Sukses

Rupiah Ditutup Loyo ke 15.470, USD Perkasa Lagi 4 Januari 2024

Rupiah kembali ditutup melemah tipis 9 point dalam penutupan pasar Kamis, 4 Januari 2024.

Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat atau USD melanjutkan penguatan pada Kamis, 4 Januari 2024.

Penguatan USD menyusul dirilisnya risalah terbaru pertemuan kebijakan Federal Reserve, yang menunjukkan para pejabat yakin bahwa inflasi AS telah terkendali.

Namun, para pejabat The Fed masih khawatir terhadap risiko kebijakan moneter bank sentral yang terlalu membatasi terhadap perekonomian.

"Tidak ada petunjuk pasti mengenai kapan The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya, dan para pengambil kebijakan masih melihat perlunya pembatasan suku bunga untuk beberapa waktu ke depan," kata Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam paparan tertulis dikutip Kamis (4/1/2024).

Kemudian data terpisah yang dirilis pada Rabu (3/1) menunjukkan manufaktur AS mengalami kontraksi lebih lanjut pada Desember 2024 meskipun laju penurunannya melambat, sementara lowongan pekerjaan AS turun untuk bulan ketiga berturut-turut pada November 2023.

"Data terbaru yang menunjukkan melemahnya perekonomian AS terus mendukung spekulasi penurunan suku bunga The Fed tahun ini seiring dengan terkendalinya inflasi," Ibrahim membeberkan.

"Namun, meningkatnya ekspektasi terhadap skenario soft-landing di negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini telah membuat para pedagang terpecah mengenai kecepatan dan skala pelonggaran dari bank sentral AS," sambungnya.

Menurut penilaian pasar saat ini, ada sekitar 72 persen kemungkinan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada Maret 2024, dibandingkan dengan peluang 90 persen pada minggu lalu, menurut alat CME FedWatch.

Laporan nonfarm payrolls AS yang diawasi ketat akan dirilis pada hari Jumat, yang kemungkinan akan memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai seberapa besar ruang yang dimiliki The Fed untuk menurunkan suku bunganya.

Rupiah Lanjut Melemah pada Kamis, 4 Januari 2024

Rupiah kembali ditutup melemah tipis 9 poin dalam penutupan pasar tahun baru, walaupun sebelumnya sempat melemah 70 poin dilevel 15.490 dari penutupan sebelumnya di level 15.481.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang 15.470-15.550," demikian perkiraan Ibrahim.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Utang Pemerintah Diramal Tembus Rp. 8.600 Triliun di 2024

Sejumlah prediksi menunjukkan, utang pemerintah tahun 2024 akan menembus 8.600 triliun.

Ibrahim menjelaskan, hal tersebut bisa terlihat dari besaran utang jatuh tempo dan beban bunga utang yang sebagian akan dibayar dengan penerbitan utang baru.

Selain itu utang pemerintah tercatat Rp.8.041 triliun per November 2023.

"Walaupun demikian, pemerintah tampak nyaman dengan porsi 90 persen utang berbentuk surat berharga negara (SBN) dengan bunga relatif tinggi di pasar. Padahal, beban bunga utang yang meningkat akan menyebabkan penyempitan ruang fiskal," kata Ibrahim.

Dia mencatat, tidak semua utang digunakan untuk belanja produktif.

Pembayaran bunga dan pokok utang jatuh tempo lewat penerbitan utang baru membuktikan bahwa utang digunakan juga untuk hal yang sifatnya non produktif.

3 dari 3 halaman

Utang Pemerintah Sudah Tembus Rp. Rp 8.041 Triliun pada November 2023

Ibrahim pun menyoroti pemberitaan Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, yany buka suara soal utang pemerintah yang tembus Rp 8.041 triliun per November 2023.

"Berbagai indikator portofolio utang justru menunjukkan kinerja utang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya," ujar Ibrahim.

Dia mencontohkan, rasio utang terhadap produk domestik bruto alias debt to GDP ratio mengalami perbaikan signifikan. Adapun rasio utang terhadap PDB per akhir November tercatat 38,11 persen. Angka tersebut turun dari posisi Desember 2022 yang sebesar 39,7 persen.

Sedangkan dari sisi indikator risiko mata uang alias currency risk, proporsi utang Indonesia dalam valuta asing (valas) juga terus menurun.

Suminto mencatat, pada 2019 sebelum pandemi, outstanding utang pemerintah RI dalam mata uang valas berada di 37,9 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini