Liputan6.com, Jakarta - Calon Wakil Presiden (Cawapres Nomor Urut 3, Mahfud MD mengungkapkan bahwa ia bertekad mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 7%.
“Kami Ganjar-Mahfud mentargetkan pertumbuhan ekonomi kita (Indonesia) di 7%,” ungkap Mahfud dalam Debat Cawapres 2024, di JCC, Jakarta, dikutip Jumat (22/12/2023).
Baca Juga
Mahfud MD mengatakan, visinya tersebut hendak diwujudkan melalui pemberantasan korupsi.
Advertisement
Mahfud bercerita ketika ia menangani kasus korupsi yang mencapai Rp 677 triliun.
“(Uang negara yang dikorupsi Itu) kalau dibagi ke UMKM (dampaknya) luar biasa. Kemudian yang ditemukan oleh ICW sejak tahun 2014 yang sudah korupsi itu Rp 233,7 triliun,” bebernya.
Maka dari itu, Mahfud yakin, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa menyentuh 7% dengan menekan angka korupsi.
“Kalau (korupsi) kita pangkas melalui penegakkan hukum yang benar (pertumbuhan ekonomi) bisa mencapai 7%,” jelas dia.
Sri Mulyani Pede Ekonomi Indonesia Lanjut Tumbuh 5% hingga 2024
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, mengatakan bahwa ia optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa bertahan di kisaran 5% sampai 2024.
"Insyaallah bisa (ekonomi Indonesia berlanjut tumbuh 5% di 2024)," ujar Sri Mulyani dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia di St. Regis Jakarta, Jumat (22/12/2023).
Menkeu menjelaskan, ada sejumlah faktor yang mendukung ekonomi Indonesia untuk tetap di kisaran 5%.
Pertama, adalah situasi geopolitik global. Pertama, adalah pelemahan ekonomi global yang diprediksi sejumlah lembaga internasional tidak sepenuhnya terjadi.
“Di Amerika nampaknya muncul suatu harapan karena resiliensi perekonomiannya hingga akhir tahun ini terlihat. Paling tidak ekonomi dunia terbesar bisa bertahan dengan kenaikan suku bunga luar biasa," bebernya.
Sri Mulyani lebih lanjut mengatakan, hal ini mendukung optimisme, karena guncangan dari kenaikan suku bunga sudah terlewati.
Faktor kedua adalah upaya pemerintah dalam menjaga permintaan domestik.
Seperti diketahui, konsumsi kelas menengah merupakan salah satu penopang produk domestik bruto (PDB).
Maka dari itu, pemerintah berupaya menjaga angka inflasi yang salah satunya didorong oleh kenaikan harga pangan.
"Dari sisi kelompok menengah yang kita liat masih punya daya beli, mereka mulai dipacu untuk bisa," imbuh Sri Mulyani.
Kemudian faktor ketiga yaitu upaya menjaga pertumbuhan pajak yany saat ini penerimaan baselinenya cukup tinggi, meski sempat terkontraksi 18% saat Pandemi Covid-19.
"Penerimaan pajak kita tahun ini masih tumbuh 7%, so its quite remarkable despite baseline-nya sudah naik sangat tinggi (35% - 45%),” terang Sri Mulyani.
Advertisement