Liputan6.com, Jakarta Program Matching Fund menjadi bentuk nyata dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) untuk penciptaan kolaborasi dan sinergi strategis antara Insan Perguruan Tinggi dengan pihak Mitra.
Dengan alokasi dana sebesar Rp 1 triliun, Matching Fund menjadi salah satu nilai tambah terbentuknya kolaborasi antara dua pihak melalui platform Kedaireka.
Baca Juga
Dalam program tersebut, Leonard Rusli selaku pengajar dari Swiss German University (SGU) bermitra dengan PT. Parama Lentum Artindo atau PT PLA untuk menjawab kebutuhan industri.
Advertisement
Hasil kolaborasi ini berhasil menciptakan mesin injeksi plastik yang spesifik untuk pencetakan barang-barang material plastik berskala mikro, yang hanya membutuhkan material dengan volume sangat kecil.
"Alat ini bahkan bisa mencetak barang plastik berukuran mikro dengan akurasi dan presisi tinggi, yang tidak bisa dicapai oleh mesin injeksi plastik konvensional berukuran normal," ujar Leonard dikutip Minggu (24/12/2023).
Hal ini disebabkan oleh kapasitas injeksi mesin konvensional yang relatif besar, sehingga saat digunakan untuk mencetak barang berukuran mikro, mesin tidak bisa menghasilkan hasil cetak dengan kualitas dan massa jenis yang diharapkan.
"Diharapkan melalui program pendanaan riset ini dapat menyelesaikan keterbatasan produksi barang plastik dengan skala mikro dan menghasilkan mesin injeksi mikro pertama karya Indonesia," ungkap Leonard.
PT PLA sendiri merupakan perusahaan yang dimulai oleh Sesarius Egi Budiman, salah satu alumni SGU jurusan Teknik Mekatronika.
Saat ini PT. PLA berfokus di sektor injeksi plastik, dan di tengah pesatnya perkembangan teknologi manufaktur, kebutuhan akan mesin injeksi plastik yang mampu mencetak barang ber-skala mikro dengan presisi juga kian meningkat.
Namun hal ini terhambat oleh ketersediaan mesin yang masih sangat sedikit di indonesia dan harga yang terlampau tinggi karena harus impor dari luar negeri, tingkat akurasi dari mesin yang tersedia pun terbatas untuk barang skala kecil dan belum memenuhi standar untuk barang skala mikro.
"Melalui hasil riset pembuatan mesin injeksi skala mikro ini, kebutuhan produsen lokal akan mesin injeksi plastik yang mampu mencetak barang plastik berskala mikro dengan hasil presisi akan terpenuhi, dan juga dampaknya akan membuat biaya produksi lebih terjangkau," tandasnya.
Masuk 10 Besar Negara Manufaktur Dunia, Indonesia Jadi Terbesar di ASEAN
Indonesia masuk dalam 10 besar penyumbang produk manufaktur dunia, sekaligus satu-satunya negara ASEAN di daftar yang dikeluarkan oleh safeguardglobal.com.
Berdasarkan publikasi tersebut, Indonesia berkontribusi sebesar 1,4 persen kepada produk industri manufaktur global. Posisi prestisius ini merupakan kenaikan yang berarti, karena pada empat tahun yang lalu, Indonesia masih berada di posisi 16.
“Ini merupakan kenaikan tingkat, karena pada tahun ini kita masuk dalam kategori 10 besar. Indonesia merupakan powerhouse manufaktur terbesar di ASEAN,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dikutip Minggu (24/12/2023).
Menurut Menperin, kenaikan peringkat tersebut juga menandakan bahwa sektor manufaktur memberikan multiplier effect kepada sektor lainnya. Sebagai gambaran, dengan meningkatnya output industri, sektor transportasi juga akan meningkat, demikian juga dengan sektor energi, pertanian, perkebunan, dan kelautan yang merupakan sumber-sumber bahan baku dan faktor-faktor input produksi bagi sektor manufaktur.
Advertisement
Posisi Indonesia
Posisi Indonesia di jajaran manufaktur dunia diperkuat oleh nilai output industri yang terus meningkat pada periode 2020 hingga September 2023. Di 2020, nilai output industri tercatat USD210,4 Miliar, meningkat ke USD228,32 Miliar pada 2021, dan kembali meningkat sebesar USD241,87 Miliar di tahun 2022. Sementara, hingga September 2023, nilai output industri telah mencapai sekitar USD192,54 Miliar.
Meningkatnya daya saing sektor industri di Indonesia juga didukung oleh realisasi investasi, baik dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA).
Investasi di sektor industri manufaktur terus menunjukkan peningkatan, dari Rp213,4 Triliun pada 2020, menjadi Rp307,6 Triliun di 2021, kemudian mencapai Rp457,6 Triliun pada 2022.
“Pada Januari hingga September 2023, investasi di sektor manufaktur telah tercatat hingga Rp413 Triliun,” jelas Menperin.