Sukses

Tarif Kargo Kontainer dari Asia ke Israel Naik Gara-gara Serangan di Laut Merah

Tarif Freight All Kinds CMA CGM untuk kontainer sepanjang 40 kaki antara Asia dan Mediterania Barat naik menjadi USD 6.000+

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan pelayaran asal Prancis, CMA CGM mengungkapkan akan menaikkan tarif pengiriman peti kemas dari Asia ke wilayah Mediterania hingga 100 persen pada 15 Januari 2024 dibandingkan dengan 1 Januari.

Pengumuman itu disampaikan CMA CGM dalam pemberitahuan yang diposting di situs webnya pada hari Selasa (2/1), menyusul serangan lanjutan dari militan Houthi pada sebuah kapal logistik di Laut Merah.

Mengutip Channel News Asia, Kamis (4/1/2023) 15 Januari mengacu pada tanggal pemuatan di pelabuhan asal, dan hingga pemberitahuan lebih lanjut, tarif Freight All Kinds (FAK) CMA CGM untuk kontainer sepanjang 40 kaki antara Asia dan Mediterania Barat akan menjadi USD 6.000, naik dari USD 3.000 pada 1 Januari.

Harga pengiriman ke Mediterania Timur, Laut Adriatik, Laut Hitam, dan Suriah juga meningkat tajam.

Juru bicara CMA CGM enggan memberikan rincian lebih lanjut mengenai kenaikan suku bunga bank sentral dunia.

Namun, juru bicara itu mengatakan perusahaan tidak melakukan apa pun sejak pekan lalu, ketika mereka merencanakan peningkatan bertahap dalam jumlah kapal yang transit melalui Terusan Suez, sambil bersiap untuk menilai kembali dan menyesuaikan rencana mereka sesuai kebutuhan.

Saham Perusahaan Naik

Saham perusahaan pelayaran telah meningkat sejak serangan yang dilakukan oleh militan Houthi terhadap beberapa kapal di Laut Merah dengan ekspektasi bahwa rute yang lebih panjang akan mengakibatkan tarif angkutan yang lebih tinggi.

Maersk Denmark mengatakan pihaknya akan memutuskan pada apakah akan melanjutkan pengiriman kapal melalui Terusan Suez melalui Laut Merah atau mengikuti saingannya Hapag-Lloyd yang terus mengubah rute mereka setelah serangan dinakhir pekan terhadap salah satu kapalnya.

2 dari 3 halaman

Houthi Menyerang, Raksasa Logistik Global Mogok Tak Mau Lewat Laut Merah

Raksasa logistik global kembali menghentikan operasionalnya di Laut Merah, setelah serangan kelompok militan Houthi melanda salah satu kapal milik Maersk.

Mengutip VOA News, Rabu (3/1/2024) perusahaan logistik asal Denmark, Maersk dan Hapag-Lloyd asal Jerman mengatakan bahwa kapal kontainer mereka akan terus menghindari rute Laut Merah, yang memberikan akses ke Terusan Suez.

Kedua raksasa pelayaran tersebut telah mengubah rute pelayaran melalui Tanjung Harapan di bagian selatan Afrika ketika militan Houthi menyerang kapal kargo di Laut Merah.

Gangguan ini mengancam kenaikan biaya pengiriman barang, sehingga meningkatkan kekhawatiran bahwa hal ini dapat kembali memicu inflasi global.

Maersk pada Minggu (31/12) menghentikan semua pelayaran di Laut Merah selama 48 jam menyusul upaya militan Houthi untuk menaiki kapal Maersk Hangzhou. Helikopter militer AS berhasil menghalau serangan tersebut.

"Penyelidikan atas insiden ini sedang berlangsung, dan kami akan terus menghentikan semua pergerakan kargo melalui area tersebut sementara kami menilai lebih lanjut situasi yang terus berkembang," jelas Maersk dalam keterangannya.

"Jika hal ini paling masuk akal bagi pelanggan kami, kapal akan dialihkan rutenya dan melanjutkan perjalanan mereka di sekitar Tanjung Harapan," terangnya.

Diketahui, Maersk memiliki lebih dari 30 kapal kontainer yang akan berlayar melalui Suez dari Laut Merah, sementara 17 pelayaran lainnya ditunda.

Adapun Hapag-Lloyd yang mengatakan kapal-kapalnya akan terus menghindari dari Laut Merah, dan berlayar melalui ujung selatan Afrika.

3 dari 3 halaman

Upaya Pengamanan oleh AS

Sebagai informasi, Laut Merah merupakan pintu masuk bagi kapal-kapal yang menggunakan Terusan Suez, yang menangani sekitar 12 persen perdagangan global dan penting bagi pergerakan barang antara Asia dan Eropa.

Sebelumnya, pada 19 Desember lalu AS meluncurkan Operation Prosperity Guardian dan mengatakan lebih dari 20 negara telah setuju untuk berpartisipasi dalam upaya melindungi kapal-kapal mereka di perairan tersebut.

Sebagai tanggapan, Maersk mengatakan pada 24 Desember bahwa pihaknya akan melanjutkan pelayaran melalui Laut Merah.

Namun, serangan terus berlanjut dan sekutu AS enggan berkomitmen pada koalisi, dan hampir setengahnya tidak menyatakan kehadiran secara terbuka.

Kemudian pada hari Minggu, kapal yang sama diserang oleh militan Houthi dengan empat perahu kecil.

Upaya penyerang untuk menaiki kapal tersebut berhasil dicegah setelah tim keamanan dan helikopter dari USS Eisenhower dan USS Gravely, yang menanggapi panggilan darurat, membalas tembakan, menurut pernyataan Maersk dan CENTCOM.

Helikopter tersebut menenggelamkan tiga kapal militan, namun tidak ada yang selamat, sementara kapal keempat melarikan diri dari daerah tersebut, kata CENTCOM dalam pernyataannya. 

Video Terkini