Sukses

Menperin Bidik Pertumbuhan Industri Tembus 5,8% di 2024

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita membidik pertumbuhan industri pengolahan nonmigas tembus 5,8% di 2024. Angka ini naik jika dibandingkan proyeksi pertumbuhan industri di 2023 yang sebesar 4,81%.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita membidik pertumbuhan industri pengolahan nonmigas tembus 5,8% di 2024. Angka ini naik jika dibandingkan proyeksi pertumbuhan industri di 2023 yang sebesar 4,81%.

"Seiring dengan harapan membaiknya kondisi global dan perekonomian nasional, kami memperkirakan pertumbuhan industri pengolahan nonmigas tahun 2023 sebesar 4,81 persen dan target tahun 2024 sebesar 5,80 persen,” ungkap Menperin di Bali, dikutip Jumat (29/12/2023).

Menperin menyampaikan, pihaknya mengidentifikasi berbagai kendala dan tantangan akibat dampak geoekonomi dan geopolitik yang kemungkinan besar akan tetap berlangsung pada tahun 2024.

Pertama, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat akibat melemahnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan negara-negara Eropa, sehingga permintaan global akan turut melemah dan permintaan terhadap produk ikut menurun. 

Kedua, akan terjadinya depresiasi nilai tukar akibat kebijakan moneter di negara maju untuk menekan inflasi dengan menaikkan tingkat suku bunga. Ketiga, apabila konflik Ukraina-Rusia dan Palestina-Israel berkepanjangan, akan dapat menggangu stabilitas kawasan sehingga memicu kenaikan harga komoditas, pangan, dan energi. 

Selanjutnya, keempat, pelaksanaan pemilu di satu sisi memberikan dampak positif bagi industri nasional, namun di sisi lain terdapat kemungkinan investor mengambil posisi wait and see sambil menunggu dilantiknya Presiden dan Wakil Presiden yang definitif. 

“Namun demikian, kami tetap optimistis menghadapi tahun 2024," tuturnya. 

Sejalan sasaran tersebut, kontribusi industri pengolahan nonmigas pada tahun 2023 diproyeksi sebesar 16,91 persen, dan target pada tahun 2024 mencapai 17,90 persen.

“Sedangkan nilai ekspor industri pengolahan nonmigas diperkirakan pada tahun 2023 berada di angka USD186,40 miliar, dan pada tahun 2024 ditargetkan mencapai USD193,4 miliar,” sebutnya.

Sementara itu, nilai investasi industri pengolahan nonmigas diperkirakan mencapai Rp571,47 triliun pada tahun 2023, dan target di 2024 akan mencapai Rp630,57 triliun. “Sedangkan penyerapan tenaga kerja industri pengolahan nonmigas akan mencapai 20,33 juta orang pada tahun 2024,” tutupnya.

 

2 dari 4 halaman

Menperin Siapkan Terobosan Besar di Awal Januari 2024, Apa Itu?

Kementerian Perindustrian makin getol membentuk ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Salah satunya melalui standardisasi baterai untuk motor listrik.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang mengatakan standardisasi baterai motor listrik ini akan menjadi terbosan besar bagi industri kendaraan listrik Tanah Air.

"Mudah-mudahan di awal tahun depan (2024), Januari, akan ada sebuah terobosan besar, standarisasi baterai untuk motor. Mudah-mudahan," kata dia di Bali, dikutip Jumat (29/12/2023).

Menurut dia, standardisasi baterai motor listrik akan mengacu pada kebutuhan para penggunanya. Standardisasi baterai motor listrik ini penting dilakukan agar terjadi keseragaman di seluruh Indonesi.

Tujuannya agar pengguna motor listrik bisa mengisi daya listri motornya di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang telah tersedia.

"Sehingga pengendara motor listrik dari Aceh, dia bisa dengan nyaman berkendara listriknya sampai ke Papua, karena apa? Karena dia yakin bahwa substation yang ada di dalam perjalanannya itu menyediakan standar yang sama, tidak hanya untuk satu merk tertentu," kata Agus.

Hingga September 2023, penjualan domestik kendaraan bermotor roda dua mencapai 4,7 juta unit dan jumlah ekspor sebesar 428 ribu unit.

Angka ini meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu, sebesar 3,6 juta unit dan ekspor 586 ribu unit. Adapun total 2022, penjualan domestik sebesar 5,2 juta unit, dan total ekspor 743 ribu unit

Sementara itu, untuk target hingga akhir 2023, penjualan motor listrik domestik akan mencapai 6,1 juta dan target ekspor sebesar 743 ribu unit atau sama dengan tahun lalu.

 

3 dari 4 halaman

Top! Indonesia Jadi Negara yang Bisa Jaga PMI Manufaktur di Atas 50, AS-China Lewat

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan Indonesia menjadi salah satu dari dua negara yang mampu mempertahankan Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur secara konsisten di atas 50 poin. Hal ini bahkan bisa melewati capaian dari negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat dan China.

Dia mengatakan, kalau Indonesia hingga saat ini mampu mempertahankan tingkat PMI Manufaktur impresif dengan nilai diatas 50 selama 28 bulan.

"Bahwa Indonesia 25 bulan berturut-turut telah berhasil mempertahankan PMI diatas 50 poin dan Insyaa Allah pada Desember ini juga akan di atas 50 poin, artinya 26 bulan berturut-turut, insyaa Allah ya, oh bahkan 28 tuh," ucap Agus dalam Jumpa Pers Akhir Tahun 2023, Kamis (28/12/2023).

Dia mengatakan, catatan positif ini membuat Indonesia menjadi setara dengan India yang juga mampu mempertahankan capai serupa selama puluhan bulan. Alhasil, Indonesia dan India jadi dua negara yang mampu konsisten mempertahankan indeks PMI Manufaktur di dunia.

"Indonesia dan India adalah satu-satunya negara di dunia yang mampu mempertahankan angka PMI diatas 50 poin selama 27 bulan berturut-turut," tegasnya.

Kalahkan China hingga AS

Kinerja ini, kata Agus, bahkan tidak bisa dicapai oleh negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat, China, Korea Selatan, Jepang, dan Uni Eropa. Hal ini pula tidak bisa dicapai oleh negara-negara yang jadi kompetitor utama Indonesia, yakni Vietnam dan Thailand.

"Amerika tidak bisa, apalagi Amerika, china apalagi, Korea Selatan, Jepang tidak bisa, EU apalagi, vietnam yang kita anggap sebagai main competitor kita juga tidak bisa, Thailand yang kita anggap main competitor kita juga tidak bisa," tutur Menperin.

 

4 dari 4 halaman

Kejar India

Lebih lanjut, Agus mengungkapkan nilai PMI Manufaktur Indonesia saat ini masih di bawah capaian India. Namun, dia tak menutup kemungkinan kedepannya Indonesia bisa menyalip atau menyamai capaian India saat ini.

"Jadi alhamdulillah, ya alhamdulillah, kinerja manufaktur berdasarkan dari nilai PMI itu bisa tetap kita pertahankan diatas 50, bersama dengan India," kata Agus.

"Walaupun India slightly angkanya lebih tinggi dari nilai PMI-nya, tapi tidak apa-apa, kita juga akan mencapai kesana insyaa Allah, dengan kerja keras kita bersama," sambungnya.