Sukses

Pekerja Kena PHK di Raksasa Perbankan Global Sentuh 61.905 Selama 2023

20 bank terbesar di dunia telah memangkas setidaknya 61.905 pekerja selama tahun 2023.

Liputan6.com, Jakarta Perbankan besar global telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap lebih dari 60.000 pekerja selama tahun 2023.

Tahun 2023 pun disebut-sebut sebagai salah satu tahun pemangkasan terberat di sektor perbankan global, sejak krisis keuangan tahun 2008 dan pembatalan perekrutan setelah melewati pandemi Covid-19.

Melansir Financial Times, Rabu (27/122023) 20 bank terbesar di dunia telah memangkas setidaknya 61.905 pekerja selama tahun 2023.

Hitungan Financial Times menunjukkan, lebih dari 140.000 lapangan pekerjaan telah dipangkas oleh bank pemberi pinjaman selama krisis keuangan global tahun 2007-2008.

FT menggunakan pengungkapan perusahaan dan pelaporannya sendiri untuk mengumpulkan data dan tidak memasukkan bank-bank kecil atau pengurangan staf dalam jumlah kecil sehingga total kehilangan pekerjaan secara keseluruhan di sektor ini kemungkinan lebih tinggi.

Kantor berita asa Inggris itu menyoroti terjadinya penurunan biaya bank-bank investasi selama dua tahun berturut-turut, karena berkurangnya kesepakatan dan pencatatan saham publik, sehingga Wall Street berusaha melindungi margin keuntungan dengan mengurangi jumlah karyawan.

“Tidak ada stabilitas, tidak ada investasi, tidak ada pertumbuhan di sebagian besar bank, dan kemungkinan akan ada lebih banyak PHK,” kata Lee Thacker, pemilik perusahaan pengayauan jasa keuangan Silvermine Partners.

Selain biaya yang berkurang, terjadi juga pengambilalihan Credit Suisse oleh UBS. Pembelian ini mengakibatkan berkurangnya setidaknya 13.000 pekerja di bank gabungan tersebut, dengan putaran redundansi besar-besaran diperkirakan terjadi pada 2024 mendatang.

Credit Suisse sendiri telah merencanakan untuk melakukan PHK terhadap 9.000 pekerjanya, namun UBS diperkirakan akan memangkas lebih banyak dan lebih cepat karena perusahaan tersebut menghilangkan posisi duplikat dan menutup sebagian besar bank investasi milik pesaingnya.

 

 

2 dari 4 halaman

UBS Pangkas 13.000 Pekerja

Pada November 2023, UBS mengungkapkan bahwa mereka telah memangkas 13.000 pekerja dari grup gabungan tersebut, sehingga total karyawannya berjumlah 116.000 orang.

Namun, kepala eksekutif Sergio Ermotti telah mengisyaratkan bahwa tahun 2024 akan menjadi tahun penting bagi pengambilalihan tersebut dan para analis memperkirakan akan ada ribuan lapangan kerja lagi dalam beberapa bulan mendatang.

Pemotong terbesar kedua pada tahun 2023 terjadi di Wells Fargo, yang bulan ini mengungkapkan bahwa mereka telah mengurangi jumlah karyawan globalnya sebesar 12,000 menjadi 230,000.

Bank tersebut mengatakan telah menghabiskan dana hingga USD 186 juta untuk biaya pesangon pada kuartal ketiga saja, dengan 7.000 pekerjaan dipangkas.

3 dari 4 halaman

Ribuan PHK di Bank Besar

FT mencatat, sejauh ini Citigroup telah memangkas 5.000 pekerja, Morgan Stanley mengurangi 4.800, Bank of America 4.000, Goldman Sachs 3.200 dan JPMorgan Chase 1.000.

Secara kolektif, bank-bank besar di Wall Street memangkas setidaknya 30.000 staf selama tahun 2023.

"Pendapatannya tidak ada, jadi ini sebagian merupakan respons terhadap ekspansi yang berlebihan. Namun ada juga penjelasan yang lebih sederhana: pemotongan biaya politik," sebut Thacker.

"Jika Anda menjalankan sebuah divisi dan atasan Anda meminta tabungan, Anda akan di-PHK," ucapnya.

Pada Januari 2022, CEO Deutsche Bank Christian Sewing sempat mengungkap dia sangat prihatin bahwa persaingan untuk merekrut staf telah meningkatkan biaya remunerasi di Wall Street, di mana gaji meningkat hampir 15 persen selama 12 bulan sebelumnya.

Namun kurang dari dua tahun kemudian, kurangnya kesepakatan telah memaksa pemberi pinjaman untuk merampingkan bank investasi mereka.

4 dari 4 halaman

Ada Keraguan pada Investasi

Data dari Coalition Greenwich, kelompok pembanding jasa keuangan, menunjukkan bank-bank investasi terbesar mengurangi staf mereka sebesar 4 persen pada paruh pertama tahun ini saja, dan pengurangan lebih banyak terjadi pada paruh kedua tahun ini.

Namun penurunan tersebut tidak sebesar penurunan pendapatan yang lebih signifikan, yang menurut Gaurav Arora, kepala analisis pesaing global di Coalition, disebabkan oleh bank-bank yang optimis akan kembalinya kesepakatan di tahun baru.

"Beberapa bank ragu-ragu saat ini karena banyaknya bank yang tidak melakukan investasi, terutama di Amerika" katanya.