Sukses

Tabrakan, Pesawat Japan Airlines Terbakar di Bandara Haneda

Seluruh landasan pacu Bandara Haneda telah ditutup sejak sekitar jam 6 sore waktu setempat seiring terbakarnya pesawat Japan Airlines.

Liputan6.com, Jakarta - Pesawat Japan Airlines terbakar saat mendarat di landasan pacu di Bandara Haneda, Tokyo, Jepang pada Selasa, (2/1/2023).

Dikutip dari BBC, rekaman di stasiun televisi NHK menunjukkan api keluar dari jendela pesawat dan di bawahnya, demikian juga landasan pacu.

NHK melaporkan, pesawat dari Sapporo bertabrakan dengan pesawat penjaga pantai. Laporan media mengutip pernyataan maskapai menyebutkan, seluruh penumpang dan awak pesawat yang berjumlah 379 orang telah dievakuasi. “Kami saat ini menilai tingkat kerusakannya,” ujar maskapai, menurut laporan NHK.

Pesawat Japan Airlines dengan nomor penerbangan 516 berangkat dari bandara New Chitose pada pukul 16.00 waktu setempat (07.00 GMT) dan dijadwalkan mendarat di Bandara Haneda pada pukul 17.40.

Tayangan TV menunjukkan beberapa truk pemadam kebakaran berada di lokasi kejadian saat asap dan api mengepul dari pesawat.

Mengutip dari Japan Times, seluruh landasan pacu Bandara Haneda telah ditutup sejak sekitar jam 6 sore. Beberapa penerbangan dialihkan ke Bandara Narita di Prefektur Chiba.

2 dari 4 halaman

Khawatir Kelebihan Beban Bawa 27 Pesumo Berbobot 100 Kg Lebih, Japan Airlines Terpaksa Tambah Pesawat

Sebelumnya diberitakan, kalau biasanya masalah kelebihan beban pada pesawat berasal dari bobot di bagasi, kali ini tak demikian. Problematika tersebut datang dari sekelompok penumpang yang merupakan pegulat sumo.

Gara-gara rombongan pesumo tersebut, maskapai penerbangan Japan Airlines (JAL) terpaksa harus melakukan perubahan pada menit terakhir sebelum pesawat lepas landas. Upaya itu dilakukan untuk mengatasi kekhawatiran terkait kelebihan beban.

Dilansir CNN, Kamis (19/10/2023), maskapai nasional Jepang tersebut menyadari bahwa dua pesawatnya berisiko melebihi batas berat ketika membawa para pesumo untuk menghadiri festival olahraga ke Amami Oshima, sebuah pulau di wilayah selatan Negeri Sakura. 

Adapun kelompok pegulat sumo itu terdiri dari 27 atlet yang terbagi dalam dua kelompok di dua pesawat berbeda. Mereka dijadwalkan lepas landas pada 12 Oktober 2023. Satu kelompok terbang dari Bandara Haneda, Tokyo, sementara sisanya berangkat dari Bandara Itami, Osaka, yang lebih kecil.

"Para pegulat sumo masing-masing memiliki berat rata-rata 120 kilogram, jauh lebih berat dari rata-rata penumpang yang berbobot 70 kilogram," kata juru bicara maskapai penerbangan kepada CNN, sehingga meningkatkan kekhawatiran mengenai kapasitas bahan bakar pada pesawat kecil.

 

3 dari 4 halaman

Penerbangan Tambahan

Lantaran bandara di Amami --yang dekat lokasi festival olahraga sumo-- hanya mampu menerima pesawat kecil, maskapai JAL memutuskan memindahkan 14 atlet sumo untuk berangkat menggunakan pesawat tambahan dari Bandara Haneda.

Laman The Guardian mengutip Yomiuri Shimbun melaporkan, landasan pacu bandara Amami akan kesulitan untuk menampung pesawat yang lebih besar, sehingga memaksa JAL untuk menyediakan layanan tambahan untuk 27 pegulat, termasuk 14 orang yang harus terbang dari Itami ke Haneda untuk menaiki penerbangan khusus tersebut.

"Sangat tidak biasa bagi kami untuk mengoperasikan penerbangan khusus karena pembatasan berat pada pesawat ini,” kata juru bicara JAL kepada surat kabar Minami-Nippon Shimbun.

Penerbangan tambahan juga dilakukan untuk membawa pulang para pegulat setelah turnamen berakhir pada Minggu 15 Oktober.

 

4 dari 4 halaman

Para Atlet Sumo Sempat Bergurau

Para atlet sumo yang ikut dalam penerbangan tersebut mengaku sempat bergurau soal berat badan mereka sendiri. 

Tiga pegulat sumo, masing-masing memiliki berat 140, 130 dan 110 kilogram (308, 268 dan 242 pon), mengatakan kepada TV afiliasi CNN Asahi bahwa mereka semua duduk bersebelahan dalam penerbangan kembali ke Haneda dari Fukuoka pada 15 Oktober.

"Saya pikir kursi tengah adalah yang paling sulit," kata salah satu dari mereka. 

"Saya sempat bercanda tentang kemungkinan masalah berat badan, tapi ternyata hal itu berubah menjadi masalah. Kami mendapat dukungan yang besar, meski kami sedikit lelah," kata yang lain. 

Tidak ada batasan berat badan atau kelas dalam gulat sumo, tetapi olahraga Jepang kuno ini didominasi oleh atlet berbadan besar.

Calon pegulat muda, beberapa di antaranya memulai olahraga ini pada usia lima tahun, berlatih di beya, tempat mereka tidur, makan, dan berlatih bersama hampir setiap hari.