja, dan evaluasi kebijakan devisa hasil ekspor.” kata Shinta.