Liputan6.com, Jakarta Jelang pergantian tahun, harga beras di pasaran masih terpantau naik. Itu berlaku baik untuk beras medium yang masih di atas Rp 13.000 per kg, lebih tinggi dari harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan Rp 10.900-11.800 per kg. Begitu juga harga beras premium dijual Rp 15.000 lebih, melampaui HET Rp 14.800 per kg.
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengaku belum bisa menurunkannya karena ada tiga faktor besar yang membuat harga beras mahal.
Baca Juga
"Satu produksi kita sedang turun, sedang rendah. Kedua, input-input sedang naik, terutama yang berhubungan dengan pupuk. Ketiga, beberapa negara (pengekspor) merubah kebijakannya. Sehingga pasar dunianya naik," paparnya di kawasan pergudangan Perum Bulog di Kelapa Gading, Jakarta, Sabtu (30/12/2023).
Oleh karenanya, Bayu berharap produksi beras dalam negeri pada 2024 mendatang bisa bagus. Sehingga gejolak harga beras perlahan bisa teredam.
Advertisement
Stabilisasi Harga Pangan
Selain itu, Perum Bulog juga bantu menstabilkan harga melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) semisal bansos beras. Pada 2024, itu akan disalurkan kepada 22,4 juta keluarga penerima manfaat (KPM) dalam dua tahap selama 6 bulan.
"Tapi paling tidak yang dilakukan oleh Bulog sekarang menjaga supaya tidak ada gejolak, kedua 22,4 juta keluarga penerima manfaat terpenuhi. Jadi masyarakat kita yang paling membutuhkan itu terpenuhi kebutuhan berasnya. Itu sangat membantu menjaga stabilitas," ungkapnya.
Menimpali pernyataan tersebut, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo percaya Bulog ke depan akan lebih bisa menstabilkan harga beras.
"Paling penting 22,4 juta kelompok masyarakat yang rentan bagian dari kita mengurangi tekanan di masyarakat kelas bawah. Sehingga mereka tidak perlu buru-buru membeli beras di stok yang malah menaikan harga," tuturnya.
Wamen BUMN Klaim Beras Bulog Bebas Kutu dan Setara Beras Premium
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengaku puas dengan produksi beras Bulog. Baik beras yang ditujukan untuk bantuan sosial (bansos) maupun beras yang dijual secara komersial.
Pria yang akrab disapa Tiko menyebut, saat ini, beras yang diproduksi oleh Perum Bulog berbeda jauh dengan produksi masa lampau. Sebelumnya, masyarakat mengeluhkan beras bansos yang diproduksi Bulog berkualitas buruk hingga berkutu.
"Sekarang ini teman-teman juga mesti tau, bahwa beras operasi pasar maupun bantuan pangan itu kualitas nya jauh lebih bagus. Dulu kan masih banyak komplain seolah-olah beras Bulog pecah, ada kutu, itu nggak ada lagi, sudah kita periksa," ujar Tiko kepada awak media di Gudang Beras Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Sabtu (30/12/2023).
Setara Beras Premium
Bahkan, beras produksi Bulog yang didistribusikan untuk stabilisasi pasokan dan harga langan (SPHP) memiliki kualitas yang setara beras premium. Menurut Tiko, kemampuan Bulog dalam memproduksi Bulog perlu diapresiasi.
"Itu beras SPHP kualitasnya tidak beda dengan beras premium. Itu yang perlu kita sosialisasikan," tegas Wamen BUMN.
Â
Advertisement
Pakai Teknologi
Tiko menjelaskan, kemampuan perum Bulog dalam memproduksi beras berkualitas baik yang bebas kutu berkat teknologi mesin Rice to Rice.
Penggunaan mesin canggih ini untuk memastikan tidak saja ketersediaannya, namun kualitas dan mutu berasnya menjadi semakin baik serta telah memliki sertifikasi halal.Â
“Dilengkapinya gudang-gudang pangan Perum BULOG dengan mesin Rice to Rice ini maka kemampuan pengelolaan kualitas pangan pemerintah juga semakin baik dan upaya menjamin ketersediaan pangan dalam jangka waktu yang panjang juga sudah bisa kita penuhi," pungkas Tiko.