Sukses

Raksasa Migas Aramco Berencana Akuisisi Perusahaan Petrokimia China

Rongsheng, kilang milik swasta yang berbasis di Hangzhou, juga sedang mendiskusikan kemungkinan mengambil 50 persen saham Saudi Aramco Jubail Refinery Company.

Liputan6.com, Jakarta - Raksasa energi Arab Saudi, Aramco, berencana meningkatkan investasi pada mitranya di Tiongkok, seiring dengan perluasan kehadirannya di negara tersebut.

Melansir CNN Business, Jumat (5/1/2024) perusahaan minyak dan gas terbesar di dunia itu sedang dalam pembicaraan untuk mengakuisisi maksimum 50 persen saham di anak perusahaan Rongsheng Petrochemical, Ningbo Chongjin Petrochemical, kata perusahaan Tiongkok itu dalam pengajuannya ke Bursa Efek Shenzhen.

Rongsheng, kilang milik swasta yang berbasis di Hangzhou, mengatakan pihaknya juga sedang mendiskusikan kemungkinan mengambil 50 persen saham di Saudi Aramco Jubail Refinery Company, unit penyulingan perusahaan Arab Saudi, menurut nota kesepahaman yang ditandatangani kedua belah pihak pada hari yang sama.

Kedua perusahaan tersebut juga dapat bersama-sama meningkatkan dan memperluas peralatan anak perusahaannya di Tiongkok dan membangun proyek besar Bahan Baru Rongsheng (Zhoushan).

Proyek ini akan membuat petrokimia berkinerja tinggi, seperti plastik rekayasa, poliester khusus, dan resin kelas atas yang dapat digunakan pada perangkat elektronik dan semikonduktor.

Arab Saudi telah secara signifikan memperkuat hubungan energinya dengan Tiongkok sejak tahun lalu.

Pada Maret 2023, Aramco sepakat untuk membeli 10 persen saham Rongsheng seharga 24,6 miliar yuan atau USD 3,5 miliar.

Sebagai bagian dari kesepakatan itu, mereka akan memasok 480.000 barel minyak mentah per hari ke perusahaan Tiongkok.

Tiongkok juga berupaya meningkatkan kehadirannya di Arab Saudi.

Sinopec, raksasa pengilangan milik negara, memiliki usaha patungan dengan Aramco yang mengoperasikan proyek kilang di Kota Industri Yanbu di Arab Saudi.

Perusahaan Pengilangan Yanbu Aramco Sinopec, yang telah beroperasi sejak 2016, menggunakan 400.000 barel per hari minyak mentah untuk memproduksi bahan bakar transportasi premium, menurut perusahaan tersebut.

2 dari 3 halaman

Laba Raksasa Minyak Arab Saudi Anjlok 23% Imbas Harga Minyak Dunia Melemah

Raksasa minyak Arab Saudi, Aramco mencatat penurunan laba bersih hingga 23 persen pada kuartal ketiga 2023. Penurunan tersebut menyebabkan perusahaan mencatat total laba hanya USD 32,6 miliar.

Melansir CNBC International, Rabu (8/11/2023) Aramco mengungkapkan bahwa penurunan laba ini disebabkan oleh dampak dari rendahnya harga minyak mentah dan volume penjualan.

Hasil laba bersih kuartal ketiga Aramco menunjukkan penurunan tajam dari USD 42,4 miliar pada periode yang sama tahun lalu, namun masih melampaui perkiraan analis yang mendekati USD 31,8 miliar.

Arus kas bebas perusahaan juga dipangkas menjadi USD 20,3 miliar, kurang dari setengah arus kas bebas pada kuartal ketiga tahun 2022 sebesar USD 45 miliar.

Selain itu, Aramco juga masih mempertahankan pembayaran dividen sebesar USD 29,4 miliar kepada investor dan pemerintah Arab Saudi.

Dari jumlah tersebut, USD 19,5 miliar merupakan pembayaran dividen dasar, yang akan dibayarkan pada kuartal keempat, dan USD 9,9 miliar lainnya merupakan dividen terkait kinerja.

(Distribusi USD 9,9 miliar) akan dibayarkan pada Kuartal 4 berdasarkan hasil gabungan setahun penuh 2022 dan sembilan bulan 2023," demikian rilis pendapatan Aramco.

"Hasil keuangan kami memperkuat kemampuan Aramco untuk menghasilkan nilai yang konsisten bagi pemegang saham kami, dan kami terus mengidentifikasi peluang baru untuk mengembangkan bisnis kami dan memenuhi kebutuhan pelanggan," demikian pernyataan Presiden dan CEO Aramco Amin Nasser.

 

3 dari 3 halaman

Penurunan Profitabilitas Aramco

Penurunan profitabilitas Aramco tahun ini sejalan dengan tren industri, dimana perusahaan energi besar seperti ExxonMobil dan Chevron juga mengalami penurunan tahunan yang tajam pada kuartal ketiga 2023 karena melemahnya harga minyak dunia.

Arab Saudi, sebagai produsen utama dan pemimpin Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), telah menerapkan beberapa pengurangan produksi, baik sebagai bagian dari kebijakan formal OPEC maupun sebagai penurunan sukarela.

Mereka melanjutkan pengurangan produksi minyak secara sukarela sebesar 1 juta barel per hari hingga akhir tahun dan akan meninjau kembali strategi produksi minyak ini pada Desember 2023.