Liputan6.com, Jakarta Arab Saudi secara resmi menjadi anggota BRICS mulai 1 Januari 2024. Lantas, apakah Indonesia akan mengikuti untuk bergabung dalam genk BRICS?
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan bahwa Indonesia terus mengkaji kemungkinan untuk bergabung dengan aliansi perdagangan BRICS, dan sedang mempelajari keuntungan yang akan diperoleh dari keanggotaan tersebut.
Baca Juga
Aliansi perdagangan BRICS adalah aliansi ekonomi yang terdiri dari lima negara berkembang, yaitu Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Advertisement
Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Iran, dan Ethiopia bergabung dengan BRICS pada 1 Januari, sehingga anggotanya bertambah dari 5 menjadi 10 negara.
Peluang Indonesia Gabung BRICS
Di saat banyak negara-negara berkembang yang mengutarakan keinginan untuk bergabung dengan BRICS, Retno dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis, justru mengatakan bahwa Indonesia tidak akan terburu-buru dalam mengambil sebuah keputusan.
"Politik luar negeri kita selalu diperhitungkan dengan matang, tidak ada keputusan yang begitu saja dikeluarkan. Jadi untuk saat ini Indonesia masih terus mempelajari keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan bergabung dalam BRICS," kata Menlu dikutip dari Antara, Jumat (5/1/2024).
Lebih lanjut, Menlu menuturkan bahwa Indonesia secara prinsip membuka pintu kerja sama dengan semua pihak selama kerja sama tersebut saling menguntungkan.
Â
Punya Hubungan Baik
Indonesia, kata dia, juga berhubungan baik dengan negara-negara anggota BRICS, bahkan mencatatkan nilai perdagangan terbesar dengan salah satu anggota, yaitu China.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), total nilai perdagangan Indonesia-China pada periode Januari--Oktober 2023 tercatat USD 104,84 miliar.
"Jadi kalau kita belum masuk BRICS, hubungan kita dengan masing-masing negara (anggota) terjaga dengan sangat baik," ucap Retno.
Advertisement